dengan kawasan Tirta Gangga. Air tersebut tidak dialirkan melalui terowongan tetapi langsung mengalir melalui telabah dan dialirkan langsung ke sawah.
Tersedianya air irigasi dan jaringan irigasi pada Subak Embukan sangat mendukung dalam kelancaran pengalokasian air irigasi. Komponen artefak
merupakan pilar penting untuk mempertahankan keberlanjutan subak. Jika tidak terdapat jaringan irigasi maka air irigasi tidak akan mengalir ke sawah-sawah
anggota. Begitu juga sebaliknya, jika tidak terdapat air irigasi maka subak tidak dapat menjalankan tugasnya terkait dengan pengelolaan air irigasi. Komponen
artefak pada subak ini merupakan perwujudan dari ajaran Palemahan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.
5.5. Ikhtisar
Bab ini secara keseluruhan menjelaskan tentang sistem irigasi tardisional Subak Embukan yang terdapat di Desa Ababi. Pada dasarnya Subak Embukan
dibangun oleh tiga komponen penting yakni komponen budaya, sosial, dan artefak yang merupakan perwujudan dari ajaran Parhyangan, Palemahan, dan Pawongan.
Aspek yang terdapat pada komponen budaya merupakan bagian terpenting dari Subak Embukan sebab pada aspek ini setiap anggota subak diwajibkan untuk taat
kepada Tuhan yang dicirikan dengan mengikuti setiap kegiatan-kegiatan upacara keagamaan. Selain itu, aspek pola pikir juga berperan penting dalam
mengokohkan hubungan diantara setiap anggota subak melalui kegiatan sangkepan yang diadakan oleh subak.
Komponen budaya juga ditopang oleh aspek-aspek pada komponen sosial yakni aspek kepengurusan subak, awig-awig, dan pengalokasian air irigasi.
Kegiatan upacara atau pun sangkepan yang diadakan oleh subak dalam proses pelaksanaannya tidak bisa dilaksanakan begitu saja, harus ada aturan-aturan
tertulis yang mengatur setiap kegiatan yang berlangsung pada subak. Aturan- aturan inilah yang disebut dengan awig-awig subak dan dalam penerapannya
harus dikontrol oleh anggota subak. Namun, tidak semua anggota subak mampu mengontrol setiap awig-awig yang ada. Oleh sebab itu, disinilah peran penting
dari aspek kepengurusan subak yakni untuk mengontrol setiap kegiatan subak
agar berjalan sesuai dengan awig-awig yang ditetapkan terutama dalam hal pengalokasian air irigasi.
Berlangsungnya kegiatan pengalokasian air dapat berjalan dengan lancar apabila didukung oleh ketersediaan air irigasi dan fasilitas jaringan irigasi yang
memadai. Pemeliharaan setiap jaringan irigasi merupakan tanggung jawab setiap anggota subak pada masing-masing tempek. Pada intinya, baik komponen budaya,
komponen sosial, maupun komponen artefak serta aspek-aspek yang ada di dalamnya merupakan pilar penting dalam mempertahankan keberlanjutan Subak
Embukan. Oleh karena itu, setiap aspek yang ada harus dijalankan dengan semestinya sebab jika tidak maka akan mempengaruhi aspek lainnya dan
dampaknya akan mengancam kelembagaan, keanggotaan, dan proses pengelolaan irigasi Subak Embukan secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, diketahui bahwa Subak Embukan sampai pada saat ini masih terus memegang teguh setiap aspek penting
yang tersebut di atas. Hal ini terbukti dari masih dijalankannya setiap upacara keagamaan terkait dengan kegiatan subak yang telah dilakukan turun-temurun
sejak dahulu kala dan juga awig-awig yang masih terus dijalankan oleh anggota Subak Embukan.
BAB VI DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP
SUBAK EMBUKAN
6.1. Konversi Lahan Subak Embukan
Anggota petani Subak Embukan merupakan petani penggarap yang menggarap lahan sawah milik pura dan Subak Embukan diberikan tanggung
jawab oleh pura untuk mengelola lahan sawah tersebut secara khusus dalam hal pengalokasian air irigasi. Lahan garapan Subak Embukan cukup luas yaitu
mencapai 75 hektar dan terdiri dari 12 tempek. Setiap petani menggarap lahan sawah dengan luas lahan yang berbeda-beda untuk setiap anggotanya. Pada
Gambar 9 di bawah ini, ditunjukkan bahwa sebagian besar petani yaitu sebesar 67 persennya menggarap lahan dengan luas lahan mencapai 0,1 hektar sampai 0,3
hektar dan sebesar 23 persen dengan luas lahan 0,31 hektar sampai 0,5 hektar,
sedangkan sisanya yaitu sebesar 10 persen menggarap lahan dengan luas 0,5 hektar atau lebih dari luas lahan tersbut.
Gambar 9. Persentase Petani Responden Subak Embukan Berdasarkan Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan sebagian besar petani Subak Embukan berdasarkan data tersebut tergolong masih sempit yaitu hanya sekitar 15 are sampai 20 are. Namun
demikian, petani anggota subak tidak hanya menggarap pada satu lahan saja tetapi