“ Al- Mudharabah is a commercial profit-sharing contract between
the provider or providers of funds for a bussiness venture and the enterpeneur who actually conducts the business”
“Mudharabah adalah kontrak bagi hasil komersial antara pemilik dana untuk bisnis, dan pengusaha yang memimpin perusahaanbisnis ”
Dari pengertian-pengertian diatas, pada prinsipnya mudharabah merupakan kontrak kerjasama yang membagi profitloss dari sumber dana
yang dimiliki oleh shahibul maal dan dikelola oleh mudharib. Kesepakatan bagi hasil tersebut sudah ditentukan di awal kontrak proporsinisbahnya .
2.1.5.1 Rukun dan Syarat
Rukun dan syarat mudharabah adalah Antonio, 1999:173 : a.
Pemodal dan Pengelola Dalam mudharabah ada dua pihak yang berkontrak : penyedia dana
atau shahibul maal dan pengelola. Syarat keduanya adalah sebagai berikut: 1
Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.
2 Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari masing-
masing pihak. b.
Sighat
Ucapan atau sighat yaitu penawaran dan penerimaan ijab dan qabul harus diucapkan kedua belah pihak guna menunjukan kemauan
mereka untuk menyempurnakan kontrak. Sighat tersebut harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut:
1 Secara eksplisit dan implisit menunjukan tujuan kontrak
2 Sighat
dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran. Atau, salah satu pihak meninggalkan tempat
berlangsungnya negosiasi kontrak tersebut, sebelum kesepakatan disempurnakan. 3
Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisa juga secara tertulis dan ditanda tangani.
b. Modal
Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola untuk tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas mudharabah.
Untuk itu, modal harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1
Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya yaitu mata uang . 2
Modal harus tunai. Namun beberapa ulama membolehkan modal mudharabah
berbentuk aset perdagangan, misalnya inventory.
2.1.5.2 Nisbah dalam mudharabah
Nisbah merupakan proporsi bagi hasil antara perusahaan dan
nasabah. Proporsi tersebut sudah ditetapkan diawal kontrak. Namun, yang ditetapkan hanya proporsi berupa perbandingan rasio atau berupa
prosentase, tidak berupa nilai kas tertentu. Hal ini dilakukan karena besarnya hasil investasi belum diketahui diawal kontrak, tergantung pada besar
kecilnya hasil yang akan didapatkan oleh perusahaan. Jumlah kas yang akan dibagi hasilkan, baru bisa ditentukan setelah kas benar-benar ditangan.
Prinsip ini meniadakan unsur gharar ketidak pastian yang timbul akibat ditetapkannya tingkat bunga diawal kontrak.
Untuk kerugian, menurut El-Ashker Sula, 2004:344 maka pihak mudharib
hanya tidak dapat mendapatkan keuntungan, sedangkan investor harus menaggung resiko kerugian tersebut. Dengan catatan, mudharib dalam
menjalankan usahanya sesuai dengan aturan yang telah mereka setujui, tidak menyalah gunakan modal yang dipercayakan kepadanya.
2.1.5.3 Perbedaan mudharabah dengan bunga