Analisis kesesuaian lahan untuk rumput laut

dari pemerintah. d. Analisis ekonomi dalam penelitian yang dilakukan juga melihat harga rumput laut yang dibeli oleh pengumpul kepada para pembudidaya selama 5 tahun terakhir dan diperoleh data harga rumput laut cenderung stabil atau tidak mengalami peningkatan, kecuali pada hari-hari tertentu seperti pada saat bulan puasa dan pada lebaran. e. Kontribusi usaha budidaya pada keluarga cukup besar, dimana dari 140 responden 86 diantaranya menyatakan bahwa kontribusi usaha budidaya terhadap pendapatan masyarakat cukup besar antara 51-75 dan selebihnya masih dipengaruhi oleh mata pencaharian lain. Gambar 15. Atribut ekonomi yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut Pulau Pari Analisis leverage pada Gambar 15 diperoleh 3 atribut yang memiliki nilai leverage 1,5 sensitif, ketiga atribut tersebut meliputi harga pasaran rumput laut, ketersediaan modal, dan pemasaran rumput laut. Atribut yang sensitif tersebut merupakan faktor inti dalam suatu usaha, sehingga meskipun rumput laut yang dibudidayakan secara ekologi baik, tetapi jika tidak didukung oleh faktor ekonomi maka budidaya tersebut tidak bisa dikatakan berkelanjut.

c. Dimensi sosial

Sebanyak 131 responden yang diwawancarai pada saat penelitian dilakukan terkait tingkat pendidikan di Pulau Pari, 67 diantaranya memiliki tingkat pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar SD. Jika mengacu kriteria pada tabel multidimensional scaling maka skor yang diperoleh memiliki nilai satu yang berarti tingkat pendidikan masyarakat Pulau Pari masih tergolong rendah. Sedangkan partisipasi keluarga dalam usaha budidaya rumput laut cukup tinggi, sebanyak 51 responden menyatakan bahwa 3 orang anggota keluarga terlibat langsung dalam usaha budidaya. Tingkat pengetahuan masyarakat dalam budidaya tegolong sangat baik, dan dapat dilihat dari metode yang digunakan, yakni 50 responden melakukan budidaya rumput laut dengan metode long line yang berarti telah mengikuti standar yang telah diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini juga melihat sosialisasi pekerjaan yang dilakukan dalam usaha budidaya, dan sebanyak 68 responden melakukan budidaya dengan cara kerja sama dengan pembudidaya lainnya, sedangkan untuk alternatif mata pencaharian masyarakat Pulau Pari, mayoritas masyarakat atau sekitar 46 memiliki usaha lain selain budidaya rumput laut seperti nelayan tangkap, kuli bangunan, buruh dan lain-lain. Jika melihat rata-rata usia yang melakukan budidaya rumput laut 1,21 3,46 9,99 1,64 1,36 5 10 15 Keuntungan budidaya Pemasaran rumput laut Ketersediaan modal budidaya Harga rumput laut Kontribusi usaha terhadap pendapatan… Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 mayoritas dilakukan oleh usia 17-65 tahun. Usia tersebut merupakan usia yang produktif untuk skala pekerjaan seperti budidaya. Penelitian ini juga melihat konflik yang terjadi dalam usaha budidaya rumput laut, dan menurut wawancarai yang dilakukan sebanyak 79 mengatakan bahwa dalam kegiatan budidaya jarang terjadi konflik, kebanyakan konflik yang terjadi hanya sebatas permasalahan kecil, seperti pergeseran tali jangkar yang menurut masyarakat kesalahan tersebut tidak sengaja dilakukan dan kemungkinan dipengaruhi oleh ombak yang besar sehingga menggeser tali budidaya, hal ini terjadi 1-2 kali dalam satu tahun dan konflik tersebut tidak sampai berujung pada masalah yang lebih besar. Berdasarkan hasil analisis leverage Gambar 16 untuk dimensi sosial, diperoleh enam atribut yang mempunyai nilai lebih besar dari 1,5 atau dikatakan sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan yang meliputi dimensi sosial: 1 Usia KK pembudidaya, 2 Alternatif usaha lain, 3 Sosialisasi pekerjaan, 4 pengetahuan masyarakat tentang budidaya, dan 5 partisipasi keluarga dalam usaha budidaya. Kelima atribut tersebut merupakan faktor pengungkit atau atribut yang sensitif dalam suatu usaha budidaya rumput laut, sehingga untuk menigkatkan produksi rumput laut kelima atribut tersebut harus ditingkatkan lagi sehingga pengelolaannya dapat berkelanjutan. Gambar 16. Atribut sosial yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut Pulau Pari Munculnya kelima atribut yang sensitif disebabkan karena budidaya rumput laut tidak bisa lakukan dengan baik jika atribut sosial yang sensitif tidak ditingkatkan selain itu juga atribut tersebut menjadi salah satu faktor penentu tehadap keberhasilan suatu usaha, karena jika sosial masyarakat diperbaiki maka usaha yang dikembangkan tentunya akan ikut baik sehingga menghasilkan usaha yang memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat sekitar Pulau Pari.

