EVALUASI TERHADAP EFEKTIFITAS SISTEM MUDHARABAH MENURUT PSAK NO.105 DAN SISTEM PROFITABILITAS PADA ASURANSI JIWA SYARIAH ( STUDI KASUS PT.BRINGIN LIFE SYARIAH – Cabang SURABAYA ).
( studi kasus PT.Bringinlife Syariah-Surabaya )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
Erlina Mariza Widianti
0613010057/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
ASURANSI JIWA SYARIAH
( studi kasus PT.Bringin Life Syariah-Surabaya )
Yang Diajukan :
Erlina Mariza Widianti
0613010057/FE/EA
Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Hero Priyono, MS.i, Ak
Tanggal :………
NIP. 030217165
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur
DRS. EC. SAIFUL ANWAR, MS.i
NIP. 030 19443
(3)
ASURANSI JIWA SYARIAH
( studi kasus PT.Bringin Life Syariah-Surabaya )
Disusun Oleh :
Erlina Mariza Widianti
0613010057/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 21 Mei 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Hero Priyono, MS.i, Ak
……….
NIP. 030217165
Sekretaris
………..
Anggota
………...……
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
DR. H. Dhani Ichsanudinnur, SE, MM
NIP. 030 202389
(4)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya ysng diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“ EFEKTIFITAS SISTEM MUDHARABAH MENURUT PSAK NO. 105 dan
SISTEM PROFITABILITAS pada ASURANSI JIWA SYARIAH ( Studi
Kasus pada PT. Bringin Life Syariah-Surabaya ) , dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi,
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1.
Bapak DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3.
Ibu DR. Sri Trisnaningsih, MS.i. Selaku Ka. Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Dr s. Ec. Hero Priono, MS.i, Ak, Selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga penulis bisa
merampungkan tugas skripsinya.
(5)
6.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
7.
Kepada Ayahanda R. Widagdo Soesatio dan Ibunda Mudwiastuti tercinta,
terima kasih atas kasih sayang, kesabaran dan dukungan moril dan materiil
yang diberikan kepada penulis dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih. ”Ludia”,
”Kiki”, dan ”mas Faishal Soelthon” terima kasih atas semua cinta, kasih
sayang, kesabaran, pengertian, semangat, dukungan, serta do’a yang diberikan
kepada penulis selama ini.
8.
Semua teman-temanku dibangku kuliah terima kasih untuk segalanya, serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik
membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, Mei 2010
Penulis
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
i
DAFTAR ISI ...
iii
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR……….
x
DAFTAR LAMPIRAN………..
xi
ABSTRAKSI ...
xii
BAB I : PENDAHULUAN………...
1
1.1
Latar Belakang Masalah………..
1
1.2
Perumusan Masalah……….. 7
1.3
Tujuan Penelitian……….. 7
1.4
Manfaat Penelitian………..
7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….. 9
2.1 Landasan Teori…………..……….
9
2.1.1 Asuransi Secara Umum……….
9
2.1.1.1 Pengertian Asuransi………
9
2.1.1.2 Manfaat dan Prinsip Asuransi……….. 11
2.1.2 Asuransi Syariah…...………. 14
2.1.2.1 Definisi Asuransi Syariah.………. 14
2.1.2.2 Prinsip Asuransi Syariah………
15
(7)
2.1.3 Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional…… 19
2.1.4 Mekanisme Pengelolaan Dana…….………..
25
2.1.5 Al-Mudharabah...
29
2.1.5.1 Rukun dan Syarat...………..
31
2.1.5.2 Nisbah dalam mudharabah……….
32
2.1.5.3 Perbedaan mudharabah dengan bunga……
33
2.1.5.3.1 Penerapan mudharabah dalam
Asuransi Jiwa Syariah...
