Alokasi dan didistribusikan Profit

Setiap dana yang diperoleh dari premi peserta merupakan sumber income terbesar bagi perusahaan asuransi. Premi nasabah itu kemudian diinvestasikan untuk menghasilkan profit. 1. Rate on Investment dari Shareholders Fund. Para pemegang saham yang telah menyetorkan dananya ke perusahaan sebagian modal awal, akan mendapatkan keuntungan dari investasi sahamnya. Modal awalnya yang disetor jumlahnya sesuai dengan syarat minimum modal didirikan suatu perusahaan asuransi yang telah ditetapkan dalam undang- undang asuransi. PT. Bringin Life Syariah- Surabaya didirikan dengan modal awal Rp 220 Milyar, yang mayoritas dimilki oleh PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA. Dana pemegang saham juga meliputi penambahan dana setelah perusahaan berjalan. Pada tahun 2008, para pemegang saham telah menambah ekuitas menjadi Rp 103,20 Milyar dari Rp 33,20 Milyar pada tahun sebelumnya. Dana pemegang saham diinvestasikan dan dicatat dalam akun yang terpisah dengan akun untuk dana peserta. Hal ini untuk menghindari bercampurannya dana peserta dengan dana milik perusahaan. Dana peserta adalah murni hak peserta. Perusahaan hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya. Investasi dari dana pemegang saham tidak menggunakan akad mudharabah. Tidak ada bagi hasil atas profit loss dari investasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dana tersebut adalah milik para pemegang saham, atau dalam usaha mudharabah. Sehingga dana pemegang saham dipisahkan dengan dana investasi peserta. Distribusi hasil investasi dari dana pemegang saham, 100 menjadi dana milik perusahaan kebijakan untuk membagi laba berupa deviden kepada para pemegang saham, ataupun menempatkannya dalam laba ditahan ditentukan oleh perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Jadi tidak ada akad mudharabah dalam mendistribusikan profit dana pemegang saham ini. 2. Share profit surplus underwriting dari participants fund untuk produk-produk non saving. Dari dokumentasi PT. Bringin Life Syariah- Surabaya, diperoleh data bahwa surplus underwriting yang didapatkan perusahaan didistribusikan menurut mekanisme pengelolaan dana sebagai berikut: GAMBAR 5.1 MEKANISME PENGELOLAAN DANA UNTUK PRODUK NON SAVING PERUSAHAAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN BIAYA OPERASIONAL HUBUNGAN MUDHARABAH PESERTA BAGIAN PERUSAHAA PREMI TAKAFUL BAGIAN PESERTA SURPLUS OPERASI BEBAN ASURA NSI TOTAL DANA TOTAL DANA HASIL INVES INVES TASI Iuran takaful dana tabarru’ dikurangi dengan loading adalah dana yang siap diinvestasikan oleh perusahaan. Dalam hal ini, peserta disebut shahibul maal pemilik modal dan perusahaan disebut mudharib atau pengelola modal. Hasil investasi ditambahkan pada dana peserta menjadi total dana. Selanjutnya total dana tersebut dikurangi dengan beban asuransi premi reasuransi dan klaim . Jika ada surplus, maka disebut keuntungan investasi. Keuntungan investasi atau dalam konteks ini disebut profit berdasarkan prinsip mudharab, akan dibagi antara perusahaan dan peserta. Pembagian yang dilakukan adalah berdasarkan rasio yang telah disepakati bersama di awal kontrak. Rasio ini dibuat oleh aktuaris berdasarkan estimasi tingkat pengembalian dan resiko investasi, biaya-iaya investasi dan perhitungan secara matematis. Dengan jumlah premi yang diajukan, aktuaris mengestimasikan rasio bagi hasil yang akan diterima perusahaan dan peserta. Akan tetapi yang dihitung dan diestimasi oeh aktuaris hanya berupa rasio, bukan nilai nominal rupiah tertentu. Hal ini dikarenakan investasi dari premi peserta belum dilakukan, sehingga belum diketahui berapa tingkat pengembalian investasi yang akan didapatkan. Inilah yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Keuntungan tidak akan dibagi sebelum investasi dilakukan dan hasil investasi diterima oleh perusahaan sebagai pengelola modal. Yang diketahui dan ditawarkan kepada peserta pada saat awal kontrak hanyalah rasio dari bagi hasil investasi. Misalkan rasio perusahaan dan peserta 60:40; 70:30, dsb. Untuk selanjutnya, rasio tersebut tidak harus disepakati oleh calon