bastides cities. Bagian-bagian kotanya dibagi-bagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel yang
membentuk sudut siku. Jalan-jalan utamanya membentang dari pintu gerbang utama kota sampai alun-alun utama pada bagian pusat kota. Sistem ini
merupakan sistem yang sangat cocok untuk pembagian lahannya dan untuk daerah luar kota yang masih banyak tersedia lahan kosong. Pengembangan
kotanya akan tampak teratur dengan mengikuti pola yang telah terbentuk Yunus, 2000:150.
II.4 Teori Penggunaan Lahan Kota
Penggunaan lahan dapat diartikan sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu. Kemampuan untuk meramalkan
kebutuhan perjalanan mendatang tergantung pada penentuan dan penggunaan tata guna lahan pada masa mendatang. Sehingga diharuskan untuk merinci tata guna
lahan yang ada. Penggunaan lahan ditentukan oleh lokasi dan tersedianya pelayanan yang memadai dari fasilitas kota. Meskipun transportasi dan tata guna lahan sangat
berhubungan, tepatnya perilaku hubungan ini adalah kompleks, dan transportasi adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan tata guna
lahan Catanese, 1998:381. Menurut Chapin 1979:28, ada 3 tiga sistem yang mempengaruhi penggunaan lahan perkotaan, yaitu :
a. Sistem aktivitas kota, berhubungan dengan manusia dan lembaganya. Dalam konteks ini, sistem aktivitas kota mewujudkan aktivitas antar tempat dan antar
perjalanan. Dengan kata lain bahwa pergerakan diwujudkan dalam jaringan transportasi, dan aktivitas diwujudkan dalam bentuk guna lahan.
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem pengembangan lahan, berhubungan dengan proses konservasi atau rekonversi lahan dan penyesuaiannya bagi kegunaan manusia. Sistem
pengembangan lahan ini berhubungan dengan lahan kota, baik itu dari segi penyediaannya maupun dari segi ekonomisnya.
c. Ssitem lingkungan. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi kehidupan dan keberadaan manusia serta habitat dan sumber daya untuk
mendukung kelangsungan hidup manusia. Ketiga sistem tersebut akan saling mempengaruhi dalam membentuk struktur
penggunaan lahan kota. Di negara maju, unsur yang paling penting dalam membentuk struktur ruang kota adalah sistem aktivitas. Karena di negara maju
dengan penduduk yang padat dan kegiatan perkotaan yang beraneka ragam mengakibatkan sistem aktivitas masyarakat kota akan lebih berperan daripada sistem
pengembangan lahan dan sistem lingkungannya. Dalam Yunus 2000:177, Charles Colby mencetuskan idenya tentang
kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi pola penggunaan lahan kota. Secara garis besar, kekuatan-kekuatan dinamis tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kekuatan sentrifugal dan kekuatan sentripetal. Kekuatan gerak sentrifugal adalah kekuatan yang menyebabkan adanya pergerakan penduduk dan fungsi-fungsi
pergerakan dari dalam kota menuju ke bagian luar kota pheripherial zone. Sedangkan gerak sentripetal adalah kekuatan yang menyebabkan adanya pergerakan
penduduk dan fungsi-fungsi pergerakan dari luar kota menuju ke bagian dalam kota inner zone. Berikut ini adalah hal-hal yang mendorong terjadinya gerak sentrifugal
dan gerak sentripetal.
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang mendorong terjadinya gerak sentrifugal : Adanya gangguan lalu-lintas kemacetan dan polusi
Sewa tanah yang murah Perumahan di daerah kota yang sempit
Keinginan secara naluri untuk menempati wilayah yang masih alami Hal-hal yang mendorong terjadinya gerak sentripetal :
Pertimbangan jarak antar rumah dan tempat bekerja yang dekat Dekat dengan pelayanan-pelayanan jasa dokter, pedagang dan sebagainya
Adanya tempat-tempat hiburan, seni dan olahraga Bagi perusahaan dan bisnis, lokasinya dekat dengan pusat pelayanan
transportasi stasiun, terminal, bandara dan sebagainya
II.5 Pengertian Pusat, Sub Pusat dan Wilayah Pinggiran