35
2.1.6 Tinjauan Umum tentang Profit………...
36
2.1.6.1 Profit Asuransi Jiwa Konvensional………...
37
2.1.6.2 Profit Asuransi Jiwa Syariah...…...
40
2.1.7 Efektifitas…...………..
46
2.1.7.1 Definisi Efektifitas………
46
2.1.7.2.1 Sistem mudharabah menurut
PSAK No. 105………
47
2.1.7.2.2
Indikator
Efektifitas penerapan mudharabah
pada profit perusahaan Asuransi Syariah…. 49
BAB III : METODE PENELITIAN……….. ...
52
3.1. Pendekatan Penelitian…..………...
52
3.2 Alasan Ketertarikan Peneliti ( Acknowledge )...
55
3.3 Penentuan Informan...………....
55
(8)
3.4 Desain Penelitian Studi Kasus ...
56
3.4.1 Pertanyaan
Penelitian...
56
3.4.2 Unit
Analisis...
56
3.4.3 Sumber data dan Jenis data...
57
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data...………….
59
3.5.1 Teknik
Analisis...
59
3.5.2 Pengujian Kredibilitas Data...
60
3.6 Logika yang Mengaitkan Data dengan Proporsisi dan Proporsisi
penelitian………... 62
3.6.1 Logika yang Mengaitkan Data dengan Proporsisi...
62
3.6.2 Proporsisi
Penelitian...
62
3.7 Kriteria yang Menginterprestasikan
Temuan...……… .
63
BAB IV: DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN... 64
4.1 Keberadaan Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia...
64
4.2 Sekilas Profil PT. Bringin Life Syariah- Surabaya...
66
4.3 Penentuan Peserta di PT. Bringin Life Syariah- Surabaya...
68
4.4 Prosedur dan Resiko atas Klaim yang diterima oleh Peserta Asuransi.. 69
4.5 Profit pada PT. Bringin Life Syariah- Surabaya……… 72
4.6 Tujuan PT.Bringin Life Syariah – Surabaya terkait dengan Profit….. 73
4.7 Laporan Dokumentasi Direksi Mengenai Laporan Keuangan
Periode Tahun 2003………. 74
(9)
BAB V: HASIL PENELITIAN... 75
5.1 Deskripsi Hasil Penelitian……… 75
5.1.1 Penerapan Mudharabah pada Profit
PT. Bringin Life Syariah-Surabaya……… 75
5.1.1.1 Sumber Profit………. 77
5.1.1.2 Alokasi dan didistribusikan Profit……….
83
5.2
Analisis dan Pembahasan……….. 100
5.2.1 Evaluasi Efektifitas Profit
PT. Bringin Life Syariah- Surabaya………. 100
5.2.1.1 Profit Target……… 101
5.2.1.2 Syariah Complience menurut
PSAK No. 105 tahun 2007……… … 111
5.2.1.3
Sistem
Mudharabah menurut
PSAK No. 105 …... 119
5.2.1.4 Mutual Benefit………... 121
5.3
Analisis Rasio Profitabilitas……… 131
5.4
Keterbatasan Penelitian……….. 144
(10)
vii
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN……….. 145
6.1
Kesimpulan……….. 145
6.2
Saran……… 146
DAFTAR PUSTAKA
(11)
Non Saving Perusahaan……….. ... 27
Gambar 2.3 Mekanisme Pengelolaan Dana Pada
Asuransi Jiwa Konvensional ... 39
Gambar 2.4 Mekanisme Pengelolaan Dana Antara DPS dengan
DPA……… 45
Gambar 4.4 Ilustrasi………. 70
Gambar5.1 Mekanisme Pengelolaan Dana Untuk
Produk Non Saving Perusahaan……….. 86
Gambar 5.2 Mekanisme Distribusi Produk Saving……….. 92
Gambar 5.3 Mekanisme Klaim PT. Bringin Life Syariah- Surabaya………… 103
(12)
Lampiran II
Profil Perusahaan
Lampiran III Laporan Keuangan Kantor Pusat dari PT. Bringin Life Syariah-
Surabaya Tahun 2003
Lampiran IV Daftar Peserta Asuransi Pembiayaan Syariah
Lampiran V Surat Permintaan Asuransi
Lampiran VI Laporan Pemeriksaan Kesehatan
Lampiran VII Bukti-Bukti Surat Klaim
Lampiran VIII Bukti Kwitansi Pembayaran Premi Asuransi beserta Sertifikat Polis
Lampiran IX Daftar Pertanyaan Wawancara dan Temuan
Lampiran X Jurnal Pendapat dari Para Fuqaha Islami
Lampiran XI Daftar dokumentasi foto lapangan penulis
xi
(13)
dan Asuransi Konvensional……….. ... 19
