Syariah Complience menurut PSAK No. 105 tahun 2007
menurut PSAK No. 105 aplikasi dengan PENERAPAN PADA PT. Bringin Life Syariah- Surabaya
KONSEP PENERAPAN
1. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari modal yang telah
diberikan, sedang mudharib menanggung resiko tidak mendapatkan
keuntungan dari hasil usaha yang dijalankan
1. Investasi yang dilakukan di takaful ada 2 macam, yaitu :
a Profit Sharing yaitu investasi
yang akan membagi hasil investasinya dengan pemilik
modal jika mendapat profit saja. Jika rugi, maka kerugian
ditanggung perusahaan mudharib
b Profit Sharing, yaitu investasi
yang akan membagi hasil investasinya baik untung maupun
rugi. 2. Pembagian keuntungan dilakukan
melalui tingkat perbandingan rasio 2. Profit yang diperoleh oleh perusahaan
ini didistribusikan kepada peserta berdasar trasio yang telah disepakati di
awal kontrak. Jumlah nominal yang diterima oleh peserta baru diketahui
setelah investasi benar-benar telah menghasilkan keuntungan riil.
3. Keuntungan profit tidak boleh direalisasikan dalam jumlah yang sama
dan ditentukan. 3. Keuntungan yang dibagi tergantung
pada hasil investasi perusahaan yang besarnya selalu berubah-ubah tiap
periodenya. 4. Sebelum mencapai pembagian
keuntungan, usaha mudharabah harus diubah menjadi uang, sedangkan modal
harus terpisah sendiri. 4. Investasi yang dilakukan dalam
bentuk penyertaan modal saham, obligasi, dinilai dulu dalam bentuk
rupiah. Dalam ilmu syariah khususnya pada perusahaan, rekening- rekening
perusahaan dipisahkan dengan rekening peserta, sehingga tidak tercampur
dengan modal dari para pemegang saham.
5. Mudharib berhak mengambil semua biaya yang dikeluarkan dalam
menjalankan bisnis dari permodalan mudharabah
5. Perusahaan mengambil loading sebesar 20-35 dari premi awal
dengan sepengetahuan peserta.
6. Mudharib tidak diperkenankan turut serta menyediakan modal yang akan
6. Modal dari para pemegang saham yang turut diinvestasikan bersama
diinvestasikan dalam usaha mudharabah.
dengan dana peserta, tidak menggunakan akad mudharabah. Keuntungan dari
investasi modal murni 100 menjadi milik perusahaan. Yang dibagi hasilkan
adalah investasi yang berasal dari premi peserta.
7. Jika mudharib melanggar persetujuan kontrak dan mengalami kerugian, maka
dia harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang dialami.
7. hingga saat ini, perusahaan belum pernah melanggar persetujuan kontrak
dengan peserta. Kerugian yang dialami perusahaan adalah akibat keputusan
untuk melakukan investasi jangka panjang. Dan kerugian inipun murni
ditanggung oleh perusahaan. Sumber: Konsep Sula, 2004:343 dan PSAK No. 105 tahun 2007.
Kesesuaian penerapan mudharabah pada profit PT. Bringin Life Syariah- Surabaya terhadap konsep mudharabah dalam Islam diawasi oleh
Dewan Pengawas Syariah DPS . Dalam struktur perusahaan, DPS sejajar dengan fungsi Dewan Komisaris sebagai pengawas direksi. Tanggung jawab
utama DPS adalah mengawasi jaannya operasional Lembaga Keuangan Syariah LKS , agar implementasi sistem dan produk-produknya tetap sesuai
dengan syariah Islam. DPS membuat laporan tahunan yang berisi pernyataan bahwa LKS yang diawasinya telah sesuai dengan ketentuan syariah.
