berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budidaya, menurut masyarakat peran kelembaga penyuluh dalam usaha budidaya rumput laut sangat membantu dan
menjadi penentu terhadap keberhasilan usaha. Sebanyak 53 dari total responden merasa puas dengan kerja dan partisipasi penyuluh dalam membantu
masyarakat untuk budidaya, selain itu dukungan dari pemerintah daerah sangat diharapkan, seperti memfasilitasi masyarakat mulai dari tahap budidaya sampai
pada pemasahan hasil budidaya, sedangkan terkait dukungan pemerintah terhadap usaha budidaya mayoritas dari responden atau sekitar 50 responden merasa
belum puas terhadap dukungan pemerintah, karena menurut masyarakat Pulau Pari pemerintah belum sepenuhnya mendukung usaha budidaya yang mereka
lakukan. Pemerintah seharusnya menyediakan lembaga penjamin mutu sehingga hasil budidaya masyarakat yang sampai pada konsumen merupakan hasil pilihan
yang berkualitas baik. Menurut hasil wawancara mengenai lembaga yang mengatur mengenai ketersediaan penjamin mutu untuk budidaya rumput laut
mayoritas responden atau sebanyak 83 responden mengatakan bahwa belum ada penjamin mutu yang disediakan oleh pemerintah untuk menjamin setiap hasil
budidaya yang mereka lakukan.
Gambar 18. Atribut kelembagaan yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut
Menurut analisis leverage pada dimensi kelembagaan menunjukan bahwa semua atribut menjadi faktor pengungkit terhadap keberlanjutan budidaya, dimana
analisis RMS Root Mean Square menunjukan nilai 1,5 sehingga semua atribut menjadi faktor pengungkit, atau sensitif, sehingga dalam usaha budidaya rumput
laut kelima atribut tersebut merupakan faktor yang harus diperhatikan dan terus ditingkatkan sehingga tercapai suatu keberlanjutan dari segi kelembagaan.
Analisis keberlanjutan untuk dimensi kelembagaan dapat dilihat pada Gambar 18.
f. Analisis keberlanjutan pada masing-masing dimensi
Berdasarkan hasil analisis multidimensi scaling diperoleh beberapa dimensi yang masih harus diperbaiki yakni dimensi ekologi, ekonomi,
infrastruktur dan dimensi kelembagaan, keempat dimensi tersebut memiliki nilai kurang dari 75, yang berarti cukup sesuai, sedangkan dimensi Sosial dalam
analisis tersebut diperoleh nilai 76 yang berarti sustainable atau masuk dalam kategori baik. Menurut Susilo 2003 bahwa nilai 51-75 dikategorikan cukup
sesuai dan nilai 76-100 masuk dalam kategori baik atau sustainable.
13,28 18,51
7,75 10,92
5 10
15 20
Peran lembaga keuangan… Kelembagaan penyuluh
Dukungan Pemerintah daerah untuk… Ketersediaan penjamin mutu
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Gambar 19. Nilai keberlanjutan masing-masing dimensi budidaya rumput laut
2. Analisis multidimensional scaling MDS untuk wisata bahari
Analisis multidimensi scaling MDS bertujuan untuk melihat keberlanjutan pengelolaan wisata bahari dari berbagai aspek, seperti aspek sosial,
ekonomi, ekologi, kelembagaan sampai pada infrastruktur yang ada di Pulau Pari, dimana setiap dimensi akan berikan atribut yang dianggap berpengaruh terhadap
keberlanjutan pengelolaan pada masing-masing dimensi.
a. Dimensi ekologi
Dimensi ekologi merupakan salah satu aspek yang cukup berpengaruh terhadap aktivitas wisata, hal ini disebabkan karena wisata Pulau Pari merupakan
wisata yang berorentasi terhadap panorama alam laut sehingga jika kualitas air atau ekologinya rusak maka kemungkinan wisata Pulau Pari tidak akan
berkelanjutan. Berdasarkan analisis daya dukung yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukan nilai sangat sesuai untuk kategori wisata snorkling dan wisata
pantai sehingga skor yang diperoleh sebesar 2, sedangkan untuk ketersediaan air bersih untuk peruntukan MCK menunjukan bahwa setiap rumah memiliki sumber
air yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, karena air yang digunakan merupakan air sumur yang setiap kepala keluarga memiliki sumur masing-masing.
