Kegiatan Upacara Keagamaan Komponen Budaya Subak Embukan 1. Pola Pikir Pembagian Air Irigasi

akibat adanya batu-batu yang masih menumpuk di bawah tanah lahan persawahan yang berasal dari letusan Gunung Agung.

5.2.2. Kegiatan Upacara Keagamaan

Subak Embukan dalam melaksanakan kegiatannya tidak terlepas dari berbagai kegiatan upacara keagamaan karena pada dasarnya upacara keagamaan merupakan cara masyarakat Bali khususnya masyarakat subak untuk mengucapkan rasa syukur dan permohonan mereka kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Hal ini telah menjadi ciri khas dan telah menjadi budaya masyarakat Bali secara umum. Kegiatan-kegiatan upacara yang dilakukan oleh anggota subak umumnya dapat dilakukan secara berkelompok dan juga dilakukan secara individu. Upacara- upacara tersebut dilaksanakan pada saat sebelum memulai panen hingga pada saat panen berakhir. Sebelum memulai menanam padi, anggota petani pada masing- masing tempek secara gotong royong membersihkan telabah-telabah dengan tujuan agar pada saat dialiri air irigasi ke sawah tidak terdapat hambatan sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Begitu juga halnya dengan bendungan yang juga dibersihkan secara gotong royong oleh anggota subak. Upacara yang pertama kali dilaksanakan pada saat akan memulai menanam ialah upacara ngedangin yakni pada saat pencangkulan pertama. Upacara ini dilakukan untuk memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar bebas dari rintangan saat mulai bertani. Kemudian saat akan menanam dilakukan upacara mamula. Setelah itu bila padi sudah berumur satu bulan, dilaksanakan upacara neduh yang bertujuan agar padi tersebut tidak terserang hama. Selain itu, dilakukan juga upacara biukukung yang bertujuan mendoakan agar tanaman padi tersebut tumbuh dengan baik dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Menginjak usia dua setengah bulan, anggota subak melakukan upacara musabeniri yakni upacara yang bertujuan memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar padi tersebut berisi. Padi yang telah berisi dan siap untuk dipanen akan memasuki tahap akhir dari kegiatan upacara keagamaan yaitu upacara nyangket. Upacara-upacara tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan secara individu oleh anggota Subak Embukan di Pura Bedugul. Seperti halnya upacara individu, upacara secara berkelompok juga dilakukan untuk memohon agar padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan mendapat perlindungan dari Tuhan. Beberapa upacara perkelompok yang dilakukan oleh Subak Embukan yaitu upacara mapagtoyo. Upacara ini dilakukan di dekat bendungan pada saat menjelang pengolahan tanah dan bertujuan agar Sang Hyang Widhi Wasa memberikan kelancaran pada air tersebut sehingga dari awal memulai tanam hingga akhir, air tersebut dapat mencukupi dan tetap mengalir dengan lancar tanpa hambatan. Kemudian dilakukan juga upacara mamula dan ngucaba pada saat menanam dan menjelang panen. Upacara mamula dilakukan dua kali yaitu secara individu dan juga kelompok. Upacara kelompok ini dilaksanankan berdasarkan tempek masing-masing tempat anggota tersebut terdaftar. Setelah padi di panen maka anggota subak melakukan suatu upacara piodalan yang merupakan wujud dari ucapan syukur kepada Tuhan atas keberhasilan padi yang telah dipanen dan juga memohon agar panen selanjutnya dapat mencapai keberhasilan yang sama atau lebih baik dari yang sebelumnya. Pada saat awal menanam padi hingga menjelang padi tersebut dipanen, apabila terdapat masalah hama dalam artian padi terkena serangan hama maka akan dilakukan upacara nakluk merana. Upacara ini tidak menentu kapan dilakukan karena upacara ini dilakukan hanya pada saat padi terserang hama dan bertujuan untuk memohon agar merana-merana berupa hama yang menyerang tanam dapat dibatasi oleh Tuhan. Sedangkan upacara untuk mengusir atau menolak hama secara khusus dilaksanakan setiap 15 tahun sekali yang dilakukan oleh anggota subak. Upacara ini dikenal dengan sebutan palebon jero ketut yakni upacara pengabenan tikus yang mana umumnya tikus-tikus di berantas lalu diupacarakan palebonngaben dengan maksud untuk mengembalikan tikus-tikus tersebut ke alam aslinya. Upacara-upacara yang dilakukan oleh subak merupakan budaya subak yang telah dilakukan turun-temurun oleh petani Subak Embukan. Setiap kegiatan upacara yang berlangsung pada subak dilaksanakan di Pura Bedugul baik pada tingkat tingkat tempek maupun pada tingkat subak. Oleh karena itu, pada Subak Embukan masing-masing tempek memiliki satu Pura Bedugul sebagai tempat melakukan sembayang secara bersama-sama. Kedua aspek pada komponen budaya yakni aspek pola pikir maupun kegiatan upacara keagamaan merupakan dua aspek yang paling penting dan paling utama dalam mmempertahankan keberlanjutan Subak Embukan. Hal ini karena pada kedua aspek inilah terdapat unsur Parhyangan yang mengatur hubungan setiap anggota subak dengan Sang Hyang Widi Wasa. Menjalankan setiap upacara pada kegiatan subak merupakan wujud nyata ketaatan setiap anggota kepada Tuhan yang telah memberikan penghidupan dan bukti bahwa masyarakat subak percaya bahwa kemakmuran itu hanya berasal dari Sang Hyang Widhi Wasa. Apabila masyarakat subak tidak menjalankan atau tidak melakukan persembayangan kepada Tuhan, diyakini bahwa akan terjadi malapetaka atau musibah yang menimpa mereka. Pada masyarakat subak khususnya, kegagalan panen merupakan wujud kemarahan Tuhan atas kesalahan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, masyarakat subak dalam hal ini anggota petani Subak Embukan selalu rutin melakukan sembayang dalam bentuk upacara keagamaan baik secara individu maupun berkemolpok. Pola pikir dari setiap anggota subak yang tertuang dalam bentuk sangkepan merupakan bentuk kebersamaan dan kesatuan yang dibangun oleh Subak Embukan dalam menghadapi masalah secara bersama-sama dan membuat keputusan yang menguntungkan bagi setiap unsur dalam subak. Hal ini juga membuktikan adanya rasa saling menghargai dan memiliki diantara anggota Subak Embukan. Ketaatan dalam menjalankan kegiatan keagamaan dan juga rasa saling memiliki diantara anggota subak adalah dasar untuk mempertahankan kelembagaan, keanggotaan, dan pengelolaan jaringan irigasi Subak Embukan secara keseluruhan. Apabila salah satu aspek dari komponen budaya ini tidak dijalankan dengan benar maka akan mempengaruhi aspek-aspek lain yang terdapat pada Subak Embukan. 5.3. Komponen Sosial Subak Embukan 5.3.1. Kepengurusan Subak Embukan