Pernyataan ini dimuat dalam annual report perusahaan. Evaluasi tentang kesesuaian sumber, alokasi dan distribusi profit
dengan syariah Islamn adalah sebagai berikut: a. Sumber
Profit Sebagaimana dijelaskan pada sub bab sebelumnya, profit PT. Bringin
Life Syariah- Surabaya berasal dari ROI dari shareholders fund, share profit surplus underwriting dari participant fund untuk produk non saving, dan
share profit ROI dari participant fund untuk produk saving. Keuntungan yang didapat dari ketiga sumber tersebut, diperoleh dengan akad mudharabah
kecuali ROI dengan shareholders fund yang 100 menjadi milki perusahaan. Share profit tersebut dibagi antara perusahaan dan nasabah
berdasar nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Hal ini sesuai denga prinsip keadilan, karena tidak ada unsur ghahar ketidak pastian , maishir judi ,
dan juga tidak ada unsure bunga yang termasuk riba’. b. Alokasi
Profit Alokasi profit selanjutnya adalah pada instrument investasi yang
sesuai syariah. Hal ini ditandai dengan investasi yang dilakukan pada deposito bank syariah, hipotik dengan akad mudharabah, investasi dalam bentuk
saham dan reksadana syariah, serta penyertaan modal dalam perusahaan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
Namun ada deposito wajib yang diberlakukan oleh Departemen Keuangan yang harus dimilki oleh perusahaan asuransi jiwa yaitu investasi
pada bank sebesar 60. PT. Bringin Life Syariah- Surabaya menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito di bank syariah dan ada
juga deposito di bank konvensional yang merupakan keharusan. Agar tidak menyimpang dari prinsip syariah, maka hasil investasi dari deposito ini
dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan tidak dialokasikan untuk membayar klaim manfaat kepada nasabah.
c. Distribusi Profit
Dalam hal distribusi profit, profit baru dibagiakan setelah hasil investasi diperoleh. Rate mudharabah tiap periode berubah-ubah sesuai hasil
investasi perusahaan. Dengan konsep ini, perusahaan tidak akan dirugikan jika suatu saat kondisi perekonomian turun dan hasil investasi juga menurun
karena profit yang dibagikan kepada peserta juga mengikuti tingkat pengembalian investasi perusahaan. Begitu juga saat perekonomian sedang
booming maka hasil investasi yang didapatkan juga besar dan bagi hasil kepda peserta besar pula.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal Bab 1 bahwa pada asuransi konvensional terjadi praktek gharar ketidakpastian , maisir
judiuntung-untungan , dan riba’ praktek bunga . Dari sini jelas terlihat ketidak sesuaian asuransi konvensional dalam segala hal mekanismenya
dengan syariat Islam. Berikut ini disajikan data beberapa fatwa dari Lembaga dan Ormas Islam Indonesia Sula, 2004:68-70 :
A. Keputusan Munas Alim Ulama NU No. 03 Munas 1992 tentang asuransi
menurut Islam. Asuransi jiwa hukumya haram kecuali apabila memenuhi ketentuan
persyaratan sebagai berikut: 1.
Apabila asuransi jiwa tersebut mengandung unsur saving. 2.
Pada waktu menyerahkan uang premi, pihak tertanggung berniat untuk menabung untungnya pada pihak penanggung.
3. Pihak penanggung berniat menyimpan uang tanggungan milik tertanggung
dengan cara-cara dihalalkan oleh syariat Islam. 4.
Pihak tertanggung dapat mengambil atau menarik kembali sejumlah uang simpanannya dari penanggung.
5. Bila suatu ketika tertanggung tidak dapat membayar premi, maka:
a. Uang premi tersebut menjadi utang yang dapat diangsur oleh-oleh
tertanggung pada waktu pembayaran premi berikutnya. b.
Hubungan antara penangung dan tertanggung tidak terputus. c.
Uang tabungan milik tertanggung tidak dinyatakan hangus oleh penanggung, kecuali terjadi kecurangan atas tindakan kebohongan
pada akad penyalahgunaan kepercayaan . d.
Bila sebelum jatuh tempo tertanggung meninggal dunia,maka ahli warisnya berhak mengambil sejumlah uang simpanannya.
B. Keputusan Muktamar
Muhammadiyah di Malang pada tahun 1987. Muhammadiyah berkesimpulan bahwa asuransi konvensional
hukumnya haram, karena mengandung unsur gharar, maisir, riba’. Kecuali asuransi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah.
C. Fatwa Majelis Hibah Persis di Kota Bandung pada tahun 1995 dalam sidang
yang ke-12. a.
Semua asuransi konvensional yang ada saat ini mengandung unsur gharar, maisir, riba’.
b. Gharar, maisir, riba’ hukumnya di haramkan.
c. Adapun Takaful yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti
dengan catatan Takaful yang masih harus terus berusaha menyempurnakan apa yang telah ada.
D. Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada Rapat Kerja Nasional pada tahun 2003.
MUI memutuskan bahwa bunga bank hukumnya haram. Semua transaksi berdasarkan bunga yang berjalan selama ini dinilai sudah memenuhi
unsur-unsur riba’ yang sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an.