c. Analisis kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil
analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha. Pengertian layak adalah
kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Penentuan layak
atau tidaknya suatu usaha yaitu dengan cara membandingkan masing-masing nilai kriteria kelayakan dengan batas-batas kelayakannya.
Analisis yang digunakan untuk melihat keuntungan dari suatu usaha yaitu dengan rumus RC, dimana analisis tersebut digunakan untuk menguji sebarapa
jauh nilai rupiah yang dipakai dalam suatu usaha yang dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnnya. Semakin tinggi nilai RC maka
semakin layak usaha yang dilakukan dan semakin baik pula kedudukan usahanya. Penelitian ini juga melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh dalam
setahun, yakni dengan rumus TR-TC atau penerimaan total di kurang pengeluaran total.
d. Analisis usaha budidaya rumput laut
Analisis usaha yang dilakukan pada usaha budidaya rumput laut di peroleh RC sebesar 1,5 yang berarti usaha tersebut efektif dan layak secara ekonomi,
sedangkan nilai TR-TC yaitu sebesar Rp.12.543.800tahun, dengan demikian maka jumlah penghasilan per bulan dari usaha budidaya rumput laut yaitu sebesar
Rp. 2.090.633 atau dibawah upah gaji minimum UMR Provinsi DKI Jakarta
yaitu sebesar Rp.3.100.000, sehingga dari sisi ekonomi usaha tersebut belum bisa mensejahterakan masyarakat. Nilai dari analisis usaha budidaya rumput laut
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis usaha budidaya rumput laut
No
Usaha Satuan
Nilai
1
Penerimaan R RpTahun
36.000.000
2
Pengeluaran C RpTahun
23.456.200
3
RC -
1,5
4
TR-TC RpTahun
12.543.800
5
Penghasilan bersih RpBulan
1.045.317 e.
Analisis usaha wisata bahari
Analisis usaha wisata bahari dilakukan berdasarkan jenis usaha yang paling banyak diminati oleh masyarakat Pulau Pari, seperti usaha penyewaan
homestay yang di dalamnya telah tersedia paket catering dan fasilitas sepeda. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, usaha homestay merupakan kegiatan
yang memberikan keuntungan yang cukup besar tetapi sekaligus memberikan pengeluaran yang besar pula.
Nilai RC pada analisis usaha yang dilakukan diperoleh sebesar 1,7 yang berarti usaha tersebut cukup efektif dan menguntungkan secara ekonomi, selain
itu analisis tersebut juga melihat keuntungan dari usaha yang dilakukan selama satu tahun, sehingga diperoleh nilai sebesar Rp.40.953.828, nilai tersebut
merupakan keuntungan bersih yang diperoleh dalam satu tahun, sehingga jika dibagi dengan jumlah pendapatan perbulanya makan nilai yang diperoleh yaitu
sebesar Rp.3.412.764 yang berarti pendapatan tersebut telah melebihi upah gaji minimum UMP yang ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta sebesar
Rp.3100.000, dengan pendapatan yang telah melebihi UMR DKI Jakarta maka diharapkan usaha tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
bermukim di kawasan pulau-pulau kecil khususnya Pulau Pari.
Tabel 3. Analisis usaha wisata bahari
No
Usaha Satuan
Nilai
1
Penerimaan R RpTahun
98.400.000
2
Pengeluaran C RpTahun
57.446.828
3
RC -
1,7
4
TR-TC RpTahun
40.953.172
5
Penghasilan bersih RpBulan
3.412.764
Usaha wisata bahari memiliki keuntungan yang cukup besar dibandingkan dengan budidaya rumput laut, tetapi keuntungan tersebut bukanlah nilai mutlak,
karena bisa berubah tergantung jumlah wisatawan yang berkunjung, bahkan dalam satu bulan penerimaan dari usaha homestay bisa sangat rendah bahkan
tidak ada sama sekali. Usaha wisata bahari memang hanya mengandalkan jumlah wisatawan sehingga pendapatannya tergantung besar kecilnya jumlah pengunjung.
Oyewole 2001 berpendapat bahwa kegiatan dibidang jasa wisata memiliki dampak positif yang kuat terhadap kinerja ekonomi, sehingga dalam
pengembangan wisata bahari Pulau Pari sangat terfokus pada keuntungan semata, oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk melibatkan semua dimensi agar
keberlanjutan pengelolaan tidak terfokus pada dimensi ekonomi semata.
f. Analisis wisata
Analisis wisata bahari yang dilakukan terhadap 140 responden yang berkunjung ke Pulau Pari, diperoleh nilai - pada X1 biaya perjalanan dengan
P-value yang sangat kecil yaitu sebesar 0,000926 yang berarti semakin kecil biaya perjalanan maka semakin besar pula jumlah kunjungan, sedangkan untuk X2
persepsi mengenai kondisi lingkungan di pelabuhan penyeberangan menunjukan nilai - yang berarti jika kondisi lingkungan di pelabuhan penyeberangan
tercemar maka akan berdampak terhadap turunya minat wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Pari, karena sebagian besar wisatawan yang diwawancarai
pada saat penelitian mengatakan kondisi lingkungan dipelabuhan penyeberangan sangat buruk dan bisa mempengaruhi minat wisatawan dalam berkunjung. Selain
kondisi pelabuhan penyeberangan, faktor waktu X3 untuk menuju wisata Pulau Pari juga menunjukan nilai + yang berarti jarak tempuh wisatawan tidak begitu
berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk berkunjung, sedangkan biaya subtitusi biaya wisata cadangan menunjukan nilai positif + atau berbanding
lurus dengan jumlah kunjungan sehingga biaya subtitusi tidak mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Pari. Adapun X5 atau pendapatan
wisatawan, menujukan nilai negatif - atau berbanding terbalik antara P-value dan X5, yang berarti penghasilan wisatawan tidak berpengaruh terhadap jumlah
kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, sedangkan X6 usia wisatawan menunjukan