yang ditetapkan bagi setiap anggota yang melanggar aturan tersebut. Aturan- aturan tersebut biasanya terkait dengan kegiatan-kegiatan dalam subak seperti
upacara keagamaan sebagai wujud hubungan manusia dengan Tuhan, kegiatan pemeliharan saluran irigasi, pengalokasian air, sistem pola tanam, tugas dan
tanggung jawab pekaseh maupun penjuru arah seperti kelian, bendahara, sekretaris serta aturan lainnya yang berhubungan dengan subak.
Setiap aturan dalam awig-awig dibuat dengan berlandaskan pada falsafah Tri Hita Karana yang diyakini sebagai tiga hal yang menyebabkan manusia
mencapai kesejahteraan, kebahagian dan kedamaian. Selain itu juga, aturan-aturan tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama yang telah dimusyawarahkan
dalam sangkepan krama oleh para anggota subak. Awig-awig merupakan aturan yang berlaku secara umum dan menyeluruh
bagi setiap anggota subak. Selain aturan umum, terdapat juga aturan-aturan yang berlaku pada tingkat tempek. Aturan tersebut hanya berlaku untuk anggota petani
yang tergolong dalam tempek terkait sehingga setiap tempek mempunyai aturannya masing-masing. Pada tingkat tempek, aturan yang ada juga disepakati
secara bersama melalui musyawarah yang dipimpin oleh kelian tempek. Adapun sanksi yang diberikan kepada anggota yang melakukan pelanggaran baik terhadap
awig-awig subak maupun awig-awig tempek, bukanlah berupa sanksi adat sebab sanksi adat hanya diberikan jika anggota tersebut melanggar hukum adat dan hal
tersebut tidak memiliki kaitan dengan subak. Subak hanya mengurus hal-hal yang terkait dengan pertanian khususnya dalam pengalokasian air. Menurut penuturan
Bapak IGD, apabila terdapat anggota subak yang tidak mengikuti upacara atau sangkepan maka anggota tersebut memang tidak diberi sanksi tetapi anggota
tersebut tidak akan mendapat sumbangan yang diperoleh subak..
5.3.3. Pengalokasian Air Irigasi
Sistem pembagian air di Subak Embukan diatur oleh kelian tempek secara langsung. Pada subak ini sistem pembagian air irigasi tidak terlalu sulit dilakukan
karena merupakan tanggung jawab masing-masing tempek. Selain itu pada masing-masing tempek juga terdapat mata air-mata air kecil yang mengairi sawah
selain dari sumber mata air utama sehingga air senantiasa mengalir dengan lancar dan petani hanya membatasi banyaknya air yang mengalir ke sawah mereka. Tata
cara pengalokasian air terlebih dahulu dibicarakan dalam sangkepan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara anggota. Pengalokasian air bukanlah
menjadi tanggung jawab pekaseh. Pekaseh hanya bertindak sebagai pengontrol. Pada musim kemarau terdapat beberapa tempek yang mengalami
kekurangan air. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memberikan tambahan air dari tempek-tempek yang masih memiliki sumber air yang melimpah seperti Tempek
Tirta Gangga dan Tempek Embukan Dulu. Namun apabila kondisi kekurangan air semakin serius maka dilakukan sistem pembagian air secara berkelompok. Seperti
pada saat akan menanam padi maka kelian tempek hanya mengalirkan air pada beberapa petani anggota tempek terkait sedangkan anggota lainnya akan
menunggu giliran selanjutnya. Kekurangan air yang terjadi disebabkan karena pada musim kemarau debit air pada beberapa mata air menjadi lebih kecil. Hal ini
juga didukung oleh kondisi beberapa terowongan pada Subak Embukan yang telah patah. Adanya patahan pada beberapa bagian terowongan terjadi karena
adanya letusan Gunung Agung. Akibatnya dengan debit air yang kecil dan melewati beberapa terowongan yang patah menyebabkan tidak semua air dapat
melewati terowongan dan hanya sedikit yang sampai pada sawah petani. Ketiga aspek dalam komponen sosial ini merupakan perwujudan dari
ajaran Pawongan yakni yang mengatur hubungan antar manusia dengan sesamanya. Komponen ini juga memegang peranan penting dalam menjaga
keberlanjutan Subak Embukan baik dari segi kelembagaannya, keanggotaan, dan pengelolaan irigasinya. Adanya kepengurusan subak merupakan bagian penting
untuk memperkokoh hubungan antar setiap anggota dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam hal pengalokasian air irigasi. Awig-awig subak sebagai pedoman
dalam bertingkah laku merupakan tiang penopang bagi keutuhan Subak Embukan. Apabila salah satu aspek dari komponen sosial ini tidak dijalankan dengan
semestinya maka aspek lainya akan ikut terpengaruh. Misalnya jika dalam sistem kepengurusan subak terdapat pengurus yang tidak menjalankan tugasnya dengan
benar terkait dengan kegiatan pengalokasian air yang tidak merata maka pengurus tersebut telah melanggar awig-awig subak yang sebelumnya sudah ditetapkan. Hal
ini kemudian akan mempengaruhi sistem pengolahan irigasi dalam subak atau tempek terkait. Dengan demikian anggota subak akan mulai merasa tidak puas
atau merasa tidak sesuai lagi dengan subak tersebut. Akibatnya hal ini akan berpengaruh pada jumlah keanggotaan subak secara keseluruhan. Oleh karena itu,
penting bagi Subak Embukan untuk tetap menjaga keutuhan dan keseimbangan ketiga aspek ini dalam melaksanakan setiap kegiatannya.
5.4. Komponen Artefak Subak Embukan 5.4.1. Jaringan Irigasi Subak Embukan