V= fTC,S
Dimana : V
= Jumlah Kunjungan TC
= Biaya perjalanan pada lokasi wisata S
= Vektor biaya perjalanan pada lokasi alternatif Langkah-langkah analisis TCM
1. Hitung Total Biaya Perjalanan Dengan Rumus
BP= BTr + BKr-BKh + BLn Keterangan:
BP = Total biaya perjalanan Rp
BTr = Biaya transportasi selama rekreasi Rp
BKr = Biaya konsusmsi di tempat rekreasi Rp
BKh = Biaya konsumsi harian Rp
BLn = Biaya lain-lain biaya tak terduga Rp
2. Membuat persamaan
V
ij
= fX
1,
X
2,
X
3,
X
4,
X
5,
X
6,
X
7,
X
8,
X
9,
X
10
Dimana : V = Tingkat kunjungan Kali
X
1
= Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata RpKunjungan X
2
= Persepsi mengenai kondisi lingkungan pelabuhan penyeberangan X
3
= Waktu yang ditempuh untuk berkunjung ke Pulau Pari X
4
= Biaya subtitusi X
5
= Pendapatan RpBulan X
6
= Usia Tahun X
7
= Pendidikan Tahun X
8
= Tingkat keamanan Pulau Pari X
9
= Tingkat kepuasan pengunjung X
10
= Alternatif kunjungan 3.
Fungsi permintaan ditransformasikan Q =
β X
1 β1
X
2 β2
.................. X
n βn
LnQ = β + β
1
L
n
X
1
+β
2
L
n
X
2
.......... + L
n
X
n
LnQ = β +β
2
L
n
X
2
+ ........... β
n
L
n
X
n
+ β
1
L
n
X
1
LnQ = β + β
1
L
n
X
1
4. Setelah di estimasi kemudian fungsi dibalik
X
1 β1
=
β1Q
Selanjutnnya X
1
= β
1β1
Q
1β1
U = ʃ fQdԚ
CS = U-Pt Pt = Xi Q
Keterangan: U = Utilitas terhadap sumberdaya
d = Batas jumlah sumberdaya yang dikonsumsidiminta
fQ = Fungsi permintaan CS = Konsumen surplus
Pt = Harga yang dibayarkan Q = Rata-rata Jumlah sumberdaya yang dikonsumsi
X = Harga sumberdaya yang diminta diturunkan dari fungsi permintaan
Analisis Usaha
Analisis usaha bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu yang dilaksanakan layak atau dapat memberikan keuntungan bagi suatu perusahaan
atau perorangan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungannya Umar 2003. Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pada
wisata bahari dan budidaya rumput laut di Pulau Pari. Analisis usaha yang diperlukan yaitu:
a. Analisis pendapatan usaha
Analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha
tersebut. Pendapatan usaha wisata bahari dan rumput laut dihitung dengan menggunakan rumus :
π
= TR − TC
Dimana :
�
= Keuntungan TR
= Total penerimaan hasil yang diperoleh dari kegiatan wisata kali harga yang dikeluarkan dalam satu kali berwisata
TC = Total biaya biaya tetap + biaya variabel
Hasil akhir dari analisis tersebut yaitu keluarnnya nilai yang akan menentukan layak tidaknnya suatu usaha yang dilakukan. Jika TR TC maka
usaha wisata bahari dan budidaya rumput laut menguntungkan, tetapi jika TR = TC berarti usaha berada pada titik impas, dan jika TR TC maka usaha
yang dimaksud berada pada titik merugi.
Analisis Ekologi a.
