Dimensi ekonomi HASIL DAN PEMBAHASAN

wisata tersebut, 7 Sedangkan untuk iklim investasi memang telah ada tetapi masih sangat terbatas sehingga kebutuhan wisatawan belum terpenuhi. Gambar 21. Atribut ekonomi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan wisata bahari Pulau Pari Dimensi ekonomi pada Gambar 21 menunjukan bahwa nilai leverage atribut yang diperoleh rata-rata diatas 1,5 atau memiliki nilai leverage yang sensitif seperti iklim investasi, kesempatan bekerja, kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan usaha, penyerapan tenaga kerja, analisis pendapatan usaha, ketersediaan modal usaha, dan pendapatan rumah tangga. Ketujuh atribut tersebut merupakan faktor yang dianggap sensitif untuk keberlanjutan pengelolaan sehingga harus ditingkatkan dan diperbaiki lagi agar dalam pengelolaanya dapat lebih berkelanjutan. Pengelolaan wisata bahari di Pulau Pari saat ini memang terfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga dengan memanfaatkan kondisi alam yang telah ada, masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dari jasa wisata. Oyewole 2001 berpendapat bahwa spesialisasi dibidang jasa wisata memiliki dampak positif yang cukup kuat terhadap kinerja ekonomi. Pada proses pertumbuhan ekonomi, faktor ukuran kecil suatu kawasan juga sering menjadi pembatas dalam mencapai skala ekonomi tertentu dengan dibatasinya berbagai kegiatan dasar ekonomi yang dapat dilakukan Read 2001. Pembatas ini berkaitan dengan ukuran pasar, sumberdaya, tenaga kerja dan kekuatan modal wilayah kecil untuk menyongsong ekonomi global serta mencapai skala ekonomi yang cukup besar. Lebih lanjut Venegas and Croes 2003 menambahkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara wisata dan kinerja ekonomi yang wilayahnya lebih kecil bukan menjadi alasan untuk menghambat kinerja pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah.

c. Dimensi sosial

Menurut hasil penelitian yang dilakukan, tingkat pendidikan masyarakat Pulau Pari mayoritas berpendidikan rendah atau hanya sampai Sekolah Dasar SD, yaitu sebesar 67 dari total responden, sedangkan SMP hanya 8, SMA 17 dan sisanya perguruan tinggi sebanyak 2. Partisipasi anggota keluarga dalam usaha wisata bahari mayoritas responden atau sebanyak 69 responden mengatakan bahwa ada 2-3 anggota keluarga yang terlibat langsung dalam membantu usaha wisata bahari, dan 23 mengatakan lebih dari 3 anggota 2,70 1,59 2,38 2,75 2,45 1,63 2,78 1 2 3 Pendapatan rumah tangga Ketersediaan modal usaha Analisis usaha Penyerapan tenaga kerja Kontribusi sektor wisata terhadap… Kesempatan bekerja Iklim investasi Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 keluarga yang terlibat dalam usaha, sedangkan sisanya sebanyak 8 menyatakan tidak ada anggota keluarga yang terlibat dalam usaha wisata bahari. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap wisatawan kebanyakan responden memilih sangat menerima yakni ada 69 mengatakan menerima, 29 memilih jawaban sangat menerima, dan sisanya sebanyak 1 tidak menerima, sedangkan atribut mengenai alternatif usaha lain, mayoritas masyarakat memiliki 1-2 usaha, atau sekitar 38 responden, sedangkan yang 27 memiliki 2 usaha, dan sisanya sebanyak 35 tidak mempunyai usaha lain selain mengandalkan wisata sebagai sumber mata pencaharian mereka. Terkait perubahan sikap atau sosial masyarakat Pulau Pari, menurut kebanyakan responden yakni 76 responden dari 131 responden yang diwawancarai mengatakan tidak terjadi perubahan dari segi sosial masyarakat, sedangakan sisanya yakni 24 mengatakan terjadi perubahan sosial masyarakat seperti kurangnya sosialisasi antar masyarakat Pulau Pari. Kondisi tersebut menurut mereka dipengaruhi oleh makin padatnya kegiatan masyarakat yang disebabkan karena meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung, sehingga berakibat pada kurangnya waktu untuk bersama dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Adapun konflik antar pengelola wisata, 70 responden mengatakan tidak ada konflik selama adanya wisata, dan 30 lainya mengatakan terjadi konflik tetapi jarang dan hanya terjadi setahun sekali, sedangkan untuk atribut mengenai pengaruh wisatawan terhadap interaksi antar penduduk menunjukan tidak ada perubahan, atau sebanyak 75 responden mengatakan bahwa setelah adanya wisata, masyarakat lebih banyak waktu untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainya. Gambar 22. Atribut sosial yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan wisata bahari Pulau Pari Dimensi sosial merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap usaha wisata bahari. Gambar 22 menunjukan bahwa ada 7

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

2 29 290

Studi Ekologi Populasi Mangrove jenis Rhizophora stylosa di Pulau Tengah, Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

0 11 97

Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil : sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 10 216

Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di Pulau Pari, Kelurahnn Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 14 102

Alternatif pengembangan gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta

0 8 159

Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

0 6 16

Keberlanjutan pembangunan pulau pulau kecil sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 6 206

Parameter Oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 11 78

Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 13

Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta | Sinulingga | Majalah Geografi Indonesia 13120 26871 1 SM

0 2 10