merupakan keuntungan bersih yang diperoleh dalam satu tahun, sehingga jika dibagi dengan jumlah pendapatan perbulanya makan nilai yang diperoleh yaitu
sebesar Rp.3.412.764 yang berarti pendapatan tersebut telah melebihi upah gaji minimum UMP yang ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta sebesar
Rp.3100.000, dengan pendapatan yang telah melebihi UMR DKI Jakarta maka diharapkan usaha tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
bermukim di kawasan pulau-pulau kecil khususnya Pulau Pari.
Tabel 3. Analisis usaha wisata bahari
No
Usaha Satuan
Nilai
1
Penerimaan R RpTahun
98.400.000
2
Pengeluaran C RpTahun
57.446.828
3
RC -
1,7
4
TR-TC RpTahun
40.953.172
5
Penghasilan bersih RpBulan
3.412.764
Usaha wisata bahari memiliki keuntungan yang cukup besar dibandingkan dengan budidaya rumput laut, tetapi keuntungan tersebut bukanlah nilai mutlak,
karena bisa berubah tergantung jumlah wisatawan yang berkunjung, bahkan dalam satu bulan penerimaan dari usaha homestay bisa sangat rendah bahkan
tidak ada sama sekali. Usaha wisata bahari memang hanya mengandalkan jumlah wisatawan sehingga pendapatannya tergantung besar kecilnya jumlah pengunjung.
Oyewole 2001 berpendapat bahwa kegiatan dibidang jasa wisata memiliki dampak positif yang kuat terhadap kinerja ekonomi, sehingga dalam
pengembangan wisata bahari Pulau Pari sangat terfokus pada keuntungan semata, oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk melibatkan semua dimensi agar
keberlanjutan pengelolaan tidak terfokus pada dimensi ekonomi semata.
f. Analisis wisata
Analisis wisata bahari yang dilakukan terhadap 140 responden yang berkunjung ke Pulau Pari, diperoleh nilai - pada X1 biaya perjalanan dengan
P-value yang sangat kecil yaitu sebesar 0,000926 yang berarti semakin kecil biaya perjalanan maka semakin besar pula jumlah kunjungan, sedangkan untuk X2
persepsi mengenai kondisi lingkungan di pelabuhan penyeberangan menunjukan nilai - yang berarti jika kondisi lingkungan di pelabuhan penyeberangan
tercemar maka akan berdampak terhadap turunya minat wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Pari, karena sebagian besar wisatawan yang diwawancarai
pada saat penelitian mengatakan kondisi lingkungan dipelabuhan penyeberangan sangat buruk dan bisa mempengaruhi minat wisatawan dalam berkunjung. Selain
kondisi pelabuhan penyeberangan, faktor waktu X3 untuk menuju wisata Pulau Pari juga menunjukan nilai + yang berarti jarak tempuh wisatawan tidak begitu
berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk berkunjung, sedangkan biaya subtitusi biaya wisata cadangan menunjukan nilai positif + atau berbanding
lurus dengan jumlah kunjungan sehingga biaya subtitusi tidak mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Pari. Adapun X5 atau pendapatan
wisatawan, menujukan nilai negatif - atau berbanding terbalik antara P-value dan X5, yang berarti penghasilan wisatawan tidak berpengaruh terhadap jumlah
kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, sedangkan X6 usia wisatawan menunjukan
nilai yang sama yaitu - sehingga bila diartikan maka rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari adalah usia 30 tahun kebawah, atau dengan kata lain
semakin tua umur responden makan semakin berkurang minat untuk berkunjung ke Pulau Pari, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan dimana
wisatawan yang berkunjung ke pulau tersebut kebanyakan usia-usia muda.
Selain usia, analisi TCM juga melihat pendidikan responden yang diwawancarai, dimana nilai yang diperoleh yaitu negatif - sehingga jika
diartikan maka pendidikan tidak menjadi faktor yang mempengaruhi terhadap jumlah kunjungan ke Pulau Pari. Adapun X9 tingkat kepuasan pengunjung
menunjukan nilai - atau berbanding terbalik dengan nilai P-value yang berarti bahwa ketidakpuasan pengunjung akan mempengaruhi jumlah kunjungan ke
Pulau Pari, sehingga wisatawan yang tidak puas dengan sekali kunjungan akan mengulangi kunjunganya ke Pulau Pari. Untuk X10 alternatif kunjungan
menunjukan nilai negatif - yang berarti bahwa banyaknya alternatif kunjungan tidak mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari,
sehingga hal tersebut bukan menjadi faktor yang mempengaruhi banyak dan sedikitnya jumlah pengunjung. Selain melihat hubungan antara faktor Q
kunjungan dan X biaya, analisis tersebut juga melihat surplus konsumen dan nilai ekonomi total Pulau Pari berdasarkan jumlah kunjungan dan biaya yang
dikeluarkan wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Pari.
Selain melihat pengaruh antara variabel, analisis Travel Cost Method juga melihat nilai dari consumers surplus yang diperoleh dari persamaan
U=b0b1+1RQb1+1 sehingga
diperoleh nilai
U=1000926,439, selanjutnya di h
itung harga pembatas dengan persamaan P=RQa1b1 dengan nilai P=389,082, untuk menghitung harga pembatas maka dilakukan dengan
persamaan R=PxRQ sehingga di peroleh nilai R= 128,218, kemudian untuk memperoleh nilai
CR maka dilakukan perhitungan dengan rumus CS=U-R sehingga di peroleh nilai CR=1000,798. Nilai CR dapat dikategorikan sebagai keuntungan yang
diperoleh pengunjung dari prediksi harga yang telah disiapkan sebelumnnya dengan kisaran harga diatas harga sebenarnya, sehingga keuntungan tersebut
dapat di gunakan pada kebutuhan lainnya.
Surplus konsumen terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari jumlah yang secara aktual harus dibayar untuk
mendapatkan barang atau jasa. Selisih jumlah tersebut disebut consumers surplus CS dan tidak dibayarkan dalam konteks memperoleh barang yang diinginkan
Yulianda et al., 2010.
Aspek Ekologi a.
Perbandingan kualitas air Pulau Pari
Dari data kualitas air yang diperoleh dari tahun 1997-2014, untuk sebaran suhu di Pulau Pari menunjukan kondisi yang cenderung stabil dimana kisaran
suhu yang diperoleh dari penelitian sebelumnya sampai pada saat penelitian berlangsung yaitu berkisar antara 29-32
C, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Pulau Pari tidak mengalami perubahan, begitu juga
dengan parameter pH, yang berkisar antara 7-8,03 sehingga menunjukan bahwa tidak adanya perubahan nilai pH.