Analisis Kesesuaian Lahan untuk Beberapa Jenis Tanaman

Tabel 29. Penerimaan Lump Per Tahun Umur Sadap Umur Karet Lump kgha Penerimaan Rp. 1 6 500 4.250.000 2 7 1150 9.775.000 3 8 1400 11.900.000 4 9 1600 13.600.000 5 10 1750 14.875.000 6 11 1850 15.725.000 7 12 2200 18.700.000 8 13 2300 19.550.000 9 14 2350 19.975.000 10 15 2300 19.550.000 11 16 2150 18.275.000 12 17 2100 17.850.000 13 18 2000 17.000.000 14 19 1900 16.150.000 15 20 1800 15.300.000 16 21 1650 14.025.000 17 22 1550 13.175.000 18 23 1450 12.325.000 19 24 1400 11.900.000 20 25 1350 11.475.000 21 26 1200 10.200.000 22 27 1150 9.775.000 23 28 1000 8.500.000 24 29 850 7.225.000 25 30 800 6.800.000 Jumlah 39750 337.875.000 Sumber: Anwar dalam Yunianto 2008 Pada saat produktivitas lump karet sudah menurun umur pohon karet 30 tahun, dapat dilakukan pemanenan kayu karet. Jumlah pohon karet per ha sebanyak 200 sd 250 akan menghasilkan 175 m3 kayu karet Budiman dalam Boerhendhy, 2003. - Harga kayu per m 3 = Rp. 160.000 Dephut, 2008 - Volume kayu per ha = 359 m 3 - Penerimaan kayu = Rp. 57.493.333 Berdasarkan hasil analisis finansial, dengan memasukkan nilai discount rate sebesar 6,6 rata-rata BI rate 2011 menunjukkan bahwa jenis tanaman karet layak secara ekonomi untuk dibudidayakan di lahan pascatambang timah yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang positif dan nilai BC ratio 1. Nilai NPV karet sebesar 19,83 menunjukkan bahwa pada discount rate 6,6 nilai keuntungan bersih selama jangka waktu pengusahaan karet adalah Rp 19.830.000ha. IRR karet sebesar 10 menunjukkan bahwa usaha reklamasi dengan tanaman karet masih menguntungkan sampai dengan suku bunga kredit sebesar 10. Nilai BC ratio karet sebesar 1,18 berarti nilai investasi 1 rupiah pada pengusahaan tanaman karet akan memberikan pendapatan sebesar 1,18 rupiah. Analisis finansial tanaman karet selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

5.3.2. Analisis Finansial Tanaman Sengon pada Lahan Pascatambang

Biaya penanaman sengon Paraserianthes falcataria per hektar selengkapnya disajikan pada Tabel 30. Biaya pemeliharaan tanaman sengon Paraserianthes falcataria per tahun selengkapnya disajikan pada Tabel 31. Tabel 30. Biaya Penanaman Tanaman Sengon per Hektar No. Uraian Volume Satuan Rp. Harga Satuan Rp. Jumlah Rp. 1 Pengadaan bibit 625 + 10 688 batang 2.000 1.375.000 2 Upah penggalian, pengisian dan penanaman lubang tanam 625 lubang 1.500 937.500 3 Pengadaan tanah untuk media tanam 0,18 m3 x 625 112,5 m3 75.000 8.437.500 4 Pengadaan kompos 4 kg x 625 2500 kg 500 1.250.000 5 Pengadaan NPK 0,1 kg x 625 62,5 kg 2.300 143.750 6 Pengadaan dolomit 0,5 kg x 625 312,5 kg 250 78.125 Jumlah 12.221.875 Tabel 31. Biaya Pemeliharaan Tanaman Sengon Per Tahun No. Uraian Volume Satuan Harga Satuan Rp. Jumlah Rp. 1 Upah pemeliharaan pemupukan, pengendalian HPT, dll 625 x 4 2500 kali 500 1.250.000 2 Pengadaan NPK 0,05 kg x 625 x 4 125 kg 2.300 287.500 3 Pengadaan pestisida 2 kali 100.000 200.000 Jumlah 1.737.500 Biaya pemanenan tanaman sengon, yaitu upah penebangan kayu per hektar sebesar Rp. 3.860.000. Produksi kayu sengon memenuhi persamaan berikut Bustomi dalam Krisnawati , 2011: log V=-3,590+2,3528log D Untuk diameter pohon = 30 cm, maka: - Produksi kayu sengon = 0,768 m3pohon - Harga kayu = Rp. 160.000 Dephut, 2008 - Volume kayu per ha = 480 m3 - Penerimaan kayu = Rp. 76.801.710 Berdasarkan hasil analisis finansial, dengan memasukkan nilai discount rate sebesar 6,6 menunjukkan bahwa jenis tanaman sengon layak secara ekonomi untuk dibudidayakan di lahan pascatambang timah yang ditunjukkan dengan nilai NPV yang positif dan nilai BC ratio 1. Nilai NPV sengon sebesar 24,91 menunjukkan bahwa pada discount rate 6,6 nilai keuntungan bersih selama jangka waktu pengusahaan sengon adalah Rp 24.910.000ha. IRR sengon sebesar 22 menunjukkan bahwa usaha reklamasi dengan tanaman sengon masih menguntungkan sampai dengan suku bunga kredit sebesar 22. Nilai BC ratio sengon sebesar 2,03 berarti nilai investasi 1 rupiah pada pengusahaan tanaman sengon akan memberikan pendapatan sebesar 2,03 rupiah. Selanjutnya analisis finansial tanaman sengon selengkapnya disajikan pada Lampiran 14.

5.3.3. Analisis Finansial Tanaman Akasia pada Lahan Pascatambang