1.5. Kerangka Pemikiran
Kegiatan reklamasi merupakan inti dari kegiatan pascatambang yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan merangsang
pertumbuhan ekonomi sehingga pasca kegiatan penambangan timah tidak terjadi ketimpangan kondisi sosial ekonomi di wilayah sekitar tambang
dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi saat adanya aktivitas penambangan timah.
Selama ini penggunaan jenis tanaman kayu cepat tumbuh fast growing spesies untuk kegiatan reklamasi lahan bekas tambang kurang memberikan
manfaat ekonomi yang optimal secara berkesinambungan bagi masyarakat karena adanya beberapa alasan yaitu :
1 Jenis-jenis tanaman kayu cepat tumbuh mempunyai masa panen yang relatif lama 7-8 tahun dan selama jangka waktu tersebut masyarakat tidak dapat
memanfaatkan hasil non kayunya 2 Adanya kegiatan pemanfaatan hasil kayu oleh masyarakat secara ilegal
sehingga menyebabkan area bekas tambang yang telah direklamasi tersebut mengalami deforestrasi dan tidak ada jaminan bahwa masyarakat yang
melakukan penebangan secara ilegal akan melakukan penanaman kembali re-planting.
3 Apabila masyarakat diberikan ijin untuk memanfaatkan hasil kayunya, maka manfaat ekonomi yang didapat oleh masyarakat hanya satu kali saja, yaitu
pada saat pemanenan dan masyarakat harus menunggu daur tanaman tersebut selama beberapa tahun agar bisa melakukan pemanenan ulang.
4 Areal reklamasi masih memiliki kandungan mineral timah sehingga banyak dilakukan penambangan kembali remining oleh masyarakat.
Berdasarkan fakta di atas maka perlu dilakukan analisis untuk menentukan jenis tanaman serbaguna yang sesuai dengan karakteristik lahan
pascatambang timah dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial secara berkesinambungan bagi masyarakat serta mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki kualitas lahan. Jenis tanaman tersebut harus dapat diterima oleh masyarakat karena pada akhirnya masyarakat di sekitar lokasi pascatambang
timah yang akan memanfaatkan lebih lanjut hasil kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan tambang timah. Kerangka pemikiran penelitian
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
KEGIATAN PERTAMBANGAN TIMAH DI KABUPATEN BANGKA
Lahan pascatambang
Potensi Desa sekitar tambang
Pendapatan masyarakat sekitar tambang
Teknik reklamasi dengan memperhatikan tipologi lahan pascatambang
Analisis kesesuaian lahan dan finansial
Jenis tanaman yang sesuai untuk lahan pascatambang dan bermanfaat ekonomi
AHP Prioritas tanaman berdasarkan
persepsi stakeholders Analisis
skalogram berbobot
Analisis deskriptif
Hierarki perkembangan
wilayah dan Indeks Perkembangan Desa
Pendapatan rata- rata masyarakat
sekitar tambang
ARAHAN REKLAMASI LAHAN PASCATAMBANG TIMAH DI
KABUPATEN BANGKA Manfaat
Lingkungan Sosial
Ekonomi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegiatan Penambangan, Reklamasi dan Pasca Tambang
Kegiatan pertambangan terdiri dari enam tahap meliputi kegiatan eksplorasi, site development, ekstraksi, benefisiasi, proses metalurgi, dan
decommissioning Ripley et al., 1996. Eksplorasi dilakukan untuk memperoleh informasi secara terinci dan
teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan
hidup DESDM, 2009. Kegiatan eksplorasi mineral biasanya dimulai dengan penelitian dengan menggunakan metode penginderaan jauh untuk mencari
kemungkinan areal cadangan mineral. Setelah itu baru dilakukan survei eksplorasi detil dengan menggunakan metode geologi, geofisik dan geokimia.
Jika suatu areal cukup menjanjikan selanjutnya dilakukan pengupasan, penggalian ataupun pengeboran Ripley et al., 1996.
