Pemahaman tumbuhan dalam danau yang akarnya terapung

Tabel 1f lihat Lampiran 2 hal. 126 menggambarkan bahwa dari 24 informan pria dan wanita usia 21-45 tahun, tidak ada yang menyatakan sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon tumbuhan di dasar danau atau semua informan mengenal leksikon tersebut. Untuk tumbuhan Lumut, 21 orang 87,5 informan mengenalnya dan menyatakan referennya masih banyak ditemukan. Berdasarkan Tabel 1g lihat Lampiran 2 hal. 126 tersebut diketahui bahwa dari 24 orang informan pria dan wanita usia 15-20 tahun tidak ada yang sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon tumbuhan di dasar danau. Untuk tumbuhan Lumut, diketahui bahwa 21 orang 87,5 informan pada kelompok usia 15-20 tahun menyatakan kenal dan masih sering mendengar atau menggunakan leksikon ini karena referennya masih banyak dijumpai. Jumlah informan pria dan wanita usia di atas 46 tahun yang mengenal leksikon Lumut lebih sedikit dibandingkan dengan informan pria dan wanita usia 21-45 tahun dan 15-20 tahun. Dalam keseharian informan pria dan wanita usia di atas 46 tahun sudah jarang turun ke danau. Selain faktor usia, faktor suhu air danau yang rendah juga menjadi penyebabnya. Dapat dikatakan mereka tidak begitu sering melihat tumbuhan Lumut. Namun, leksikon ini masih terekam kuat dalam ingatan mereka.

5.1.2 Pemahaman tumbuhan dalam danau yang akarnya terapung

Ada 6 leksikon tumbuhan dalam danau yang akarnya terapung yang diujikan. Dari Tabel 2 lihat Lampiran 2 hal. 127 diketahui 34 47,2 dari 72 informan di empat kecamatan yang mengelilingi Lut Tawar itu menyatakan sama sekali jarang Universitas Sumatera Utara mendengar dan menggunakan leksikon Bernung. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan leksikon lainnya. Ketidakpahaman mereka terhadap leksikon Bernung dikarenakan referennya sedikit. Tumbuhan Bernung merupakan bahan baku pembuatan tikar tradisional khas Gayo. Saat ini masyarakat Gayo sudah beralih ke tikar plastik yang menurut mereka harganya lebih murah dan ketahanannya lebih lama dibandingkan tikar tradisional dari tumbuhan Bernung. Selain itu pembangunan jalan dan bangunan di sekitar danau mengurangi lahan tempat hidup tumbuhan ini. Sementara itu, 58 orang 80,6 informan menyatakan paling sering mendengar dan menggunakan leksikon Kerling pogeng. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan liar yang referennya masih banyak ditemukan di seluruh kecamatan sekitar danau. Pada Tabel 2a lihat Lampiran 2 hal. 127 dapat dilihat bahwa di Kecamatan Bebesen, leksikon tumbuhan yang sama sekali jarang didengar dan digunakan adalah Bernung. 9 orang 50 informan menyatakan tidak mengenal tumbuhan ini, karena referennya sedikit. Leksikon Bunge pogeng dikenal oleh 15 orang 83,3 informan. Leksikon tersebut paling sering didengar dan digunakan karena referennya masih banyak ditemukan di Kecamatan Bebesen. Tabel 2b lihat Lampiran 2 hal. 127 menggambarkan di Kecamatan Kebayakan, 8 orang 44,4 informan sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon Benyet. Perluasan wilayah permukiman dan perkotaan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan hilangnya habitat tumbuhan tersebut. Sebaliknya, untuk leksikon tumbuhan yang paling sering Universitas Sumatera Utara didengar dan digunakan dan referennya masih banyak ditemukan, 14 77,8 dari 18 informan memilih Bunge pogeng dan Kerling pogeng. Melalui Tabel 2c lihat Lampiran 2 hal. 128 diperoleh gambaran bahwa di Kecamatan Bintang, leksikon Bernung sama sekali jarang didengar dan digunakan oleh 8 orang 44,4 informan, karena sedikit referennya. Cepatnya perkembangbiakan tumbuhan Kerling pogeng menyebabkan 17 orang 94,4 informan paling sering mendengar dan menggunakan leksikon tersebut. Tabel 2d lihat Lampiran 2 hal. 128 menggambarkan bahwa di Kecamatan Lut Tawar, 10 orang 55,6 penutur sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon Bernung. Untuk leksikon tumbuhan yang paling sering didengar dan digunakan dan referennya masih banyak ditemukan 13 orang 72,2 informan memilih Kerling pogeng. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Lut Tawar. Dengan mengacu pada Tabel 2e lihat Lampiran 2 hal. 128, diperoleh gambaran bahwa tidak satupun informan pria dan wanita usia di atas 46 tahun yang sama sekali jarang mendengar dan menggunakan semua leksikon tumbuhan danau yang akarnya terapung. Ada dua leksikon tumbuhan yang paling sering mereka dengar dan gunakan, karena referennya masih banyak ditemukan di kecamatan ini, yaitu Bunge pogeng yang dikenal oleh 16 orang 66,7 informan dan Kerling pogeng yang dikenal oleh 15 orang 62,5 informan. 14 orang 58,3 informan pria dan wanita usia 21-45 tahun lihat Tabel 2f, Lampiran 2 hal. 129 sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon Universitas Sumatera Utara tumbuhan Bernung. Kebalikannya, 22 orang 91,7 informan mengenal tumbuhan Bunge Pogeng, dan 23 orang 95,8 informan mengenal tumbuhan Kerling pogeng. Jumlah tersebut menunjukkan seringnya penutur pria dan wanita usia dewasa beraktivitas di sekitar danau. Tabel 2g lihat Lampiran 2 hal. 129 menunjukkan 19 orang 79,2 informan pria dan wanita usia 15-20 tahun sama sekali jarang mendengar dan menggunakan leksikon tumbuhan dalam danau yang akarnya terapung yaitu Bernung, karena mereka tidak pernah menemukan tumbuhan ini. Sementara itu, 20 orang 83,3 informan menyatakan kenal dan masih sering mendengar atau menggunakan leksikon Kerling pogeng karena referennya masih banyak dijumpai.

5.1.3 Pemahaman tumbuhan di lingkungan danau