PENDAHULUAN Dinamika Sosial Ekologi Pengelolaan Pulau Pari Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi Dki Jakarta

V= fTC,S Dimana : V = Jumlah Kunjungan TC = Biaya perjalanan pada lokasi wisata S = Vektor biaya perjalanan pada lokasi alternatif Langkah-langkah analisis TCM 1. Hitung Total Biaya Perjalanan Dengan Rumus BP= BTr + BKr-BKh + BLn Keterangan: BP = Total biaya perjalanan Rp BTr = Biaya transportasi selama rekreasi Rp BKr = Biaya konsusmsi di tempat rekreasi Rp BKh = Biaya konsumsi harian Rp BLn = Biaya lain-lain biaya tak terduga Rp 2. Membuat persamaan V ij = fX 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6, X 7, X 8, X 9, X 10 Dimana : V = Tingkat kunjungan Kali X 1 = Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata RpKunjungan X 2 = Persepsi mengenai kondisi lingkungan pelabuhan penyeberangan X 3 = Waktu yang ditempuh untuk berkunjung ke Pulau Pari X 4 = Biaya subtitusi X 5 = Pendapatan RpBulan X 6 = Usia Tahun X 7 = Pendidikan Tahun X 8 = Tingkat keamanan Pulau Pari X 9 = Tingkat kepuasan pengunjung X 10 = Alternatif kunjungan 3. Fungsi permintaan ditransformasikan Q = β X 1 β1 X 2 β2 .................. X n βn LnQ = β + β 1 L n X 1 +β 2 L n X 2 .......... + L n X n LnQ = β +β 2 L n X 2 + ........... β n L n X n + β 1 L n X 1 LnQ = β + β 1 L n X 1 4. Setelah di estimasi kemudian fungsi dibalik X 1 β1 = β1Q Selanjutnnya X 1 = β 1β1 Q 1β1 U = ʃ fQdԚ CS = U-Pt Pt = Xi Q Keterangan: U = Utilitas terhadap sumberdaya d = Batas jumlah sumberdaya yang dikonsumsidiminta fQ = Fungsi permintaan CS = Konsumen surplus Pt = Harga yang dibayarkan Q = Rata-rata Jumlah sumberdaya yang dikonsumsi X = Harga sumberdaya yang diminta diturunkan dari fungsi permintaan Analisis Usaha Analisis usaha bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu yang dilaksanakan layak atau dapat memberikan keuntungan bagi suatu perusahaan atau perorangan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungannya Umar 2003. Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pada wisata bahari dan budidaya rumput laut di Pulau Pari. Analisis usaha yang diperlukan yaitu:

a. Analisis pendapatan usaha

Analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha dan keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut. Pendapatan usaha wisata bahari dan rumput laut dihitung dengan menggunakan rumus : π = TR − TC Dimana : � = Keuntungan TR = Total penerimaan hasil yang diperoleh dari kegiatan wisata kali harga yang dikeluarkan dalam satu kali berwisata TC = Total biaya biaya tetap + biaya variabel Hasil akhir dari analisis tersebut yaitu keluarnnya nilai yang akan menentukan layak tidaknnya suatu usaha yang dilakukan. Jika TR TC maka usaha wisata bahari dan budidaya rumput laut menguntungkan, tetapi jika TR = TC berarti usaha berada pada titik impas, dan jika TR TC maka usaha yang dimaksud berada pada titik merugi. Analisis Ekologi a. Analisis kualitas perairan Analisis kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini meliputi suhu, kecerahan, pH, nitrat, fosfat, salinitas, dan BOD. Data kualitas air yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung, selanjutnya akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, sehingga akan terlihat perubahan kualitas air yang terjadi di Pulau Pari.

b. Analisis perubahan ekologi

Analisis perubahan sosial-ekologi yang terjadi di Pulau Pari yaitu dengan membandingkan data dari tahun-tahun sebelumnya yang di peroleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, tesis, disertasi dan skripsi terkait ekologi Pulau Pari, kemudian dibandingkan dengan data yang di peroleh pada saat penelitian berlangsung sehingga akan terlihat sejauh mana perubahan dalam pemanfaatan Pulau Pari.