Tabel 2.2 Perbedaan sistem mudharabah dengan bunga ... 34
Tabel 5.1 Komposisi Saham……….. 78
Tabel 5.2 Dana Tabarru’ untuk Produk Al- Khairat Individu……….. 81
Tabel 5.3 Perhitungan Mudharabah pada Produk saving……… 98
Tabel 5.4 Perbandingan RBC PT. Bringin Life Syariah- Surabaya dengan
Asuransi Lain……….. 106
Tabel 5.5 Laba ( Rugi ) PT. Bringin Life Syariah- Surabaya………. 109
Tabel 5.6 Perbandingan Laba/ Rugi PT. Bringin Life Syariah- Surabaya
dengan Asuransi Lain……… 110
Tabel 5.7 MATCHING KONSEP MUDHARABAH
menurut PSAK No. 105 ( aplikasi ) dengan Penerapan Pada
PT. Bringin Life Syariah- Surabaya……… 112
Tabel 5.8 Nilai Tunai……….. 123
Tabel 5.9 Perbandingan Keuntungan/ Kerugian Asuransi Syariah
dengan Asuransi Konvensional Terkait dengan profitabilitas….. 127
Tabel 5.10 ROA, PROFIT MARGIN dan ASSET TURN OVER
PT. Bringin Life Syariah- Surabaya……… 133
Tabel 5.11Kenaikan ( Penurunan ) NilaiI Akun
Dalam Laporan Laba/ Rugi……… 136
(14)
ix
(15)
Oleh :
Erlina Mariza Widianti
Abstraksi
Perusahaan asuransi jiwa merupakan salah satu lembaga keuangan yang penting
perannya bagi perekonomian masyarakat. Saat ini, asuransi jiwa syariah telah banyak
bermunculan dengan menawarkan konsep yang berbeda dengan asuransi jiwa
konvensional, dimana asuransi jiwa syariah perlakuan profitnya menggunakan sistem
mudharabah yang terlepas dari unsure gharar (ketidak pastian),
maisir (judi/untungan-untungan) dan riba’.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode studi kasus
dengan subyek penelitian adalah PT.Bringin Life Syariah Cabang Surabaya. Data
diperoleh dari sumber annual report dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan sistem mudharabah pada perlakuan profit asuransi jiwa
syariah, serta efektifitas penerapan sistem mudharabah terhadap profit tersebut.
Sistem mudharabah pada profit PT.Bringin Life Syariah diterapkan sesuai
dengan mudharabah pada asuransi jiwa syariah. Dalam jangka pendek, sistem ini
belum memberikan hasil yang memuaskan hal kuantitas profit yang diterima oleh
perusahaan. Namun secara kualitatif, penerapan sistem mudharabah pada profit
asuransi jiwa syariah yang lebih baik dibandingkan asuransi konvensional, karena
mampu bertahan dari banyaknya klaim, sesuai dengan syari’at Islam, serta
memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi peserta dan perusahaan.
Keywords: Sistem Mudharabah, Efektifitas Profit, Asuransi Jiwa Syariah.
xii
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam asuransi konvensional pada umumnya, dapat dibuktikan secara pasti bahwa kontrak-kontrak yang digunakan dalam sistem opersional dan praktek asuransi konvensional saat ini, tidak terlepas dari praktek-praktek gharar ( ketidakpastian), maisir ( judi/untung-untung) dan riba. Ketiga hal ini sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam praktek asuransi. Gharar terjadi karena ketidakjelasan status dari peserta sejak awal kontrak, karena tidak ada pemisahan dana antara dana milik perusahaan dengan dana milik nasabah. Sehingga kontrak dibuat dengan berasaskan pengandaian (ikhtimal) semata. Maisir atau gambling disebabkan adanya
gharar sistem dan mekanisme pembayaran klaim. Jadi maisir terjadi karena adanya gharar. Sedangkan riba merupakan tambahan sejumlah uang kepada peserta asuransi yang perhitungannya berdasar sistem bunga yang ditetapkan diawal kontrak.
