Profit asuransi jiwa syariah

Sumber : Data Olahan Premi yang dihitung berdasarkan tabel mortalitas, tingkat bunga dan cost of insurance, diakui sebagai dana perusahaan. Dana yang dikumpulkan untuk cadangan atau surplus tersebut kemudian diinvestasikan. Hasil investasi tersebut digunakan untuk mengurangi baiaya asuransi. Jika penanggung siap beroperasi lebih rendah daripada biaya yang dikalkulasi, atau jika klaim kematian lebih rendah daripada harapan, maka dana di akumulasi pada akhir tahun. Dana ini dapat dilokasikan kepada pemegang polis sebagai deviden atau profit bagi pemegang saham. Menurut Darmawi 2004:77 , “ premi yang dikumpulkan dan bunga yang dimiliki akan sama dengan total klaim kematian, biaya dan deviden yang akan dibayarkan.”

2.1.6.2 Profit asuransi jiwa syariah

Secara konsep, definisi profit pada asuransi jiwa syariah sama dengan asuransi jiwa pada umumnya. Profit diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan beban yang terjadi. Sebagaimana yang Manfaat Asuransi Premi+Bunga Peserta dijelaskan pada mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah Sula, 2004: 179 , sumber dana asuransi syariah berasal dari premi iuran peserta. Premi dalam asuransi syariah ditentukan berdasarkan tabel mortalitas, asumsi bagi hasil mudharabah , dan biaya-biaya asuransi yang adil dan tidak mendzalimi peserta. Unsur premi disini terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan. Unsur tabbaru’ perhitungannya diambil dari tabel mortalitas harapan hidup , yang besarnya tergantung usia dan masa-masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula tabarru’ berada pada kisaran 0.75 sampai 12. Premi kontribusi pada asuransi syariah disebut juga net premium karena hanya terdiri dari mortalitas, dan didalamnya tidak terdapat unsur loading. Juga tidak mengandung unsur bunga sebagaimana pada asuransi konvensional. Disini salah satu keunggulan asuransi syariah , karena tidak mengandung unsur bunga yaitu bunga teknik atau bunga aktuaria, yang telah ditetapkan diawal pembuatan produk, misalnya 9. Sehingga tidak terjadi salah kalkulasi karena bunga SBI, bunga deposito atau bunga kredit turun, yang biasa mengakibatkan perusahaan asuransi merugi, karena selisih antara bunga teknik dan bunga di market sangat tipis, dan tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya operasional. Sumber dana dialokasikan dalam berbagai instrument investasi yang sesuai syari’at Islam. Menurut Astiwara dalam tesisnya yang berjudul “ Investasi Islami di Pasar Modal : 1999:104-111 prinsip investasi yang Islami adalah: 1. Rabanni, artinya seorang investor meyakini bahwa dirinya, dan yang diinvestasikannya, profit dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat didalamnya adalah kepunyaan Allah. Secara teknis, prinsip ini akan memposisikan Allah SWT sebagai saksi dan pengawasan, sedangkan para pihak yang bertransaksi senantiasa ingat kepada Allah SWT dengan sifat-sifat Maha Kuasa dan Maha Sempurna yang dimiliki-Nya. 2. Halal, investasi yang halal yaitu investasi yang berbagai aspeknya termasuk dalam lingkup yang diperoleh ajaran Islam. 3. Maslahah, bermanfaat bagi masyarakat . Pihak-pihak yang terlihat dalam investasi, masing-masing harus dapat memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya. Dalam KMK No. 424 Tahun 2003, investasi yang diperkenankan dalam asuransi syariah adalah sebagai berikut: a. Deposito berjangka b. Saham pada BEJ c. Obligasi dengan rating terendah d. Surat berharga yang diterbitkan pemerintahBI e. Unit penyertaan reksadana f. Penyertaan langsung g. Bangunan dengan strata title h. Pinjaman polis i. Pembiayaan tanah dan atau bangunan, kendaraan dan barang modal dengan skema mudharabah. j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah Sumber dana yang dialokasikan dalam berbagai investasi akan menghasilkan keuntungan Sula,2004:220, yaitu: 1. Share profit surplus dari participant’s fund untuk produk-produk non saving 2. Share return on investment dari participant’s fund untuk produk-produk saving. Keuntungan tersebut setelah dikurangi dengan beban asuransi klaim dan premi reasuransi , akan menghasilkan profit. Pada asuransi konvensional, profit tersebut 100 menjadi milik perusahaan. Sedangkan pada asuransi syariah, profit tersebut dibagi antara perusahaan dengan peserta berdasarkan prinsip mudharabah dengan ketentuan dan distribusi sebagai berikut: a Ketentuan bagi hasil profit loss sharing Sula, 2004: 343 : 1. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari modal yang telah diberikan, sedangkan pihak mudharib menanggung resiko tidak mendapat profit dari hasil pekerjaan dan ussaha yang telah dijalankannya. 2. Pembagian profit dilakukan melalui tingkat perbandingan rasio. Profit tidak boleh direalisasikan dalam jumlah yang sama dan ditentukan. Sebelum mencapai pembagian profit, usaha mudharabah harus diubah menjadi uang, sedangkan modal harus terpisah sendiri. 3. Mudharib berhak mengambil semua biaya yang dikeluarkan dalam mejalankan bisnis dari permodalan mudharabah. 4. Mudharib tidak diperkenankan untuk turut serta menyediakan modal yang akan diinvestasikan dalam usaha mudharabah. 5. Jika mudharib melanggar persetujuan kontrak, dan mengalami kerugian dalam usahanya, maka dia harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang dialami. b Distribusi profit 1. Profit penanggung yang diperoleh dari hasil pengelolaan premi takaful pada akhir pertanggungan akan dibagikan secara proposional kepada seluruh tertanggung berdasarkan prinsip bagi hasil muhdarabah dengan nisbah, misalnya 70 untuk penanggung dan 30 untuk tertanggung dengan ketentuan tidak pernah menerima pembayaran atau sedang mengajukan klaim atas polis, dan tertanggung tidak membatalkan polis. 2. Bagi hasil yang menjadi bagian tertanggung akan dihitung berdasarkan premi yang diterima oleh penanggung yang dikalikan dengan rate hasil yang berlaku pada akhir pertanggungan polis. Sumber dana pada asuransi syariah yang lain adalah dana pemegang saham shareholder’s fund . Return on investment dari shareholder’s fund dapat diperoleh sebesar 100 dari hasil investasi. Sedangkan dari share surplus dana participant’s fund non saving dan share return on investment dari dana saving sebesar yang diperjanjikan dalam skema bagi hasil. Skema ini ditetapkan oleh manajemen atas persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perkembangan perusahaan. Berikut ini mekanisme pengelolaan dana antara dana pemegang saham DPS dengan dana peserta asuransi DPA : GAMBAR 2.4 MEKANISME PENGELOLAAN DANA ANTARA DPS DENGAN DPA Wakalah Ujrah 20 Peserta mudharabah 80 Pengelola Pemegang Saham Sumber : Sula 2004:218 Investasi Rekening investasi Rekening Investasi Rekening investasi Dibayarkan ke peserta Rekening tabarru’ Rekening tabrru’ Manfaat Asuransi Iuran peserta Investasi Operasional perusahaan Modal Perusahaan Modal Perusahaan Investasi Berdasarkan gambar diatas, hasil investasi yang diperoleh dari iuran peserta, dibagi kepada nasabah dan perusahaan. Pada gambar diatas, dicontohkan bagian untuk nasabah 20 dan perusahaan 80. Sedangkan investasi dari pemegang saham, murni 100 menjadi milik pemegang saham. Dengan sistem ini, peserta tidak hanya mendapat rekening investasi jumlah premi yang ia bayar dan manfaat asuransi, namun juga mendapatkan bagian dari profit investasi premi-preminya. Perusahaan tidak mengambil keseluruhan premi peserta untuk dijadikan dana perusahaan. Perusahaan hanya mengambil bagian tertentu dari hasil investasi tersebut untuk operasional perusahaan. Jika terjadi klaim, maka dana dari rekening tabarru’ itulah yang akan dibagikan ke peserta, sehingga perusahaan tidak dirugikan. Dan jika terjadi klaim, maka kumpulan dana tabrru’ akan menambah jumlah dana yang akan dibagi antara nasabah dan perusahaan. Inilah konsep yang benar-benar adil dan saling menguntungkan.

