Jenis Data METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5. Teknik Analisis Data Penelitian

Data sekunder dan primer yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan beberapa metode untuk menjawab permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, yaitu :

3.5.1. Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan digunakan untuk mengkaji tingkat kesesuaian lahan reklamasi pascatambang timah bagi pertumbuhan jenis tanaman cepat tumbuh atau tanaman serbaguna berdasarkan teknik reklamasi dari berbagai penelitian sebelumnya. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dipakai adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria penilaian dari Djaenuddin et al. 1994. Lahan reklamasi pascatambang timah yang dikaji terdiri dari: 1 Lahan reklamasi berumur kurang dari 5 tahun setelah penambangan; 2 Lahan reklamasi berumur antara 5-10 tahun setelah penambangan; 3 Lahan reklamasi berumur antara 10-15 tahun setelah penambangan; 4 Lahan reklamasi berumur 15 tahun setelah penambangan. Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk mendapatkan jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk lahan reklamasi pascatambang.

3.5.2. Analisis Finansial

Analisis finansial digunakan untuk mengkaji jenis tanaman kayu cepat tumbuh dan tanaman serbaguna yang digunakan dalam reklamasi lahan bekas tambang timah yang memberikan manfaat ekonomi tertinggi bagi masyarakat. Analisis ini terdiri dari analisis Net Present Value NPV, Benefit Cost Ratio BCR dan Internal Rate of Return IRR. ™ Net Present Value NPV Metode ini digunakan untuk melakukan penghitungan terhadap nilai sekarang dari suatu usaha reklamasi dengan jenis tanaman tertentu dikurangi dengan biaya sekarang dari suatu usaha reklamasi pada tahun tertentu. Apabila nilai NPV positif maka jenis tanaman tersebut layak secara ekonomis untuk diusahakan. Rumus yang dipakai adalah menghitung nilai sekarang dari aliran kas yaitu sebagai selisih antara Present Value PV manfaat dan Present Value PV biaya. NPV B C 1 i dimana : - Bt adalah manfaat yang diperoleh sehubungan penggunaan jenis tanaman tertentu dalam reklamasi tambang pada urutan waktu tahun, bulan, dan sebagainya ke-t Rp; - Ct adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penggunaan jenis tanaman tertentu dalam reklamasi pada urutan waktu ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal pembelian peralatan, perbaikan tanah, jenis tanaman, dan sebagainya Rp; - i : merupakan discount rate yang relevan; - t : periode 1,2,3…,n. ™ Benefit Cost Ratio BCR. Metode ini digunakan untuk memilih jenis tanaman yang memberikan manfaat tertinggi untuk kegiatan reklamasi lahan bekas tambang timah. Hal ini dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dari penggunaan jenis tanaman tertentu dengan jumlah hasil diskonto biaya. BCR merupakan perbandingan antara Present Value manfaat bersih positif dengan Present Value biaya bersih negatif. Dengan demikian Benefit Cost Ratio penggunaan suatu jenis tanaman untuk reklamasi merupakan tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiah biaya yang digunakan. Apabila BCR 1 atau NPV 0, maka usaha reklamasi dengan menggunakan jenis tanaman layak secara ekonomis untuk dilaksanakan, apabila BCR = 1 atau NPV = 0, maka usaha reklamasi dengan menggunakan jenis tanaman tersebut tidak untung dan tidak rugi marjinal, sehingga terserah kepada penilaian pengambil keputusan. Apabila BCR kurang dari satu atau NPV kurang dari nol, maka usaha reklamasi dengan jenis tanaman tersebut merugikan, sehingga tidak layak dilaksanakan, persamaannya adalah sebagai berikut : B 1 i ⁄ ∑ C 1 i ⁄ ™ Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR adalah nilai diskonto yang membuat NVP dari kegiatan usaha sama dengan nol. IRR menggambarkan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu usaha reklamasi lahan bekas tambang timah dengan jenis tanaman tertentu akan diterima bila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital atau lebih besar dari suku bunga yang didiskonto yang telah ditetapkan, dan pada kondisi sebaliknya maka usaha akan ditolak. Menghitung IRR dilakukan dengan trial and error dengan nilai suku bunga i tertentu yang dianggap mendekati nilai IRR yang benar dan selanjutnya menghitung NPV dari arus pendapatan dan biaya. Jika nilai IRR lebih kecil dengan nilai suku bunga i yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV usaha reklamasi dengan jenis tanaman tertentu besarnya nol atau negatif artinya usaha reklamasi dengan jenis tanaman tertentu sebaiknya tidak dilaksanakan. Persamaan IRR adalah sebagai berikut: i i NPV NPV NPV i’ : tingkat discount rate DR pada saat NPV positif ; i” : tingkat discount rate DR pada saat NPV negatif ; NPV’ : nilai NPV positif ; NPV”: nilai NPV negatif