Keberadaan asuransi dengan berbagai jenisnya di dunia belahan Timur (Islam) sejak semula merupakan salah satu masalah yang rumit. Kerumitan itu muncul bukan hanya disebabkan asuransi sebagai salah satu sistem ekonomi atau perdagangan yang pertama kali muncul di Barat1 tetapi juga menyangkut dengan Aqad (transaksi)2asuransi sebagai bagian dari
(17)
mu'amalah al-haditsah yang belum pernah dibahas dalam sistem mu'amalah Islam oleh para Fuqaha terdahulu3. Di kalangan fuqaha masih terdapat perbedaan pendapat tentang boleh tidaknya membuat transaksi baru4 sebagai produk ijtihadi sesuai dengan kebutuhan zaman.
Sesuai dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan berbagai kemajuan di bidang ekonomi, umat Islam dalam mensikapi asuransi dengan berbagai jenis produknya dihadapkan kepada dua pilihan yang dilematis. Di satu pihak muncul satu dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup masa depan dengan melihat asuransi dan keikutsertaan menjadi pengelola atau menjadi nasabahnya, merupakan masalah yang urgen, namun di pihak lain umat Islam belum mampu melibatkan diri secara optimal dalam bidang usaha ini, karena masih ada keraguan tentang hukumnya. Keraguan itu muncul sejalan dengan permasalahan asuransi yang baru dikenal di dunia Islam abad ke 195 disamping praktek operasionalnya yang oleh sebagian
fuqaha dianggap mengandung ketidakpastian (gharar), memilki unsur gambling (maisir), unsur riba' dan bersifat komersial ( Yusuf Qardhawi, t.t.:264-265). Namun demikian di tengah-tengah berbagai keragaman pendapat itu, asuransi tumbuh dan berkembang di berbagai belahan dunia Islam dengan berbagi bentuk dan coraknya, termasuk di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
(18)
Asuransi Jiwa disebut dengan asuransi sejumlah uang yang bertujuan untuk membayar premi yang telah ditetapkan kepada nasabah secara pasti, meskipun jumlah setoran yang harus dibayar oleh nasabah seringkali tidak pasti, terutama nasabah yang mengalami resiko sebelum berakhirnya masa pembayaran yang ditetapkan dalam polis.
Mekanisme pengelolaan dana/ premi peserta asuransi yang didasari
gharar, maisir dan riba akan mengakibatkan keuntungan/kerugian pada salah satu pihak. Kondisi perekonomian dan frekuensi terjadinya musibah yang berfluktuasi menyebabkan jumlah untung/ rugi investasi tidak bisa dipastikan. Sedangkan jika tingkat bunga sudah ditentukan diawal kontrak, akan menimbulkan ketidakadilan yang dilarang dalam Islam.
Seiring dengan munculnya berbagai masalah perasuransian, serta dibutuhkannya sebuah sistem yang sesuai dengan prinsip syariah, maka muncul asuransi syariah yang berpendoman pada hukum Islam. Dengan jumlah penduduk muslim yang mencapai hampir 200 juta jiwa, potensi asuransi syariah di Indonesia sangat besar. Potensi itu pula yang menyebabkan perusahaan asuransi syariah dari luar negeri, terutama dari Malaysia, berekspansi usaha ke Indonesia. Perusahaan asuransi kerugian tingkat dunia, Lloyd juga berniat mempelajari asuransi syariah di Indonesia. Llyod menganggap asuransi syariah sebagai solusi bagi masalah yang tengah melanda industri asuransi konvensional ( Republika, Desember 2007).
