Karakteristik Responden Kegiatan Pertanian

Sektor pertanian khususnya pada daerah Bali memiliki peranan penting dalam segi kehidupan masyarakat Bali secara keseluruhan. Hal ini karena sektor pertanian merupakan tempat dimana budaya Bali tumbuh dan berkembang. Pertanian dan budaya masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh masyarakat tersebut. Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu. Begitu juga halnya dengan penduduk Desa Ababi yang sebanyak 9.574 jiwa 99,86 persen menganut agama Hindu dan sisanya yaitu 14 jiwa 0,14 persen menganut agama Kristen Protestan. Sebagai suatu desa yang yang berkewajiban mengatur wilayahnya dan masyarakat yang tinggal di dalamnya, tentunya membutuhkan dana untuk mendukung keberlangsungan kerjanya. Oleh karena itu, Desa Ababi memiliki beberapa sumber penerimaan desa yang berasal dari pungutan desa, pendapatan tanah kas desa, alokasi dana desa, dan sumbangan atau kerja sama pihak ke tiga. Dana pungutan Desa Ababi tergolong kecil, namun sejak dua tahun terakhir telah mengalami peningkatan karena adanya pemasukan dari air minum yang telah dioptimalkan pengelolaannya oleh desa. Untuk pendapatan tanah kas desa berasal dari para penggarap yang disetor setiap bulannya kepada desa dan tergolong lebih sedikit dibandingkan pemasukan dari sumber dana lainnya. Sumber penerimaan dana yang paling besar berasal dari alokasi dana desa yakni dari pemerintah dan besaran dananya dapat berubah tiap tahunnya sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten. Penerimaan desa yang terakhir bersumber dari sumbangan dan kerja sama dengan pihak ke tiga yang bisa berubah setiap tahunnya tergantung pada jumlah pungutan yang diperoleh.

4.2. Karakteristik Responden

Anggota petani Subak Embukan yang menjadi responden dalam penelitian ini rata-rata berusia 37 tahun sampai 50 tahun dan telah bergabung atau menjadi anggota Subak Embukan selama kurang lebih 15 tahun sampai 30 tahun dan seluruhnya adalah penganut agama Hindu. Responden merupakan penduduk asli Desa Ababi yang sehari-harinya bekerja sebagai penggarap di sawah. Namun selain bekerja sebagai petani, hampir sebagian besar responden bekerja sebagai buruh bangunan di pabrik atau juga menjadi tukang. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada tabel berikut ini akan diperlihatkan jumlah responden yang memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai petani. Tabel 4. Jumlah Responden Petani Subak Embukan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Luar Sektor Pertanian Sawah, 2010 Jenis Pekerjaan di Luar Sektor Pertanian Sawah Jumlah Buruh bangunanpabrik 16 53 Tukang 5 17 Tidak memiliki nafkah non-pertanian 9 30 Total 30 100 Sumber: Data Keanggotaan Subak Embukan diolah, 2010 Data yang diperlihatkan pada Tabel 4 tersebut, menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen anggota petani Subak Embukan memiliki pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian sawah yakni 53 persen bekerja sebagai buruh bangunanpabrik dan 17 persen nya bekerja sebagai tukang. Namun, terdapat 30 persen dari responden tidak memiliki pekerjaan lain di luar sektor pertanian sawah. Persentase tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani Subak Embukan telah melakukan nafkah ganda. Selain itu, angka tersebut juga menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari sektor pertanian belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.3. Kegiatan Pertanian

Desa Ababi memiliki wilayah yang luas dan sebagian besar merupakan hamparan lahan persawahan yang indah. Berdasarkan data potensi desa tahun 2008, struktur penggunaan lahan di Desa Ababi terdiri dari: pertanian sawah atau lahan pengairan teknis dengan luas sebesar 493 hektar, pertanian bukan sawah dengan luas 552,3 hektar, dan lahan non pertanian dengan luas sebesar 40,7 hektar. Banyaknya areal pertanian di desa ini juga menyebabkan sebagian besar warga bekerja di sektor pertanian sebagai sumber penghasilan utama. Pada sektor pertanian ini, komoditi utamanya adalah tanaman padi. Umumnya petani di Bali khususnya di Desa Ababi termasuk ke dalam anggota subak yaitu suatu kelembagaan yang mengelola air irigasi secara tradisional. Petani yang termasuk sebagai anggota, kemudian akan dikelompokkan lagi berdasarkan kelompok tempek yang ada pada masing-masing subak dengan tujuan untuk mempermudah pengalokasian air ke masing-masing sawah. Para petani di desa ini, memulai kegiatan bertaninya pada pagi hari sekitar jam tujuh sampai jam sepuluh dan dilanjutkan lagi pada sore hari pada jam tiga sampai jam enam sore. Sebelum memulai menanam padi, para petani biasanya membersihkan telabah-telabah yang menyalurkan air irigasi ke sawah. Hal ini dilakukan agar air yang akan dialirkan tidak mengalami hambatan. Selain itu, dilakukan berbagai kegiatan upacara baik secara individu maupun perkelompok sesuai dengan kepercayaan terhadap agama Hindu. Petani Desa Ababi sebagian besar adalah petani penggarap dan lahan persawahan yang digarap bukanlah milik pribadi melainkan milik pura. Penggarap atau yang disebut juga penyakap merupakan bentuk ikatan ekonomi-sosial antara pemilik tanah dengan penyakap. Pemilik tanah akan menyerahkan tanahnya untuk digarap oleh penggarap dengan persyaratan-persyaratan yang telah disepakati bersama. Persyaratan tersebut umumnya mengenai resiko yang harus ditanggung dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing pihak atau yang dikenal dengan sistem bagi hasil. Persyaratan penting yang harus dipatuhi oleh pihak penggarap adalah lahan milik pura ini tidak boleh diperjualbelikan tanpa ijin dari pihak pura. Selain itu, subak juga bertanggung jawab terhadap lahan yang telah diberikan pura untuk dikelola. Oleh karena lahan persawahan adalah milik pura maka terdapat sistem bagi hasil antara petani dengan pihak pura yang harus diserahkan kepada pura setiap kali selesai memanen padi. Hasil tersebut kemudian akan digunakan untuk keperluan dan kepentingan pura. Sistem bagi hasil yang berlaku di Desa Ababi adalah satu banding dua. Satu untuk petani dan dua bagi pemilik lahan. Padi yang telah di panen, oleh sebagian besar petani dijual dalam bentuk gabah kering panen dan hanya beberapa yang menggunakannya untuk konsumsi sehari-hari dan sehingga tidak dijual. Pada sistem bagi hasil, padi yang diberikan juga dalam bentuk gabah kering panen. 4.4. Kegiatan Pariwisata Desa Ababi 4.4.1. Objek Wisata Desa Ababi