3.5.3. Analytical Hierarchy Process AHP

AHP adalah suatu metode yang sering digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP digunakan untuk menentukan prioritas jenis tanaman berdasarkan persepsi dari stakeholder Pemerintah, perusahaan, masyarakat, akademisi dan LSM. AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau membuat keputusan secara multi kriteria. Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Langkah-langkah dan proses AHP adalah sebagai berikut: 1 Menetapkan tujuan; 2 Mendefinisikan kriteria; 3 Mengidentifikasi alternatif; 4 Menyusun informasi dalam diagram pohon; 5 Membuat perbandingan berpasangan menyusun pertanyaan; 6 Membangun matriks perbandingan; 7 Menghitung prioritas eigenvector. AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan menghitung rasio inkonsistensi. Rasio inkonsistensi harus lebih kecil dari 10. Jika kenyataan beda yakni lebih besar dari 10 berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu diperbaiki. Perhitungan rasio konsistensi adalah sebagai berikut: CR = [A] [B] = [Z] Keterangan : A = matriks penilaian B = matriks bobot prioritas Dalam AHP, salah satu perbedaan dari pendekatan deterministik dan pendekatan statistik adalah terletak pada adanya suatu pertimbangan- pertimbangan, pengelompokan atau penyatuan dari beberapa prioritas secara keseluruhan. Bila dalam suatu kelompok, masing-masing mempunyai pertimbangan yang berbeda maka perlu adanya suatu derajat atau pangkat yang dapat dipergunakan untuk menyatukan dari beberapa alternatif tersebut, karena pada dasarnya sebuah kelompok pasti mempunyai perbedaan pertimbangan dalam memilih alternatif. Bila dua alternatif dipangkatkan, akan mempengaruhi pertimbangan yang diambil, tetapi masih tetap mempunyai kesamaan kepentingan hingga akhirnya akan memberikan satu kesepakatan yang disebut rata-rata kelompok.

3.5.4. Analisis Scoring System

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan AHP selanjutnya dilakukan pemberian skor pada masing-masing areal lahan pascatambang. Pengelompokan skor lahan pascatambang ke dalam interval tertentu selanjutnya digunakan sebagai dasar pembuatan peta arahan teknik reklamasi lahan pascatambang. Pemberian skor untuk prioritas stakeholders berdasarkan hasil AHP berbanding terbalik dengan peringkat jenis tanaman. Misalkan terdapat “n” jenis tanaman reklamasi, maka peringkat “1” memiliki skor “n”, sebaliknya peringkat “n” memiliki skor “1”. Pemberian skor untuk kelas kesesuaian lahan secara umum disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pemberian Skor untuk Kelas Kesesuaian Lahan No. TINGKAT KESESUAIAN LAHAN SIMBOL SKOR 1 Sangat sesuai highly suitable S1 5 2 Cukup sesuai moderately suitable S2 4 3 Sesuai marginal marginally suitable S3 3 4 Tidak sesuai pada saat ini currently not suitable N1 2 5 Tidak sesuai selamanya permanently not suitable N2 1 Bobot untuk masing-masing areal poligon lahan pascatambang timah merupakan penjumlahan hasil perkalian antara skor prioritas tanaman berdasarkan AHP dengan bobot kelas kesesuaian lahan. Proses selanjutnya adalah dengan melakukan pengurutan bobot dari nilai terendah sampai nilai tertinggi. Pengelompokan bobot disesuaikan dengan jumlah jenis tanaman. Jenis tanaman yang paling mudah tumbuh pada lahan pascatambang dan memiliki prioritas stakeholders terendah diarahkan ditanam pada lahan pascatambang yang berada pada kelompok dengan bobot terendah. Jenis tanaman yang memerlukan perlakuan lebih dibandingkan dengan tanaman reklamasi lainnya, namun tetap sesuai untuk ditanam pada lahan pascatambang dan memiliki prioritas stakeholders tertinggi diarahkan ditanam pada lahan pascatambang yang berada pada kelompok dengan bobot tertinggi.

3.5.5. Analisis Hierarki Wilayah skalogram berbobot

Analisis hierarki wilayah dilakukan untuk melihat hierarki wilayah desa- desa sekitar tambang. Data yang digunakan adalah potensi desa Podes tahun 2000, 2003 dan 2008 dengan parameter yang diambil meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian seperti tertera pada Tabel 4. Prosedur kerja penyusunan hierarki wilayah dengan skalogram berbobot adalah sebagai berikut : a Dilakukan pemilihan terhadap data podes sehingga yang tinggal hanya data fasilitas yang bersifat kuantitatif;