c. Analisis kesesuaian lahan untuk wisata bahari dan rumput laut

Evaluasi lahan digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan wisata bahari dan rumput laut di Pulau Pari. Dengan membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe-tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan Hardjowigeno and Widiatmaka 2001. Dalam menilai kesesuaian lahan Pulau Pari, penelitian ini menggunakan data sekunder terkait kesesuaian lahan untuk wisata bahari yang berkembang di Pulau Pari dari tahun 2013 sampai tahun 2015, sedangkan pengukuran kesesuaian lahan untuk rumput laut dilakukan langsung di lapangan.

d. Analisis perubahan tata guna lahan

Analisis tata guna lahan yaitu serangkaian analisis yang dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan dan menentukan titik koordinat disetiap sudut pulau yang telah dimanfaatkan, serta mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan perubahan tata guna lahan seperti adanya pemanfaatan lahan yang baru sebagai peruntukan bangunan. Hasil analisis akan memudahkan untuk memetakan wilayah-wilayah yang telah dimanfaatkan, serta dapat mengetahui pola pemanfaatannya. Analisis Keberlanjutan a. Analisis Multidimensional Scaling MDS Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan berkelanjutan memerlukan data dan informasi tentang kinerja pembangunan kawasan yang ada saat ini. Kinerja pembangunan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keberlanjutan. Analisis keberlanjutan pembangunan kawasan Pulau Pari dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan penentuan atribut sistem pengembangan kawasan berkelanjutan yang mencakup 5 dimensi yaitu mencakup dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan dimensi infrastruktur. Tahap penilaian atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, analisis ordinasi yang berbasis metode “multidimensional scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan kawasan existing condition yang dikaji baik secara umum maupun pada setiap dimensi Fauzi and Anna 2005. Secara lengkap tahapan analisis keberlanjutan kawasan disajikan pada Gambar 3. Data yang dikumpulkan terkait penentuan status keberlanjutan pembangunan kawasan Pulau Pari yaitu data potensi sumberdaya alam, dinamika penduduk, tenaga kerja, penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana wilayah. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara kuesioner, dan dokumentasi. Gambar 3. Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS. Setelah observasi dan wawancara dilakukan, selanjutnya setiap atribut diberikan skor yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi yang bersangkutan Gambar 3 . Skor tersebut akan menunjukkan nilai “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain Alder et al. 2000. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi sistem pengembangan kawasan berkelanjutan. Sebaliknya, nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Jumlah peringkat pada setiap atribut diseragamkan yakni tiga peringkat dengan skor 0, 1, dan 2. Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Penentuan nilai skor baik atau buruk pada metode analisis keberlanjutan ini berkaitan dengan persepsi sehingga suatu atribut harus dilihat terlebih dahulu dari persepsi apa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan pengelolaan wisata berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Data yang diperoleh dalam analisis Rapfish diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang dikaji dalam bentuk skala 0 sampai 100 . Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka pengembangan tersebut berkelanjutan sustainable dan sebaliknya jika kurang dari 75 maka sistem tersebut belum berkelanjutan unsustainable. MULAI Penentuan Atribut Kondisi Kawasan Saat ini Skoring Kawasan Multidimensional Scaling Simulasi Monte Cario Analisis Ketidakpastian Leveraging Factor Analisis Anomali Analisis Keberlanjutan Tahap dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “Root Mean Square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengembangan kawasan di lokasi studi.

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kab. Adrninistrasi Kep. Seribu DKI Jakarta)

2 29 290

Studi Ekologi Populasi Mangrove jenis Rhizophora stylosa di Pulau Tengah, Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara

0 11 97

Keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil : sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 10 216

Analisis finansial usaha rumput laut kering tawar di Pulau Pari, Kelurahnn Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

0 14 102

Alternatif pengembangan gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu sebagai Obyek Ekowisata Bahari di DKI Jakarta

0 8 159

Perencanaan Strategis Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

0 6 16

Keberlanjutan pembangunan pulau pulau kecil sudi kasus kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 6 206

Parameter Oseanografi sebagai faktor penentu pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii di pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

0 11 78

Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 13

Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta | Sinulingga | Majalah Geografi Indonesia 13120 26871 1 SM

0 2 10