Analisis kualitas perairan
Analisis kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini meliputi suhu, kecerahan, pH, nitrat, fosfat, salinitas, dan BOD. Data kualitas air yang diperoleh
pada saat penelitian berlangsung, selanjutnya akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, sehingga akan terlihat perubahan
kualitas air yang terjadi di Pulau Pari.
b. Analisis perubahan ekologi
Analisis perubahan sosial-ekologi yang terjadi di Pulau Pari yaitu dengan membandingkan data dari tahun-tahun sebelumnya yang di peroleh dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, tesis, disertasi dan skripsi terkait ekologi Pulau Pari, kemudian dibandingkan dengan data yang di peroleh pada saat
penelitian berlangsung sehingga akan terlihat sejauh mana perubahan dalam pemanfaatan Pulau Pari.
c. Analisis kesesuaian lahan untuk wisata bahari dan rumput laut
Evaluasi lahan digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan wisata bahari dan rumput laut di Pulau Pari. Dengan membandingkan persyaratan yang
diminta oleh tipe-tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan Hardjowigeno
and Widiatmaka 2001. Dalam menilai kesesuaian lahan Pulau Pari, penelitian ini menggunakan data sekunder terkait kesesuaian lahan untuk wisata bahari yang
berkembang di Pulau Pari dari tahun 2013 sampai tahun 2015, sedangkan pengukuran kesesuaian lahan untuk rumput laut dilakukan langsung di lapangan.
d. Analisis perubahan tata guna lahan
Analisis tata guna lahan yaitu serangkaian analisis yang dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan dan menentukan titik koordinat disetiap sudut
pulau yang telah dimanfaatkan, serta mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan perubahan tata guna lahan seperti adanya pemanfaatan lahan yang baru
sebagai peruntukan bangunan. Hasil analisis akan memudahkan untuk memetakan wilayah-wilayah yang telah dimanfaatkan, serta dapat mengetahui
pola pemanfaatannya.
Analisis Keberlanjutan a.
Analisis Multidimensional Scaling MDS
Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan berkelanjutan memerlukan data dan informasi tentang kinerja pembangunan kawasan yang ada
saat ini. Kinerja pembangunan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keberlanjutan. Analisis keberlanjutan pembangunan kawasan Pulau Pari
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan penentuan atribut sistem pengembangan kawasan berkelanjutan yang mencakup 5 dimensi yaitu mencakup
dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan dimensi infrastruktur. Tahap penilaian atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap
dimensi, analisis ordinasi yang berbasis metode “multidimensional scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan kawasan
existing condition yang dikaji baik secara umum maupun pada setiap dimensi Fauzi and Anna 2005. Secara lengkap tahapan analisis keberlanjutan kawasan
disajikan pada Gambar 3.
Data yang dikumpulkan terkait penentuan status keberlanjutan pembangunan kawasan Pulau Pari yaitu data potensi sumberdaya alam, dinamika
penduduk, tenaga kerja, penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana wilayah. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara kuesioner, dan
dokumentasi.
Gambar 3. Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS. Setelah observasi dan wawancara dilakukan, selanjutnya setiap atribut
diberikan skor yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi yang bersangkutan Gambar 3
. Skor tersebut akan menunjukkan nilai “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain Alder et al. 2000. Nilai “buruk” mencerminkan
kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi sistem pengembangan kawasan berkelanjutan. Sebaliknya, nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling
menguntungkan. Jumlah peringkat pada setiap atribut diseragamkan yakni tiga peringkat dengan skor 0, 1, dan 2. Pembuatan peringkat disusun berdasarkan
urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik.
Penentuan nilai skor baik atau buruk pada metode analisis keberlanjutan ini berkaitan dengan persepsi sehingga suatu atribut harus dilihat terlebih dahulu dari
persepsi apa.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode
multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan pengelolaan wisata berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk
dinilai. Data yang diperoleh dalam analisis Rapfish diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di
setiap aspek yang dikaji dalam bentuk skala 0 sampai 100 . Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka pengembangan tersebut
berkelanjutan sustainable dan sebaliknya jika kurang dari 75 maka sistem tersebut belum berkelanjutan unsustainable.
MULAI
Penentuan Atribut Kondisi Kawasan Saat ini
Skoring Kawasan
Multidimensional Scaling
Simulasi Monte Cario Analisis Ketidakpastian
Leveraging Factor Analisis Anomali
Analisis Keberlanjutan
Tahap dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan di lokasi penelitian.
Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “Root Mean Square”
RMS ordinasi, khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu
maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif
atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengembangan kawasan di lokasi studi.