peserta asuransi, namun sifatnya masih ditawarkan. Jika calon peserta setuju, maka kontrak bisa disepakati. Namun jika calon peserta tidak sepakat dan mempunyai tawaran lain, maka hal ini juga bisa dilakukan. Misalnya, calon peserta berani membayar premi dalam jumlah besar dan masa kontrak yang panjang, dengan tingkat bagi hasil yang lebih besar untuk calon peserta. Untuk penawaran kontrak seperti ini, underwriter dan aktuaris akan menghitung tingkat keuntungan dan resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Untuk kontrak jangka panjang, semakin lama dan tersebut mengendap dalam perusahaan, semakin besar pula manfaat keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan karena investasi yang dilakukan adalah investasi jangka panjang yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih menjanjikan. Setelah perusahaan mendapat porsi bagi hasilnya, maka akan dikurangi dengan biaya-biaya operasional seperti biaya gaji karyawan, beban telepon, sewa gedung, dsb. Baru setelah itu keuntungan bersih didapatkan oleh perusahaan. Dengan prinsip mudharabah, profit yang didapatkan peserta maupun perusahaan bersifat tidak pasti. Hasil investasi yang dilakukan tergantung pada jumlah dana yang diinvestasikan, jangka waktu, dan tingkat pengembalian investasi yang telah diketahui dan diterima, akan dibagi berdasarkan rasio hasil kesepakatan peserta dan perusahaan diawal kontrak. Jika perusahaan sebagai mudharib tidak mendapat untung atas investasinya, maka peserta juga tidak akan mendapatkan bagi hasil investasi dananya. Inilah yang disebut keadilan. Untuk produk non tabungan, jika peserta meninggal dunia. Maka profit yang ia dapatkan ahli warisnya adalah sejumlah yang direncanakan. Walaupun peserta meninggal sebelum masa perjanjian habis, dan peserta belum membayar premi secara penuh, ia akan mendapat santunan sesuai yang ia rencanakan diawal kontrak. Perusahaan mengambil dana untuk santunan ini dari dana tabarru’. Jika peserta hidup hingga perjanjian berakhir, maka ia akan mendapatkan bagian keuntungan atas dana tabarru’ dan investasinya asalkan jika ada surplus. Jumlah yang didapatkan peserta ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah. Berikut ilustrasi pendistribusian profit kepada peserta dan perusahaan untuk produk non saving pada perusahaan PT. Bringin Life Syariah- Surabaya :  Ada 10 peserta  Premi per peserta 1 juta  Jumlah premi adalah 10 juta  Loading biaya 30  Hasil investasi setara dengan 10  Biaya Reasuransi adalah 1,5 juta  Biaya klaim 2 juta  Bagi hasil 60 40 Perhitungan yang diperoleh adalah sebgai berikut:  Premi Rp 10.000.000,-  Loading Rp 3.000.000,-  Biaya Reas netto Rp 1.500.000,-  Premi netto Rp 5.500.000,-  Biaya klaim Rp 2.000.000,-  Klaim Reas Rp 1.600.000,-  Hasil investasi Rp 1.000.000,-  Ta’awun 10 Rp 1.000.000,-  Surplus yang dibagi hasilkan Rp 5.100.000,-  Surplus yang dibagi hasilkan Rp 5.100.000,-  ~bagi peserta 60 x Rp 5.100.000,- = Rp 3.060.000,-  ~bagi perusahaan 40x Rp 5.100.000,- = Rp 2.040.000,-  Rate bagi hasil untuk peserta:  ~ Rp 3.060.000,- x 100 = 0.306 Rp 10.000.000,-  Sehingga perusahaan memperoleh pengelolaan:  ~Rp 3.000.000,- + Rp Rp 2.040.000,- = Rp 5.040.000,-  ~Ta’awun adalah untuk membantu kumpulan lain yang klaimnya lebih besar dari premi kumpulan defisit dalam hal ini diasumsikan. 3. Rate on Investment dari Participant Fund untuk produk-produk saving Data yang diperoleh dari dokumentasi PT. Bringin Life Syariah- Surabaya menunjukan bahwa pada produk saving , mekanisme pengelolaan dana hingga profit dididstribusikan kepada peserta, digambarkan dalam skema sebagai berikut: GAMBAR 5.2 MEKANISME DISTRIBUSI PROFIT PRODUK SAVING Keuntungan perusahaan perusahaan Biaya operasional peserta hasil investasi 30 70 contoh Rekening khusus Investasi Rekening tabungan Rekening tabungan Bayar kepada peserta Pada peserta Manfaat takaful Rekening tabungan Rekening khusus Premi Takaful Total dana Sumber: Modul Pengetahuan Dasar Takaful Berdasarkan gambar 5.2 dana yang pertama kali diterima oleh perusahaan adalah premi. Premi yang dibayarkan oleh peserta ini ditentukan besarnya