Tahap Site Development adalah tahap persiapan yang dilakukan sebelum tahap penambangan ekstraksi. Tahap tersebut terdiri dari studi
kelayakan, desain tambang dan fasilitas pemantauan lingkungan, penilaian dampak lingkungan dan konstruksi penambangan Ripley et al., 1996. Studi
kelayakan pada tahap Site Development dilakukan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan
ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang DESDM, 2009.
Tahap ekstraksi merupakan tahap pengambilan bijih mineral dari lapisan cadangan dan pengangkutannya menuju instalasi pengolahan. Pemilihan
metode ekstraksi tergantung dari karakteristik fisik mineral dan kedalamannya dari permukaan tanah. Untuk cadangan dangkal pada umumnya digunakan
metode tambang permukaan open-cast surface mining yang terdiri dari open pit mining untuk mengekstraksi badan bijih mineral massive dan strip mining untuk
cadangan yang berbentuk lapisan Ripley et al., 1996. Lapisan timah ditambang dengan metode semprot cara basah hydraulic
mining. Dalam metode ini digunakan media air untuk penyemprotanpemecahan lapisan tanah. Pada beberapa obyek tambang penambangan dibantu dengan
buldozer untuk memperbesar kapasitas pemindahan tanah. Selanjutnya tanah yang telah disemprot dialirkan ke arah bak penampungan mine sump. Tanah
yang sudah disemprot dengan air bertekanan tinggi dan berubah menjadi lumpur selanjutnya diisap dengan pompa tanah gravel pump dan dialirkan ke instalasi
pencucian PT Timah Persero Tbk, 2009. Benefisiasi adalah persiapan bijih mineral untuk tahap pengolahan
selanjutnya seperti peleburan, pencucian, dan penyulingan. Bertujuan untuk menghilangkan partikel lain yang ikut terambil pada saat ekstraksi sehingga
konsentrasi mineral yang diinginkan meningkat. Dalam tahap benefisiasi ini juga dilakukan penyederhanaan partikel menjadi lebih kecil untuk partikel dan
pengurangan kadar air. Tahap benefisiasi dilaksanakan di instalasi pengolahan yang biasanya terletak di dekat lokasi tambang Ripley et al., 1996.
Benefisiasi dalam penambangan timah dilaksanakan dengan cara pencucian di tambang menggunakan prinsip gravitasi dengan air sebagai media.
Peralatan yang digunakan adalah jig dan saluran cuci wasgotpalong yang dibuat dari kayu papan. Hasil akhir proses pencucian berupa konsentrat bijih
timah dengan kadar 30-40 Sn. Timah hasil pencucian di lapangan selanjutnya di bawa ke Pusat Pencucian Bijih Timah PT Timah Persero Tbk, 2009.
Proses metalurgi merupakan tahap pengolahan dan pemurnian dari bijih mineral yang diperoleh dari tahap ekstraksi dan tahap benefisiasi. Proses
metalurgi dibagi menjadi tiga kelompok: pyrometallurgy yang menggunakan suhu tinggi untuk membantu reaksi ekstraktif; hydrometallurgy yang menggunakan
pelarut cair untuk memisahkan logam dari bijih mineral dan electrometallurgy yang menggunakan energi listrik untuk efek pemisahan logam dalam larutan air
Ripley et al., 1996. Proses metalurgi pada pengolahan bijih timah adalah pyrometallurgy dan electrometallurgy. Proses pyrometallurgy dilakukan dengan
meleburkan konsentrat timah, anthrasit dan batu kapur dalam tanur pada temperatur operasi 1.300-1.350
o
C. Logam timah cair ditampung untuk diproses lagi di pemurnian. Proses electrometallurgy dilakukan untuk memperoleh hasil
produksi logam timah kualitas tinggi yakni dengan kandungan Sn 99,99 yang dikenal dengan Banka Fournine PT Timah Persero Tbk, 2009.
Kegiatan pertambangan seperti yang telah diuraikan di atas memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah,
menurunkan kesuburan tanah, meningkatkan erosi merubah iklim mikro, mencemari air tanah maupun air permukaan dengan logam berat dan tanah
menjadi terdegradasi dalam jangka panjang. PT Timah Persero Tbk, 2009; Ripley et al., 1996. Pada penambangan timah dengan sistem penambangan