Lain halnya dengan kebutuhan air untuk masak dan minum, yang hanya mengandalkan pasokan air tawar galon yang berasal dari Tangerang dan Jakarta
sehingga kebutuhan air untuk masak dan minum cukup terbatas. Setelah adanya aktivitas wisata bahari di Pulau Pari terjadi perubahan signifikan pada sektor
pengelolaan sampah, masyarakat Pulau Pari cenderung lebih peka terhadap keberadaan sampah. Upaya yang dilakukan untuk mencegah peningkatan jumlah
sampah di Pulau Pari yaitu dengan membentuk tim pengelola sampah yang khusus bertugas untuk membersihkan sampah setiap paginya sehingga tidak
terjadi penumpukan sampah yang berlebihan, sedangkan untuk tingkat pencemaran perairan di Pulau Pari menurut data yang diperoleh menunjukan
bahwa tingkat BOD di perairan Pulau Pari masih sesuai baku mutu lingkungan sehingga belum berbahaya untuk aktifitas wisata bahari di pulau tersebut dan
secara keseluruhan skor yang diperoleh yaitu dua 2 atau sangat sesuai.
62,48
62,16
76,33 73,37
71,24 20
40 60
80 Dimensi Ekologi
Dimensi Ekonomi
Dimensi Sosial Dimensi
Infrastruktur Dimensi
Kelembagaan
Gambar 20. Atribut ekologi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan wisata bahari Pulau Pari
Gambar 20 menunjukan bahwa untuk semua atribut dari dimensi ekologi dianggap sensitif untuk keberlanjutan wisata bahari, seperti tingkat pencemaran
perairan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih untuk peruntukan konsumsi, ketersediaan air bersih untuk peruntukan MCK, serta daya dukung wisata untuk
kategori wisata pantai dan wisata snorkling. Semua atribut tersebut merupakan faktor yang dianggap sensitif terhadap keberlanjutan pengelolaan wisata bahari
jika ditinjau dari dimensi ekologi, oleh karena itu jika pengelolaan wisata bahari ingin mencapai suatu keberlanjutan maka atribut tersebut merupakan faktor yang
harus dipertimbangkan dalam pengelolaanya.
b. Dimensi ekonomi
Dimensi ekonomi merupakan salah satu dari 5 dimensi yang dianalisis untuk melihat keberlanjutan pengelolaan wisata Pulau Pari, dimana dimensi
tersebut merupakan fakror yang menjadi tolak ukur terhadap keberlanjutan suatu usaha. Dari dimensi ekonomi tersebut ada beberapa atribut yang dimasukan dan
dianggap berpengaruh terhadap keberlanjutan ekonomi dari usaha wisata bahari. Beberapa atribut yang dianggap berpengaruh diantaranya 1 pendapatan rumah
tangga skor 1 yang berarti pendapatan masyarakat setara UMR, 2 ketersediaan modal usaha skor 2 yang berarti 51 merupakan modal sendiri, dan sisanya
menunggu bantuan dari pemerintah, 3 Analisis usaha wisata bahari, dimana dari analisis RC diperoleh nilai sangat menguntungkan atau RC=2 dan memiliki
bobot 2, 4 Penyerapan tenaga kerja, dari keseluruhan responden sebanyak 67 menyatakan sangat besar pengaruh penyerapan tenaga kerja oleh usaha wisata
bahari Skor2, 5 Kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan masyarakat, hasil wawancara sebanyak 79 responden mengatakan bahwa terjadi perubahan
pendapatan, dimana dari yang tadinya pendapatan hanya diperoleh dari budidaya rumput laut dengan perputaran uang yang cukup lama, namun sekarang hanya
dalam waktu ±1 minggu masyarakat bisa mendapatkan keuntunggan yang lebih besar dan cepat sehingga bisa menutupi kebutuhan dapur dan kebutuhan lainya,
6 Untuk atribut mengenai kesempatan bekerja, 50 masyarakat yang awalnya merupakan pengangguran, kuli bangunani, dan buruh pabrik sekarang menjadi
pengelola wisata, dan hampir semua masyarakat Pulau Pari terlibat dalam usaha
3,18 4,55
4,33 15,32
5,69 2,22
5 10
15 20
Daya dukung wisata untuk kategori wisata… Daya dukung wisata untuk kategori wisata…
Ketersediaan air bersih untuk peruntukan… Ketersediaan air bersih untuk peruntukan…
Pengelolaan sampah Tingkat pencemaran perairan
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100