2.1.7 Efektivitas

Dokumen yang terkait

Evaluasi Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah

0 17 130

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ASURANSI PENSIUN SYARIAH (Studi Kasus Pada Bringin Life Syariah Kantor Cabang Surabaya)

2 53 85

EVALUASI PENERAPAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK NO. 105 (Studi pada PT BNI (Persero) Kantor Cabang Syariah Jember)

0 12 20

Analisis kesesuian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah dengan PSAK 105 (studi pada 4 BMT di Jkarta Selatan)

1 58 118

Gambaran penggunaan tabel mortalita dalam penetapan premi pada asuransi jiwa (studi kasus pada Pt. asuransi jiwa Bringanin Life Syariah)

7 74 95

PERBANDINGAN SISTEM ASURANSI JIWA SECARA SYARIAH DAN KONVENSIONAL Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Secara Syariah Dan Konvensional (Studi pada AJB Bumiputera 1912 Purwodadi).

0 0 13

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH (Studi Kasus Pada Bank Permata Syariah Jl. Dr.Soetomo No. 41 Surabaya).

0 0 98

ANALISIS PENCATATAN AKUNTANSI MUDHARABAH DEPOSITO BATARA IB MENURUT PSAK NO. 105 PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG PEKANBARU

0 0 7

EVALUASI TERHADAP EFEKTIFITAS SISTEM MUDHARABAH MENURUT PSAK NO.105 DAN SISTEM PROFITABILITAS PADA ASURANSI JIWA SYARIAH ( STUDI KASUS PT.BRINGIN LIFE SYARIAH – Cabang SURABAYA )

0 0 23

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH (Studi Kasus Pada Bank Permata Syariah Jl. Dr.Soetomo No. 41 Surabaya)

0 0 22