Menurut Folke 2006 bahwa dampak aktivitas manusia terhadap jasa ekosistem merupakan bagian dari social ecological system sehingga perlu dipertimbangkan
dalam upaya pengelolaan lingkungan.
e. Analisis perubahan tata guna lahan
Pulau Pari memiliki lahan seluas 41,32 Ha merupakan salah satu pulau yang pada tahun 1999 hanya diperuntukan sebagai kawasan pemukiman
masyarakat, yang disertai dengan keluarnya peraturan terkait peruntukan Pulau Pari dan tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi DKI Jakarta. Sampai pada tahun 20092010 kondisi bangunan masih didominasi oleh bangunan yang
terbuat dari bambu dan sebagian semi permanen. Pada tahun 20122013 masyarakat mulai berinisiatif untuk membenahi Pulau Pari agar layak dijadikan
sebagai objek wisata, beberapa upaya yang dilakukan adalah merenovasi rumah gubuk menjadi homestay yang layak, selain itu masyarakat mulai memperbaiki
objek-objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan guna menarik minat wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari. Gambar 9 menunjukan peningkatan
jumlah rumah di Pulau Pari.
Gambar 9. Perubahan lokasi bangunan Pulau Pari tahun 2010 dan 2015
2015 2010
Peningkatan jumlah rumah yang disertai dengan perubahan lokasi bangunan di Pulau Pari memberikan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi
Pulau Pari, pada akhirnnya bermuara pada konflik antara masyarakat dan perusahaan swasta. Tahun 2012 pemukiman masyarakat dipindahkan ke lokasi
yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sebelum lokasi bangunan dipindahkan, kondisi bangunan warga masih tergolong kumuh, dan setelah dipindahkan kondisi
bangunan menjadi permanen dan cukup megah.
Perubahan lokasi bangunan berdampak pada semakin padatnya perumahan yang ada di Pulau Pari serta kurangnya ruang terbuka hijau yang berpotensi
memberikan dampak terhadap ekologi Pulau Pari, selain itu peningkatan jumlah bangunan di Pulau Pari akan secara langsung berdampak terhadap degradasi
ekologi, hal ini disebabkan karena pembuatan bangunan memerlukan meterial dasar seperti pasir dan batu yang sepenuhnya diperoleh dari pulau itu sendiri,
sehingga dapat mengancam keberlanjutan ekosistem di wilayah pesisir Pulau Pari.
Tahun 2010 jumlah rumah penduduk ±222 unit, dan pada tahun 2014 meningkat mencapai 307 unit. Metzger et al. 2006 menyatakan bahwa
perubahan landscape atau kegiatan pemanfaatan lahan berpengaruh secara langsung terhadap siklus biogeokimia dan hidrologi. Menurut Bengen 2006
Pengelolaan
pulau-pulau kecil
sedapat mungkin
dikelola dengan
mempertimbangkan aspek keberlanjutan dari sumberdaya pulau-pulau kecil, dalam pengelolaan pulau-pulau kecil saat ini, opsi yang paling tepat berupa
aktivitas yang hanya sedikit memberikan dampak negatif. Lebih lanjut Yu et al. 2001 menambahkan bahwa pengembangan destinasi ekowisata di pulau-pulau
kecil memerlukan perencanaan tata ruang guna untuk menghindari dampak perubahan pada lanskap serta menjaga keamanan proses ekologi, dan budaya.
Oleh karena itu pengembangan Pulau Pari sebagai objek wisata harus tetap mempertimbangkan aspek keberlajutan sehingga kegiatan wisata terus berlanjut
tanpa memberikan dampak yang besar bagi ekologi.
Aspek Ekonomi a.
Persepsi masyarakat terhadap dampak ekonomi wisata bahari
Perubahan mata pencaharian masyarakat secara langsung mempengaruhi ekonomi masyarakat, hal ini dapat dilihat pada perubahan pola pemanfaatan dan
mata pencaharian masyarakat yang awalnya menekuni usaha budidaya rumput laut, sekarang beralih ke wisata bahari. Menurut wawancaya yang dilakukan
terhadap 131 responden, 79 diantaranya mengatakan bahwa wisata bahari merupakan usaha yang lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usaha
budidaya rumput laut dan penangkap ikankerang.
Perubahan mata pencaharian bukan hanya terfokus pada usaha homestay dan catering, tetapi masyarakat juga turut mengembangkan usaha lain seperti
usaha rumah makan, kios sembako, dan tokoh oleh-oleh souvenir khas Pulau Pari. Wisata sering dianggap sebagai peluang untuk mempromosikan
pembangunan ekonomi dan sosial pada pulau-pulau kecil. Faktor-faktor biologis seperti flora, fauna dan estetika lanskap telah muncul sebagai aset ekosistem
paling berharga dan menjadi sumberdaya wisata paling berharga Pavilikakis and Tsihrintzis 2006. Pada kawasan pulau-pulau kecil, ekosistem sebagai natural
capital asset memiliki batas pemanfaatan daya dukung.
