Tujuan Komunikasi Terapeutik Manfaat Komunikasi Terapeutik Proses Komunikasi Terapeutik

itu, perawat harus mampu beradaptasi dengan keunikan pasien, karena pasien yang satu dengan pasien yang lain tidak sama, baik topik maupun cara berhubungan atau berkomunikasi sehingga perawat harus memperhatikan dari sisi dimensi isi dan hubungan. Perawat harus memprediksi dan menentukan isi pesan apa yang akan disampaikan. Isi pesan yang disampaikan harus dapat memberikan efek terapeutik bagi pasien. Perawat harus membuat kontrak pertemuan dengan pasien terutama kapan dan dimana pertemuan tersebut dilaksanakan sehingga diharapkan komunikasi yang berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan dan materitopik yang akan dibicarakan atau disampaikan sesuai dengan tempat yang telah disepakati. d. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman pasien. Dalam proses komunikasi perawat harus memperhatikan kondisi emosional dari pasien sehingga dalam berkomunikasi perawat mampu menempatkan diri dalam berinteraksi. e. Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari pasien dan keluarga. Untuk mempercepat proses penyembuhan pasien dan keluarga harus mengikuti pesan yang disampaikan perawat. Untuk itu perawat harus menampilkan kesungguhan dari perawat dimana pesan verbal sesuai dengan pesan nonverbal atau pesan yang disampaikan sesuai kebutuhan pasien Nasir, dkk 2009.

3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk membina hubungan interpersonal antara perawat dan pasien, dalam membantu mengurangi beban perasaan dan pikiran yang diderita pasien, demi kesembuhan pasien itu sendiri. Menurut Purwanto 1999, tujuan dari komunikasi terapeutik : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lain lingkungan fisik dan dirinya. d. Meningkatkan tingkat kemandirian pasien. e. Meningkatkan rasa integritas yang tinggi pada pasien f. Meningkatkan hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai antar perawat dengan pasien g. Dipusatkan untuk kesembuhan pasien h. Mengatasi hambatan psikologis pada pasien.

3.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dengan peran perawat. Pelaksanaan komunikasi terapeutik yang baik sangat bermanfaat bagi keberhasilan perawat dalam melaksanakan tugasnya. Secara umum komunikasi terapeutik bermanfaat dalam media informasi, pendidikan, himbauan atau ajakan dan hiburan bagi pasien. Ada beberapa indikator manfaat komunikasi terapeutik dalam keperawatan, antara lain: a. Kepuasan pasien b. Kenyamanan pasien secara fisik c. Kesediaan pasien mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat berkomunikasi d. Pasien merasa cocok berkonsultasi dengan tim perawat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.4 Proses Komunikasi Terapeutik

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi, prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari : Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator adalah perawat yang memberikan pertolongan pada pasien . Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi. Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Keberhasilan komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy 2000 mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Pesan harus direncanakan 2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak 3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima 4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami 5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Teknik komunikasi terapeutik terdiri dari Stuart dan Sundeen, 1995 dalam simamora 2011: a. Mendengarkan Listening Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. Ellis 1998 menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang yang penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan ”anda bernilai untuk saya” dan ”saya tertarik padamu”. b. Pertanyaan terbuka Broad Opening Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak respon klien Stuart dan Sundeen, 1995 dalam simamora 2011. c. Mengulang Restating Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh klien. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Penerimaan Acceptance Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari memutar mata ke atas, menggelengkan kepala, mengerutkan atau memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien. e. Klarifikasi Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien. f. Refleksi Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk memelihara pendekatan yang tidak menilai Boyd dan Nihart, 1998 dalam Simamora 2011. g. Asertif Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain Lindberg dalam Nurjanah, 2001. Tahap-tahap menjadi lebih asertif antara lain menggunakan kata ”tidak” sesuai dengan kebutuhan, mengkomunikasikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maksud dengan jelas, mengembangkan kemampuan mendengar, pengungkapan komunikasi disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah. h. Memfokuskan Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas. i. Membagi persepsi Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan. j. Identifikasi ”tema” Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting. k. Diam Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA l. Informing Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan Stuart dan Sundeen, 1995. Kurangnya pemberian informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi. m. Humor Dugan 1989 mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane 1988 melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien. Sedangkan Nurjanah 2001 menyatakan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal dikarenakan tertawa mengurangi stres ketegangan dan rasa sakit akibat stres, serta meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA n. Saran Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Teknik ini tidak tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan Simamora, 2011.

3.5 Penerapan Komunikasi Terapeutik

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pada Pasien Stroke Di RSUD DR. Pirngadi Kota medan

25 463 89

Hubungan Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

3 66 139

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

2 66 161

Hubungan Kompetensi dan Komunikasi Interpersonal dengan Kinerja Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 20

Hubungan Kompetensi dan Komunikasi Interpersonal dengan Kinerja Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 4

Hubungan Kompetensi dan Komunikasi Interpersonal dengan Kinerja Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 9

B. PENGETAHUAN a. Dasar Komunikasi Terapeutik - Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pengetahuan 1.1 Pengertian Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 11