Analisis wisata HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis yang dilakukan dengan menggunakan peta kesesuaian lahan pada Gambar 13 menunjukan tingkat kesesuaian berdasarkan lokasi, dimana pada Pantai Pasir Perawan luasan lokasi lebih besar dibanding objek wisata pantai lainnya, hal ini disebabkan karena lokasi Pantai Pasir Perawan cukup jauh dari perumahan warga serta belum adanya ganguan dari aktivitas lainnya. Selain itu wilayah tersebut juga memiliki lebar dan panjang pantai yang cukup luas, serta substrat pasir putih yang cukup baik, sehingga menjadikan pantai tersebut sebagai objek wisata yang sangat banyak diminati oleh wisatawan. Wisata Pantai Kresek, Pantai Bintang, dan Wisata Pantai Berbintang memang luasanya tergolong sempit karena dibatasi oleh kondisi fisik kawasan yang tidak mendukung, seperti substrat dasar perairan yang berlumpur dan adanya ekosistem lamun yang tumbuh disekitar pantai, sehinggga jika daerah tersebut dijadikan tempat wisata maka dikawatirkan terjadi pengrusakan habitat pada ekosistem lamun. Analisis Keberlanjutan 1. Analisis Multidimensional Scaling MDS untuk budidaya rumput laut Analisis Multidimensional Scaling MDS yaitu analisis yang memadukan semua dimensi seperti dimensi sosial, ekonomi, ekologi, kelembagaan, sampai pada dimensi infrastruktur, dan selanjutnya melihat sejauh mana tingkat keberlanjutan pada masing-masing dimensi. Adapun dimensi yang dianggap memiliki peran penting dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Dimensi ekologi

Dimensi ekologi merupakan salah satu penentu terhadap keberhasilan budidaya budidaya rumput laut. Adapun atribut yang dimasukan dalam dimensi ekologi meliputi, tingkat kesesuaian perairan, hasil analisis diperoleh skor 1 satu atau sesuai bersyarat, sehingga untuk melakukan pembudidayaan di Pulau Pari beberapa faktor harus diperhatikan seperti faktor kualitas air yang meliputi kecepatan arus, nitrat, dan fosfat, yang menurut hasil analisis diperoleh nilai yang cukup rendah sehingga tidak mendukung untuk dijadikan sebagai lahan budidaya. Stok bibit di Pulau Pari sebenarnya cukup tersedia namun pada musim-musim tertentu biasanya masyarakat Pulau Pari hanya menunggu bantuan dari pemerintah, hal ini dikarenakan bibit rumput laut yang mereka kembangkan mengalami penyakit ice-ice atau pemutihan rumput laut sehingga tidak layak untuk dibudidayakan, sedangkan dari segi ancaman terhadap perairan cukup terkendali sehingga tidak berdampak terhadap hasil budidaya yang dilakukan, begitu juga dengan serangan penyakit yang dinilai oleh masyarakat cukup rendah sehingga bisa dikendalikan. Masyarakat Pulau Pari mengantisipasi serangan hama dengan cara melakukan penanaman secara bersamaan, sehingga serangan hama ikan baronang dan penyu tidak terfokus pada satu titik saja. Analisis leverage untuk atribut ekologi disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Atribut ekologi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut Pulau Pari Analisis leverage untuk dimensi ekologi Pulau Pari dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor pengungkit dan berdasarkan nilai RMS root mean squer nilai yang diperoleh dari penelitian tersebut ada 4 atribut yang menjadi faktor pengungkit dengan nilai diatas nilai tengah 1,5, atribut ekologi yang menjadi faktor pengungkit meliputi serangan penyakit, ancaman terhadap perairan, ketersediaan bibit rumput laut, dan kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut, dengan kata lain bahwa ketiga atribut tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sehingga budidaya rumput laut dapat berkelanjutan dan dengan sendirinya produksi rumput laut di Pulau Pari akan ikut meningkat. Munculnya keempat atribut yang sensitif disebabkan karena budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan, sehingga budidaya tidak bisa berhasil jika kualitas lingkungan dan ancaman terhadap perairan sangatlah besar oleh karena itu atribut ekologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap usaha budidaya, bahkan jika keempat atribut tersebut tidak diperbaiki maka budidaya yang dilakukan tidak akan mampu bertahan lama, dengan kata lain budidaya tidak akan berhasil.