Gambar 10. Persepsi responden terkait usaha yang lebih menguntungkan
b. Peningkatan jenis mata pencaharian di Pulau Pari
Peningkatan jumlah wisatawan bukan hanya berdampak pada perubahan mata pencaharian, tetapi juga berdampak terhadap perubahan jumlah dan jenis
pekerjaan masyarakat di Pulau Pari. Gambar 11 menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah rumah makan dan kios di Pulau Pari, yaitu pada tahun 1989-
2011 berjumlah 12 unit, dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan puncaknya pada tahun 2014 mencapai 49 unit dan 3
diantaranya merupakan toko souvenir. Pada tahun 2015 jumlah kios dan rumah makan mengalami sedikit peningkatan, hal ini diakibatkan karena sebagian besar
masyarkat Pulau Pari lebih fokus terhadap usaha catering dan homestay, selain itu beberapa masyarakat beranggapan bahwa jumlah kios dan rumah makan
sudah sangat banyak, sehingga dikwatirkan terjadi persaingan yang bisa menimbulkan konflik antar sesama masyarakat. Dari data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa saat ini Pulau Pari semakin mengalami peningkatan kunjugan sehingga berdampak pada semakin meningkatnya jumlah permintaan terhadap
rumah makan serta kios-kios yang ada di Pulau Pari.
Gambar 11. Penambahan jumlah kios dari tahun 1985-2015
Wisata Bahari
79 BD. RL
10 Nelayan
Tangkap 7
Lainnya 4
1 2
3 4
5 6
7 9
12 20
29 49
52
10 20
30 40
50 60
1985 1995 2001 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 J
um la
h k
io sw
a rung
m a
k a
n
Tahun
c. Analisis kelayakan usaha
Analisis kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil
analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha. Pengertian layak adalah
kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Penentuan layak
atau tidaknya suatu usaha yaitu dengan cara membandingkan masing-masing nilai kriteria kelayakan dengan batas-batas kelayakannya.
Analisis yang digunakan untuk melihat keuntungan dari suatu usaha yaitu dengan rumus RC, dimana analisis tersebut digunakan untuk menguji sebarapa
jauh nilai rupiah yang dipakai dalam suatu usaha yang dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnnya. Semakin tinggi nilai RC maka
semakin layak usaha yang dilakukan dan semakin baik pula kedudukan usahanya. Penelitian ini juga melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh dalam
setahun, yakni dengan rumus TR-TC atau penerimaan total di kurang pengeluaran total.
d. Analisis usaha budidaya rumput laut
Analisis usaha yang dilakukan pada usaha budidaya rumput laut di peroleh RC sebesar 1,5 yang berarti usaha tersebut efektif dan layak secara ekonomi,
sedangkan nilai TR-TC yaitu sebesar Rp.12.543.800tahun, dengan demikian maka jumlah penghasilan per bulan dari usaha budidaya rumput laut yaitu sebesar
Rp. 2.090.633 atau dibawah upah gaji minimum UMR Provinsi DKI Jakarta
yaitu sebesar Rp.3.100.000, sehingga dari sisi ekonomi usaha tersebut belum bisa mensejahterakan masyarakat. Nilai dari analisis usaha budidaya rumput laut
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis usaha budidaya rumput laut
No
Usaha Satuan
Nilai
1
Penerimaan R RpTahun
36.000.000
2
Pengeluaran C RpTahun
23.456.200
3
RC -
1,5
4
TR-TC RpTahun
12.543.800
5
Penghasilan bersih RpBulan
1.045.317 e.
Analisis usaha wisata bahari
Analisis usaha wisata bahari dilakukan berdasarkan jenis usaha yang paling banyak diminati oleh masyarakat Pulau Pari, seperti usaha penyewaan
homestay yang di dalamnya telah tersedia paket catering dan fasilitas sepeda. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, usaha homestay merupakan kegiatan
yang memberikan keuntungan yang cukup besar tetapi sekaligus memberikan pengeluaran yang besar pula.
Nilai RC pada analisis usaha yang dilakukan diperoleh sebesar 1,7 yang berarti usaha tersebut cukup efektif dan menguntungkan secara ekonomi, selain
itu analisis tersebut juga melihat keuntungan dari usaha yang dilakukan selama satu tahun, sehingga diperoleh nilai sebesar Rp.40.953.828, nilai tersebut