oleh aktuaris berdasarkan tabel mortalitas, asumsi bagi hasil, dan biaya- biaya asuransi. Ketepatan perhitungan premi akan mempengaruhi jumlah keuntungan yang diterima perusahaan. Premi yang dihitung berdasarkan asumsi bagi hasil ini, membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional yang memakai sistem bunga teknik. Sistem bagi hasil tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi bunga yang terjadi dipasar., karena yang dipakai dasar bukannlah bunga. Inilah yang menyebabkan PT. Bringin Life Syariah- Surabaya dari mulai berdirinya hingga sekarang tidak pernah mengalami negative spread akibat bunga teknik lebih besar dari bunga pasar. Pada PT. Bringin Life Syariah- Surabaya, jumlah keuntungan yang ingin didapatkan peserta, menetukan besarnya premi yang akan ia bayar. Perusahaan menetukan batas minimum manfaat yang diterima peserta, dan peserta bisa membuat komposisi produk baru premi dengan manfaat sesuai yang ia inginkan. Sistem seperti ini memberikan keuntungan tersendiri bagi peserta karena mereka bukan hanya ditawari produk dan manfaat yang akan diterimanya, tetapi juga bisa mengajukan manfaat takaful baru. Premi peserta dipisahkan menjadi 2 rekening, yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru’. Rekening tabungan merupakan jumlah premi peserta yang jumlahnya tidak akan pernah berubah, kapanpun peserta akan mengambilnya. Dalam asuransi syariah tidak dikenal dan hangus seperti di asuransi konvensional. Hal ini karena pengelolaan dana peserta benar-benar dipisahkan dengan dana perusahaan dan ditempatkan dalam rekening yang berbeda pula, jika terjadi klaim, maka dana yang dibayarkan untuk klaim tersebut diambil dari kumpulan dana tabrru’ . Sebagai contoh, seorang peserta melakukan kontrak asuransi selama 10 tahun. Jika sebelum sampai 10 tahun ia mengambil dananya atau mengundurkan diri, maka peserta tersebut akan mendapat pengembalian dari dana yang telah ia setor tanpa dikurangi sedikitpun. Namun pada tahun pertama atau kedua, dana peserta akan berkurang jumlahnya karena adanaya loading sebesar 30-35 dan tabarru’. Sedangkan hasil investasi belum bisa mencukupi untuk menuntupkan biaya loading dan tabarru’ tersebut. Rekening tabarru’ berisi sejumlah dana yang telah diikhlaskan oleh peserta untuk kepentingan dana kebijakan atau dana tolong menolong. Dana tabarru’ ini muncul karena dalam berasuransi, peserta tidak hanya bertujuan untuk menjaminkan resikonya saja. Namun, sebagaimana sifat dasar asuransi syariah, takaful adalah perwujudan tolong menolong sesama muslim. Sehingga jika ada peserta yang tertimpa musibah, maka sudah seharusnyalah peserta yang lain juga turut ikut membantu. Besarnya rekening tabarru’ berkisar antara 0,5-10 dari setiap premi yang dibayarkan. Besar kecilnya dana tabarru’ ini ditentukan pula oleh jenis kontrak yang dilakukan. Untuk kontrak pertanggungan dari resiko yang besar, tabarru’ nya besar pula. Karena kemungkinan terjadinya klaim juga besar pula. Sebagai contoh, dana tabarru’ untuk peserta perokok lebih besar dari pada peserta non perokok karena resiko terkena penyakit dan meninggalnya lebih besar. Tabarru’ untuk peserta yang berusia 60 tahun lebih besar dari pada peserta yang berusia 40 tahun karena resiko meninggalnya juga lebih besar. Setelah premi disetor dan dipisahkan menjadi 2 rekening, total dana dikurangi dengan loading dan tabarru’ lalu diinvestasikan. Hasil investasi dari dana tabungan dan dana tabarru’ dimasukkan ke rekening yang terpisah. Berbeda dengan tabungan non saving yang keseluruhan dana peserta berupa tabarru’, dana tabarru’ pada produk saving ini hanya di tentukan sekian persen dari premi. Sehingga hasil investasi yang terbesar adalah dari rekening tabungan. Berdasarkan peraturan dari Departemen Keuangan, investasi terbesar asuransi adalah berupa deposito di bank sebesar 60. Ini dilakukan untuk menjaga solvabilitas dan likuiditas perusahaan agar mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim pada peserta kapanpun klaim itu diajukan, dan mampu bertahan ketika 40 investasi yang dilakukannya pada instrumen selain deposito di