24
DKI Jakarta
Gambar 12. Peta kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut 24
Penelitian yang dilakukan di Pulau Pari mengunakan 3 stasiun penelitian, masing-masing stasiun ditempatkan berdasarkan keterwakilannya, yakni untuk
Stasiun I terletak di daerah yang agak jauh dari aktivitas wisatawan dan reklamasi pantai, Stasiun II ditempatkan ditengah-tengah antara Stasiun I dan Stasiun II
yang memungkinkan stasiun tersebut terkena dampak oleh aktivitas reklamasi Pulau Tengah dan aktivitas wisatawan. Kemudian Stasiun III ditempatkan dekat
dengan Pulau Tengah, karena wilayah tersebut paling dekat dengan perumahan dan tempat wisata pantai sehingga berpotensi terkena dampak pencemaran yang
disebabkan oleh berbagai aktivitas daratan. Penempatan stasiun juga mempertimbangkan tingkat pemanfaatan lahan, karena itu stasiun penelitian
ditempatkan pada lokasi yang pernah digunakan oleh masyarakat Pulau Pari untuk kegiatan budidaya.
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut pada Gambar 13 menunjukan perbedaan tingkat kesesuaian lahan berdasarkan warna,
dimana warnah biru tua menunjukan tingkat kesesuaian S1 atau sangat sesuai, sedangkan warna biru mudah S2 berarti kurang sesuai, dan yang berwarna
kuning merupakan daerah yang tidak sesuai S3.
Luasnya lokasi yang tidak sesuai disebabkan karena daerah-daerah yang memiliki warna kuning merupakan perairan yang dangkal sehingga secara fisik
persyaratan budidaya tidak cocok, selain itu faktor lain juga turut mempengaruhi seperti kualitas air. Hasil survey yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung
menunjukan adanya reklamasi yang dilakukan di Pulau Tengah sehingga mengakibatkan tingginya tingkat ke keruhan di Stasiun II.
c. Analisis kesesuaian lahan untuk wisata snorkling
Analisis kesesuaian lahan pada Tabel 5 dengan kategori wisata snorkling menunjukan indeks nilai kesesuaian wisata sebesar 75,44 yang berarti masuk
kategori sesuai. Nilai IKW kategori sesuai, bukanlah nilai maksimum, karena menurut Yulianda 2007 bahwa untuk mendapat kategori sangat sesuai nilai IKW
yang harus diperoleh adalah 83-100. Perkembangan wisata di Pulau Pari harus tetap mempertimbangkan daya dukung wisata sehingga tidak berdampak terhadap
pengrusakan ekosistem.
Tabel 5. Kondisi keseuaian lahan untuk wisata snorkling
Area Perlindungan Laut APL No
Parameter Bobot
Nilai Skor
Ni Nmax
1 Kecerahan
5 100
3 15
15 2
Tutupan komunitas karang 5
95 2
15 15
3 Jenis life form
3 5
1 3
9 4
Jenis ikan karang 3
12 1
3 9
5 Kecepatan arus
1 15
3 3
3 6
Kedalaman 1
3 3
3 3
7 Lebar hamparan
1 600
3 3
3
Total 43
57 Indeks kesesuaian wisata
: Σ Ni Nmaks x 100 75,44
Kategori S2
Dermaga Pulau Pari No
Parameter Bobot
Nilai Skor Ni
Nmax
1 Kecerahan Perairan
5 80
3 15
15 2
Tutupan komunitas karang 5
90 1
5 15
3 Jenis life form
3 5
1 3
9 4
Jenis ikan karang 3
10 1
3 9
5 Kecepatan arus
1 20
3 3
3 6
Kedalaman 1
3 3
3 3
7 Lebar hamparan
1 200
3 3
3
Total 35
57 Indeks kesesuaian wisata
: Σ Ni Nmaks x 100 66,67
Kategori S2
Sumber : Kataliga 2013
d. Kesesuaian lahan untuk wisata pantai
Analisis kesesuain lahan yang dilakukan di Pulau Pari bukan hanya melihat tingkat kesesuaian kawasan pada usaha budidaya rumput laut dan wisata
snorkling, tetapi juga melihat indeks kesesuaian lahan untuk wisata pantai. Menurut data yang diperoleh dari Diana 2015, indeks kesesuaian kawasan untuk
kategori wisata pantai yang ada pada Pantai Pasir Perawan, Pantai Kresek, Pantai Bintang, dan Pantai Berbintang memiliki nilai IKW diatas 90 yang berarti sangat
sesuai untuk wisata pantai.
Tingginya nilai kesesuaian pada masing-masing stasiun penelitian disebabkan karena Pulau Pari memiliki tipe pantai yang cukup baik untuk
dijadikan objek wisata, selain itu substrat dasar perairan yang merupakan substrat berpasir menjadi salah satu penilaian tersendiri dalam pengembangan usaha
wisata pantai. Faktor-faktor lain, seperti lebar pantai, kedalaman perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan
ketersediaan air tawar merupakan atribut yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kesesuaian wisata pantai. Pengelolaan wisata pantai sebisa mungkin
harus tetap memperhatikan aspek ekologi. Menurut Lone et al. 2013, daya dukung wisata terdiri atas 3 tiga komponen, yaitu daya dukung ekologi, daya
dukung sosial, dan daya dukung ekonomi. Daya dukung fisik-ekologi adalah jumlah maksimum wisatawan yang melakukan kegiatan wisata tanpa
menyebabkan kerusakan lingkungan, yang berdasarkan pada fisik, biologis, dan kondisi pengelolaan kawasan tersebut Zacarias et al., 2011.
Tabel 6. Nilai IKW pada masing-masing objek wisata pantai Pulau Pari
No Lokasi
IKW Kategori
1 Pantai Pasir Perawan
98,5 Sangat Sesuai
2 Pantai Kresek
92,6 Sangat Sesuai
3 Pantai Bintang
91 Sangat Sesuai
4 Pantai Berbintang
92,6 Sangat Sesuai
Sumber : Diana 2015