d. Dimensi infrastruktur

Dimensi infrastruktur seperti industri pengolahan hasil serta sarana dan prasarana pasar yang ada di Pulau Pari memang belum tersedia, sehingga rumput laut yang dibudidayakan langsung dijual pada pengumpul dan selanjutnya dikirim keluar pulau, sedangkan untuk ketersediaan gudang penampung sementara, masing-masing pembudidaya memiliki gudang sendiri, tetapi kapasitasnya 1,24 3,24 4,29 8,97 4,06 2,92 2,11 2 4 6 8 10 Tingkat pendidikan Partisipasi keluarga dalam budidaya Pengetahuan masyarakatan tentang… Sosialisasi pekerjaan Alternatif usaha lain Usia KK pembudidaya Konflik antar nelayan pembudidaya Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 terbatas, sehingga jika musim panen tiba gudang tersebut tidak cukup untuk menampung hasil budidaya sehingga sebagian besar hasil budidaya harus langsung dijual. Transportasi laut yang khusus mengangkut hasil budidaya kedaerah pemasaran saat ini masih mengandalkan transportasi umum yang beroperasi setiap hari, sehingga masih kurang efektif dalam proses pemasaranya karena harus tergantung pada transportasi umum yang hanya satu arah. Sarana dan prasaran listrik sebenarnya telah ada tetapi pada saat budidaya dilakukan sekitar tahun 2000an listrik di Pulau Pari belum aktif 24 jam atau hanya beroperas beberapa jam saja sehingga untuk mengelola hasil budidaya rumput laut sangat terkendala pada keaadan listrik yang tidak mendukung, nanti pada saat ini listrik telah aktif 24 jam sehingga dalam hal ini atribut pendukung dari dimensi infrastruktur telah terpenuhi. Gambar 17. Atribut infrastruktur yang menjadi faktor pengungkit keberlanjutan budidaya rumput laut Pulau Pari Analisis leverage pada Gambar 17 menunjukan bahwa ada 3 atribut yang memiliki nilai lebih dari 1,5 yang berarti atribut tersebut menjadi faktor pengungkit sehingga atribut tersebut harus diperbaiki serta ditingkatkan agar dalam usaha budidaya rumput laut bisa berkelanjutan. Keempat atribut tersebut yakni sarana listrik, transportasi pengangkut hasil budidaya ke daerah pemasaran, serta teknologi pengolahan limbah industri. Munculnya atribut yang sensitif tidak terlepas dari kondisi infrastruktur yang ada di Pulau Pari, infrastruktur tersebut dianggap belum memadai sehingga menjadi faktor yang harus di tingkatkan agar dapat berkelanjutan guna mendukung usaha budidaya rumput laut di Pulau Pari.

e. Dimensi kelembagaan

Dimensi kelembagaan menunjukan ada beberapa atribut yang menjadi penentu terhadap keberhasilan usaha budidaya rumput laut, atribut yang dimaksud meliputi peran lembaga keuangan yang mendukung usaha budidaya rumput laut, dimana sebesar 68 responden menyatakan bahwa telah menerima bantuan dari beberapa lembaga pemerintah yang didirikan di Pulau Pari, sehingga untuk memulai usaha budidaya rumput laut bantuan tersebut memang sangat efektif dan membantu, terutama bagi masyarakat yang tingkat perekonomiannya masih tergolong menengah ke bawah. Selain itu lembaga penyuluh juga sangat 0,40 0,35 7,40 1,30 2,50 3,31 2 4 6 8 Sarana dan prasarana pasar untuk pemasaran Rumput Laut Ketersediaan industri pengolahan rumput laut Teknologi pengolahan limbah industri Ketersediaan gudang penampung sementara Trasfortasi pengangkut hasil budidaya ke daerah pemasaran Sarana listrik Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

2 29 290

Studi Ekologi Populasi Mangrove jenis Rhizophora stylosa di Pulau Tengah, Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

0 11 97

Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil : sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 10 216

Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di Pulau Pari, Kelurahnn Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 14 102

Alternatif pengembangan gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta

0 8 159

Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

0 6 16

Keberlanjutan pembangunan pulau pulau kecil sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 6 206

Parameter Oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 11 78

Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 13

Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta | Sinulingga | Majalah Geografi Indonesia 13120 26871 1 SM

0 2 10