b. Dimensi ekonomi

Selain dimensi sosial, penelitian ini juga melihat seberapa besar pengaruh dimensi ekonomi terhadap pengembangan usaha budidaya rumput laut, beberapa atribut yang digunakan untuk melihat dampak ekonomi adalah; a. Menganalisis usaha budidaya rumput laut yang ada di Pulau Pari dengan rumus RC, dan hasil yang diperoleh dalam analisis tersebut adalah RC= Lebih dari satu tetapi masih dibawah UMR DKI Jakarta sehingga diberi skor 0 b. Pemasaran hasil budidaya rumput laut, dimana dimensi ini melihat sejauh mana rumput laut yang dibudidayakan dijual, apakah hanya sebatas pasar tradisional, nasional, atau telah dipasarkan sampai pada skala internasional. Menurut hasil wawancara yang dilakukan dari beberapa pengumpul rumput laut dan para pembudidaya, mayoritas responden menyatakan bahwa rumput laut yang mereka budidayakan hanya sampai pada pasar nasional seperti tangerang, jakarta, bogor, bekasi, dan jogja c, sedangkan untuk pemodalan budidaya rumput laut sebagian pembudidaya masih mengandalkan pinjaman kepada tengkulak untuk memulai usaha budidaya atau sekitar 41 dari total responden yang diwawancara, sedangkan 40 responden sudah memiliki modal sendiri, dan sisanya 19 masih mengandalkan bantuan 2,47 4,22 2,65 1,91 0,79 1 2 3 4 5 Kesesuaian perairan untuk budidaya… Ketersediaan bibit rumput laut Ancaman terhadap perairan Serangan penyakit Serangan hama Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 dari pemerintah. d. Analisis ekonomi dalam penelitian yang dilakukan juga melihat harga rumput laut yang dibeli oleh pengumpul kepada para pembudidaya selama 5 tahun terakhir dan diperoleh data harga rumput laut cenderung stabil atau tidak mengalami peningkatan, kecuali pada hari-hari tertentu seperti pada saat bulan puasa dan pada lebaran. e. Kontribusi usaha budidaya pada keluarga cukup besar, dimana dari 140 responden 86 diantaranya menyatakan bahwa kontribusi usaha budidaya terhadap pendapatan masyarakat cukup besar antara 51-75 dan selebihnya masih dipengaruhi oleh mata pencaharian lain. Gambar 15. Atribut ekonomi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut Pulau Pari Analisis leverage pada Gambar 15 diperoleh 3 atribut yang memiliki nilai leverage 1,5 sensitif, ketiga atribut tersebut meliputi harga pasaran rumput laut, ketersediaan modal, dan pemasaran rumput laut. Atribut yang sensitif tersebut merupakan faktor inti dalam suatu usaha, sehingga meskipun rumput laut yang dibudidayakan secara ekologi baik, tetapi jika tidak didukung oleh faktor ekonomi maka budidaya tersebut tidak bisa dikatakan berkelanjut.

c. Dimensi sosial

Sebanyak 131 responden yang diwawancarai pada saat penelitian dilakukan terkait tingkat pendidikan di Pulau Pari, 67 diantaranya memiliki tingkat pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar SD. Jika mengacu kriteria pada tabel multidimensional scaling maka skor yang diperoleh memiliki nilai satu yang berarti tingkat pendidikan masyarakat Pulau Pari masih tergolong rendah. Sedangkan partisipasi keluarga dalam usaha budidaya rumput laut cukup tinggi, sebanyak 51 responden menyatakan bahwa 3 orang anggota keluarga terlibat langsung dalam usaha budidaya. Tingkat pengetahuan masyarakat dalam budidaya tegolong sangat baik, dan dapat dilihat dari metode yang digunakan, yakni 50 responden melakukan budidaya rumput laut dengan metode long line yang berarti telah mengikuti standar yang telah diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini juga melihat sosialisasi pekerjaan yang dilakukan dalam usaha budidaya, dan sebanyak 68 responden melakukan budidaya dengan cara kerja sama dengan pembudidaya lainnya, sedangkan untuk alternatif mata pencaharian masyarakat Pulau Pari, mayoritas masyarakat atau sekitar 46 memiliki usaha lain selain budidaya rumput laut seperti nelayan tangkap, kuli bangunan, buruh dan lain-lain. Jika melihat rata-rata usia yang melakukan budidaya rumput laut 1,21 3,46 9,99 1,64 1,36 5 10 15 Keuntungan budidaya Pemasaran rumput laut Ketersediaan modal budidaya Harga rumput laut Kontribusi usaha terhadap pendapatan… Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

2 29 290

Studi Ekologi Populasi Mangrove jenis Rhizophora stylosa di Pulau Tengah, Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

0 11 97

Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil : sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 10 216

Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di Pulau Pari, Kelurahnn Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 14 102

Alternatif pengembangan gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta

0 8 159

Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

0 6 16

Keberlanjutan pembangunan pulau pulau kecil sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 6 206

Parameter Oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 11 78

Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 13

Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta | Sinulingga | Majalah Geografi Indonesia 13120 26871 1 SM

0 2 10