dari alam dan manusia dengan hubungan yang timbal balik Carpenter et al, 2001; Folke et al. 2005. Menurut Anderies et al. 2004, sistem sosial ekologi adalah
sebuah sistem dari unit biologiekosistem yang berhubungan dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial, dalam arti membentuk kerjasama dan hubungan
saling tergantung dengan yang lain. Dengan demikian sistem sosial-ekologi ini meliputi suatu unit ekosistem seperti wilayah pesisir, ekosistem mangrove, lamun,
dan terumbu karang, pantai yang berasosiasi dengan struktur dan proses sosial yang ada didalamnya.
3. Perbandingan keberlanjutan pengelolaan Pulau Pari
Skala indeks pembangunan pulau-pulau kecil mempunyai selang 0-100, secara sederhana apabila suatu lokasi mempunyai nilai indeks 50 maka lokasi
tersebut sustainable dan sebaliknya jika 50 maka lokasi tersebut belum sustainable. Namun demikian dalam penelitian ini menggunakan 4 kategori
status keberlanjutan, Susilo 2003, mengkategorikan status keberlanjutan pengelolaan dengan 4 kategori yakni, 0-25 Buruk, 26-50Kurang, 51-
75Cukup, dan 76-100 Baik.
Gambar 26. A Keberlanjutan pengelolaan usaha budidaya rumput laut B Keberlanjutan usaha wisata bahari
57,45 GOOD
BAD UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
O ther
Dis ting
is hin
g F
ea tures
RAPFISH Ordination
Real Fisheries References
Anchors
A
51,60 GOOD
BAD UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
O ther
Dis ting
is hin
g F
ea tures
RAPFISH Ordination
Real Fisheries References
Anchors
B
Analisis keberlanjutan kegiatan wisata bahari pada Gambar 26 menunjukan nilai sebesar 51,59 yang dalam skala ordinal dianggap cukup
sesuai, tetapi masih perlu ditingkatkan agar tercapai nilai yang sesuai yaitu 75- 100. Sedangkan untuk usaha budidaya rumput laut nilai keberlanjutan yang
diperoleh yaitu sebesar 57,45, atau masuk kategori Cukup Sesuai, sehingga dimensi yang belum dianggap berlanjut perlu ditingkatkan lagi agar dapat
mendorong tercapainya keberlanjutan pengelolaan untuk semua dimensi.
Kedua usaha tersebut sebenarnya bisa dikembangkan secara bersamaan, tetapi dalam proses pengelolaanya dimensi-dimensi yang masih dianggap kurang
berlanjut harus diperbaiki sehingga antara budidaya rumput laut dan wisat bahari bisa sama-sama dikembangkan di pulau tersebut. Bengen 2004 mengemukakan
bahwa pembangunan keberlanjutan memiliki 4 dimensi, yaitu ekologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan. Cicin-Sain Knecht 1998 dan Yulianda et
al.2010 menyatakan bahwa pembangunan keberlanjutan harus memenuhi 3 dimensi yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi, sehingga jika dalam pengelolaan
Pulau Pari tidak memperlihatkan status keberlanjutan semua dimensi maka usaha tersebut perlu dipertimbangkan lagi dalam pengelolaanya.