pelayanan kota yang ditunjukkan oleh sifat pelayanan pusat dan sub pusat pelayanan kota. Tingkat pelayanan kota merupakan tolak ukur keefisienan kota dimana nilai
efisiensi dapat dicapai apabila pusat pelayanan sesuai dengan kebutuhan penduduk. Struktur kota yang efisien adalah kota yang mampu mengakomodasikan pusat dan
sub pusat sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi ketergantungan kawasan kota hanya pada satu kawasan pusat saja. Berkaitan dengan pergerakan yang
mempengaruhi efisien suatu kota adalah ukuran yang didasarkan pada panjang perjalanan yang harus ditempuh dalam pergerakan dalam kota, konsumsi energi yang
harus dikeluarkan dan besarnya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan perjalanan Catanese, 1998.
II.5.1 Sub Pusat Kota
Proses perkembangan wilayah pinggiran kota akibat ketidakmampuan pusat kota dalam melayani masyarakat kota, menyebabkan terjadinya suatu pusat pada
wilayah baru di wilayah pinggiran sebagai bagian yang tidak lepas dari kota utamanya, menurut Gallion proses kejadian tersebut merupakan proses pembentukan
pusat tingkat kedua yang disebut pusat sekunder atau sub pusat. Sub pusat kota yang sifatnya masih terikat terhadap pusat kota utamanya, umumnya di dominasi oleh
kegiatan administrasi dan fungsi perdagangan besar. Kegiatan utama yang menyebabkan terbentuknya sub pusat kota ditandai dengan adanya kegiatan
perdagangan eceran, perkantoran, jasa profesi, jasa usaha, cabang-cabang bank dan kegiatan hiburan. Perkembangan daerah pinggiran kota telah mendorong bagi
tumbuhnya kota-kota yang bersifat multisentris, yaitu adanya pusat-pusat pertumbuhan baru di daerah pinggiran tersebut. Pada awal perkembangannya, yang
berkembang hanya berupa satu aktivitas kawasan, seperti aktivitas pemukiman,
Universitas Sumatera Utara
aktivitas industri atau aktivitas perdagangan dan jasa saja. Aktivitas tersebut akan menarik aktivitas-aktivitas lainnya untuk berlokasi di daerah pinggiran kota tersebut.
Perkembangan daerah pinggiran dapat dikatakan menjadi daerah sub pusat apabila memiliki kepadatan pekerjaan dan rasio pekerjaan dengan penduduk yang lebih
tinggi dibanding daerah lain di sekitar daerah pinggiran. Menurut Djoko Sujarto dalam Maziah, 2002:25 manfaat pembentukan sub pusat kota adalah :
a Memperoleh distribusi dan alokasi pemanfaatan ruang kota yang seimbang. Ada beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa penyebaran fasilitas kegiatan
perkotaan merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan sebagai tindak lanjut kebijaksanaan perluasan batas administrasi.
b Penetapan lokasi sub pusat kota yang tepat dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan kota.
No. Jenis Kegiatan
Fasilitas Kegiatan
1. Kegiatan Perkantoran
Kantor kecamatan, pos koramil, kantor swasta
2. Kegiatan Perdagangan
Pusat pertokoan, pasar wilayah dan jasa perdagangan lainnya, seperti : apotik,
restoran, bank,
bengkel, biro
perjalananpengangkutan, dll. 3.
Kegiatan Jasa-Jasa Pelayanan Lainnya :
- Fasilitas pelayanan umum - Fasilitas kebudayaan
- Fasilitas rekreasi - Fasilitas kesehatan
- Fasilitas peribadatan Kantor pos dan telekomunikasi, kantor
cabang PLN Balai
pertemuan, gedung
kesenian, perpustakaan
Taman, stadion kecil, bioskop, hotel, dan tempat rekreasi yang diperlukan
Puskesmas, rumah sakit wilayah Masjid, musholla, Gereja, dsb
Universitas Sumatera Utara
-Fasilitas penunjang transportasi Terminal, halte, pom bensin Sumber : Maziah 2002
Tabel II.2 Fasilitas Kegiatan Pada Sub Pusat Kota