bank, mengalami kerugian. Hasil investasi dari rekening tabungan selanjutnya dikurangi dengan beban asuransi beban klaim dan premi reasuransi dan selanjutnya dibagi antara perusahaan dan peserta. Pembagian yang dilakukan berdasarkan rasio bagi hasil yang telah disepakati oleh perusahaan dan peserta diawal kontrak. Berbeda dengan asuransi konvensional yang mengambil keseluruhan profit dari investasinya, asuransi syariah lebih mengedepankan prinsip keadilan dalam pembagian profit. Bagi perusahaan, profit adalah keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan dana yang bukan milki perusahaan. Meskipun peserta telah memeberikan dananya secara keseluruhan kepada perusahaan dengan imbalan pertanggungan perlindungan dari resiko yang kemungkinan akan dialami peserta, namun konsep ini bukan berarti sama dengan jual beli. Perjanjian akad yang dipakai adalah tabarru’ dan mudharabah. Dengan akad ini, dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk premi, merupakan milik peserta shabibul maal dan perusahaan sebagai pemegang amanah mudharib . Sehingga segala keuntungan yang didapat dari investasi dana tersebut harus dibagi. Perusahaan mendapat porsi bagi hasil sebagai imbalan atas usaha dan tenaga dalam mengelola dana. Berikut ini contoh ilustrasi pada produk saving yang diperoleh dari dokumen PT. Bringin Life Syariah- Surabaya. Ilustrasi: Bapak Ali berusiia 40 tahun, menjadi Peserta Program Bringin Dana Investasi Syariah dalam jangka waktu 15 tahun dan premi tahunan sebesar Rp 10.000.000,- Manfaat: dengan asumsi hasil investasi netto per tahun 12 Bila Bapak Ali ditakdirkan panjang umur sampai dengan akhir masa perjanjian maka:  Penerimaan manfaat akan menerima:  ~dana tabungan Rp 135.172.500,-  ~bagian hasil Investasi Peserta Rp 164.246.750,98  Total Rp 299.419.250,98 Bila Bpk. Ali ditakdirkan meninggal dunia pada masa perjanjian misalkan pada tahun ke-5 , maka:  Penerima manfaat akan menerima:  ~ dana kebajikan Rp 100.000.000.000,-  ~dana tabungan Rp 43.257.500,--  ~bagian hasil investasi peserta Rp 13.486.788,55  Total Rp 156.744.288,55 Bila Bpk. Ali mengundurkan diri dari kepersertaan misalkan tahun ke-5, maka akan memperoleh :  ~dana tabungan Rp 43.257.500,-  ~bagian hasil investasi peserta Rp 13.486.788,55  Total Rp 56.744.288,55 TABEL 5.3 PERHITUNGAN MUDHARABAH PADA PRODUK SAVING Sumber: Data Produk PT. Bringin Life Syariah- Surabaya. Secara umum, dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam distribusi profit pada PT. Bringin Life Syariah- Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama, hasil investasi perusahaan dinyatakan dalam prosentase dari jumlah dana yang diinvestasikan. Dengan catatan, hasil investasi dari dana tabungan dan dana tabrru’ dipisahkan dalam dua rekening yang berbeda. Total dana tabungan dan hasil investasinya masuk dalam rekening DPT Dana Peserta Takaful . Sedangkan total dana tabarru’ dan hasil investasinya masuk kedalam rekening khusus tabarru’. 2. Tahap kedua, total nilai klaim peserta dikurangkan dari rekening tabarru’, jika surplus maka dibagi hasilkan beserta hasil investasi dari dana tabungan. 3. Tahap ketiga, perusahaan melihat jenis produk yang diikuti oleh peserta, serta manfaat yang ia terima. Perusahaan menetukan hak bagi hasil peserta dengan melihat status pertanggungannya, apakah peserta mengundurkan diri mengajukan klaim. 4. Tahap keempat, perusahaan menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk masing-masing tipe peserta dengan mengalikan tingkat investasi dengan dana tabungan peserta. 5. Tahap kelima, perusahaan menetapkan porsi bagi hasil untuk masing-masing tipe produk sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan dengan mengalikan point 4 dengan porsi bagi hasil peserta dalam prosentase dan porsi bagi hasil perusahaan. Untuk tahun ke-2 dan seterusnya, bagi hasil dirumuskan sebagai berikut: BH = P- TBR + NTs x TI x P. Mdr + BHs…………………………2 Keterangan: BH = Bagi hasil BHs = Bagi hasil tahun sebelumnya P = Premi NTs = Nilai Tunai tahun sebelumnya TI = Tingkat Investasi P. Mdr = Prosentase mudharabah BHs = Bagi hasil tahun sebelumnya

