Data ekologi Analisis metode biaya perjalanan travel cost method

berbagai macam profesi termasuk ibu rumah tangga yang tergabung dalam mata pencaharian campuran, pada Gambar 4. Gambar 4. Persentase jenis pekerjaan A Sebelum terjadi perubahan mata pencaharian Tahun 2000, B Saat ini Tahun 2015.

c. Persepsi masyarakat mengenai perubahan biaya hidup

Penelitian yang dilakukan terkait persepsi masyarakat mengenai perubahan biaya hidup yang terjadi pasca perubahan mata pencaharian di Pulau Pari, diperoleh bahwa dari 140 responden, 66 diantaranya mengatakan telah terjadi perubahan biaya hidup yang disertai dengan peningkatan pengeluaran sandang, pangan, dan papan, serta makin meningkatnya kebutuhan gaya hidup masyarakat yang ada di Pulau Pari. Persentase masyarakat terhadap perubahan biaya hidup disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Persepsi responden terkait perubahan biaya hidup Perubahan pola pemanfaatan dari budidaya rumput laut ke wisata bahari juga berpengaruh terhadap perubahan perekonomian masyarakat, sehingga sebagian masyarakat lebih memilih bekerja sebagai pengelola wisata dibandingkan dengan pembudidaya rumput laut. Hal ini disebabkan karena budidaya rumput laut lebih beresiko dibandingkan dengan wisata bahari yang dianggap sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan, tanpa harus menjadi nelayan yang menurut sebagian besar masyarakat Pulau Pari bahwa profesi tersebut serba terbatas jika dilihat dari segi perekonomian. Dalam hal pengelolaan terpadu dan berkelanjutan peningkatan ekonomi bukan menjadi tujuan utama keberhasilan suatu usaha, tetapi lebih dari itu, peningkatan ekonomi harus diiringi dengan peningkatan ekologi dan sosial masyarakat. Pengelolaan pulau-pulau 30 12 5 53 Budidaya RL A 15 39 15 31 B Tidak Ada Perubahan 34 Nelayan Pedagang Budidaya Nelayan Campuran Pedagang Campuran Wisata Bahari Budidaya Terjadi Perubahan 66 kecil tentunya harus mempertimbangkan semua aspek seperti sosial, infrastruktur dan aspek lainnya. Menurut Read 2004 bahwa perekonomian kawasan pulau- pulau kecil cenderung sangat khusus, sehingga untuk mencapai keberlanjutan pengelolaan, kerangka strategi pembangunan harus sesuai dengan berbagai kondisi di berbagai pulau. Lebih lanjut Chandralala et al. 2010 berpendapat bahwa pengelolaan suatu kawasan diperlukan perencanaan yang baik, karena tanpa perencanaan, tujuan keseimbangan ekologi, sosial, ekonomi dalam pengelolaannya tidak akan terlaksana, bahkan dapat menyebabkan kerusakan ekologi. Kondisi ini menjelaskan bahwa selain modal alam yang diperlukan dalam pembangunan ekonomi Gomez-Baggethun et al. 2010, modal sosial juga telah dianggap sebagai sumber potensial Roseta-Palma et al. 2010, karena modal sosial berpengaruh terhadap efisiensi komunitas dalam memanfaatkan sumberdaya.

d. Perubahan jenis bangunan

Perubahan bukan hanya terjadi pada perekonomian masyarakat Pulau Pari, tetapi lebih dari itu. Masyarakat Pulau Pari mulai menjadikan rumah tinggal sebagai sumber pendapatan alternatif, yaitu sebagai homestay dan rumah makan, serta tempat untuk mengolah hasil perkebunan sebagai oleh-oleh khas Pulau Pari. Dampak dari aktivitas tersebut juga turut mempengaruhi kondisi perumahan warga yang awalnya tergolong kumuh bahkan sebagian ada yang tidak layak huni kemudian direnovasi menjadi bangunan yang jauh lebih mewah dibandingkan dengan rumah-rumah sebelumnya. Gambar 6. A Kondisi rumah yang belum direnovasi, B Rumah yang telah direnovasi Gambar 6 menunjukan bahwa adannya perbedaan yang sangat signifikan antara rumah yang telah dijadikan homestay dan rumah yang hanya digunakan untuk tempat tinggal. Pada musim libur terkadang rumah warga yang kumuh sekalipun menjadi pilihan bagi wisatawan, hal ini disebabkan karena kapasitas rumah yang ada di Pulau Pari tidak mampu untuk menampung jumlah pengunjung yang sangat besar, bahkan sebagian ada yang memilih untuk memasang tenda di pinggiran pantai. FORSIR in Triyono 2012 mengatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah homestay hanya 49 unit yang dapat digunakan oleh wisatawan, dan saat ini A B jumlah homestay mencapai ± 265 unit atau sekitar 86 dari total jumlah rumah 307 unit yang ada di Pulau Pari. Gambar 7. Pesentase jumlah homestay berdasarkan hasil sensus 2014 Perubahan mata pencaharian masyarakat Pulau Pari secara tidak langsung disebabkan karena tidak adanya pilihan lain bagi masyarakat untuk mencari pekerjaan selain usaha wisata bahari, selain itu faktor lain seperti peningkatan jumlah pengunjung Pulau Pari yang semakin hari semakin meningkat diyakini menjadi salah satu faktor penyebab perubahan mata pencaharian, dan peningkatan jumlah pengunjung yang secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk menyediakan lebih banyak penginapan agar dapat menampung wisatawan yang berkunjung. Tercatat dari bulan April 2014 sampai Agustus 2015 jumlah pengunjung mencapai 49,718 jiwa, tidak termasuk anak-anak. Gambar 8. Jumlah pengunjung tahun 2014-2015 Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2015 Gambar 8 menunjukan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari, yaitu pada bulan Mei 2014 serta Mei dan Agustus 2015. Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut merupakan hari libur nasional yang secara langsung berdampak terhadap peningkatan jumlah pengunjung, sehingga dapat berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya kontrol yang baik agar dampak dari aktivitas wisatawan dapat diminimalisir. Rumah Penduduk Homestay 86 Rumah Penduduk 14 1,520 4,741 1,781 1,908 2,684 2,420 2,477 3,253 3,070 1,170 1,124 2,65 2,766 5,772 2,251 3,609 6,522 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

2 29 290

Studi Ekologi Populasi Mangrove jenis Rhizophora stylosa di Pulau Tengah, Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

0 11 97

Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil : sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 10 216

Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di Pulau Pari, Kelurahnn Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 14 102

Alternatif pengembangan gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta

0 8 159

Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

0 6 16

Keberlanjutan pembangunan pulau pulau kecil sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 6 206

Parameter Oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 11 78

Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 13

Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta | Sinulingga | Majalah Geografi Indonesia 13120 26871 1 SM

0 2 10