5.2 Analisis dan Pembahasan

5.2.1 Evaluasi Efektifitas Profit PT. Bringin Life Syariah- Surabaya

Sebagaimana dijelaskan pada Bab 2, efektifitas profit pada asuransi jiwa syariah diukur dengan menggunakan beberapa indikator efektifitas. Untuk mengetahui indikator efektifitas pada PT. Bringin Life Syariah – Surabaya, maka pertanyaan penelitian yang digunakan adalah bagaimana indikator efektifitas profit pada PT. Bringin Life Syariah- Surabaya dan unit analisis yang digunakan adalah: a. Rasio-rasio profitabilitas dari laporan keuangan perusahaamn untuk mengetahui hubungan antara hasil operasi dan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan laba. b. ukuran-ukuran yang menjadi acuan dalam menentukan efektifitas profit perusahaan, yaitu : profit target, syariah compliance, mutual benefit. c. Ukuran kinerja asuransi secara umum, seperti : RBC Risk Based Capital , likuiditas, deposito wajib dbagi cadangan teknis, dll. Berikut ini disajikan evaluasi yang dilakukan dari indikator kualitatif sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 2, yakni : 1. Profit Target atau target pencapaian profit 2. Syariah Complience atau kesesuaian dengan syariah 3. Mutual Benefit atau keuntungan yang timbal balik.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah

0 17 130

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ASURANSI PENSIUN SYARIAH (Studi Kasus Pada Bringin Life Syariah Kantor Cabang Surabaya)

2 53 85

EVALUASI PENERAPAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK NO. 105 (Studi pada PT BNI (Persero) Kantor Cabang Syariah Jember)

0 12 20

Analisis kesesuian perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah dengan PSAK 105 (studi pada 4 BMT di Jkarta Selatan)

1 58 118

Gambaran penggunaan tabel mortalita dalam penetapan premi pada asuransi jiwa (studi kasus pada Pt. asuransi jiwa Bringanin Life Syariah)

7 74 95

PERBANDINGAN SISTEM ASURANSI JIWA SECARA SYARIAH DAN KONVENSIONAL Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Secara Syariah Dan Konvensional (Studi pada AJB Bumiputera 1912 Purwodadi).

0 0 13

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH (Studi Kasus Pada Bank Permata Syariah Jl. Dr.Soetomo No. 41 Surabaya).

0 0 98

ANALISIS PENCATATAN AKUNTANSI MUDHARABAH DEPOSITO BATARA IB MENURUT PSAK NO. 105 PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG PEKANBARU

0 0 7

EVALUASI TERHADAP EFEKTIFITAS SISTEM MUDHARABAH MENURUT PSAK NO.105 DAN SISTEM PROFITABILITAS PADA ASURANSI JIWA SYARIAH ( STUDI KASUS PT.BRINGIN LIFE SYARIAH – Cabang SURABAYA )

0 0 23

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH (Studi Kasus Pada Bank Permata Syariah Jl. Dr.Soetomo No. 41 Surabaya)

0 0 22