(19)
Konsep asuransi syariah merupakan konsep dimana terjadi saling memikul resiko diantara sesama peserta. Saling memikul resiko ini dilakukan atas dasar takaful ( tolong menolong ) dalam kebaikan, dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebijakan yang ditunjukan untuk menggung resiko. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Al-Maidah ayat 2, “ Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan menolong dalam dosa dan permusuhan”
( Al-Maidah:2 ).
Dalam asuransi syariah, sistem bunga diganti dengan sistem
mudharabah/ bagi hasil. Konsep ini meniadakan riba dalam seluruh kegiatan operasionalnya, mulai saat premi dihimpun dari nasabah hingga profit dibagi kepada nasabah dan perusahaan. Profit yang dibagikan mengikuti prinsip dalam sistem mudharabah. Pada prakteknya, penerapan sistem mudharabah
ini masih perlu direvaluasi sehingga dengan konsep awalnya dan tidak ada pihak yang dirugikan. Karena pada kenyataanya, market share asuransi syariah masih kecil “ Pada tahun 2002 baru sekitar 1% dan tahun 2004 ini
share-nya hanya sekitar 1,5% dari total produksi asuransi yang mencapai Rp 35 Triliun “ ( Sula, 2004:25 ).
Tujuan utama dari perusahaan asuransi konvensional adalah murni bisnis, yaitu untuk mendapatkan laba/ profit yang besar. Hal ini terbukti dengan semua dana yang diperoleh dari premi nasabah, semuanya menjadi dana milik perusahaan. Sehingga perusahaan-perusahaan asuransi
(20)
konvensional hanya menerima premi dari nasabah. Namun seringkali perusahaan-perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim nasabah. Profit yang dinikmati nasabah dalam bentuk manfaat asuransi, tergantung pada alokasi profit yang diberikan perusahaan, berdasarkan tingkat bunga yang ditetapkan diawal kontrak. Profit yang diperoleh perusahaan hanya dibagikan kepada para pemegang saham, dan nasabah tidak mendapat bagian profit ini. Nasabah tidak mendapat keuntungan dari hasil investasi atas premi yang dibayarkannya, karena semuanya menjadi hak milik perusahaan. Disini terjadi ketidakadilan.
Namun pada asuransi syariah, nampak sekali nuansa spiritual yang melandasinya. Tujuan dari perusahaan adalah mencari keuntungan ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan dan perjuangan umat, memperkuat basis lapisan ekonomi menegah, selain dalam upaya menegakkan syariat Islam di bidang “iqtishadiyah”/ekonomi, dan menciptakan kultur ekonomi yang Islami. Jadi ada misi aqiqah dan ibadah (ta’awun) dalam semua praktek operasionalnya. Profit yang dihasilkannya disini, dibagikan kepada perusahaan dan nasabah berdasarkan rasio yang disepakati diawal kontrak. Konsep ini disebut sistem mudharabah. Konsep pembagian profit seperti ini menunjukan keadilan, karena nasabah sebagai pemilik dan mendapat keuntungan, dan perusahaan sebagai pengelolaan dana juga mendapat keuntungan.
(21)
Pengelolaan asuransi yang umumnya dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perbankan telah menawarkan berbagai produk asuransi, seperti asuransi umum yang meliputi asuransi kebakaran, kendaraan, pengangkutan, rekayasa enginering dan sebagainya, di samping asuransi keluarga, seperti asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Kini dengan seiring berkembangannya dunia ekonomi perbankan maka tak perlu diragukan lagi dengan banyak hal yang kompleks seputar syariah, termasuk aplikasi proses efektifitas profit pada asuransi jiwa syariah. Dengan melihat keuntungan bagi hasil yang seimbang sesuai dengan aturan hukum penerapan dasar Akuntansi Syariah pada sistem mudharabah maka prospek jaminan keselamatan yang dibentuk dalam badan perusahaan penjamin hari esok ini pun mampu bersaing dengan pihak penyandang asuransi secara konvensional lainnya.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh tentang penerapan sistem mudharabah terhadap profit pada asuransi jiwa syariah yang berusaha mengeliminir unsur gharar, maisir dan
riba’ dalam setiap kontrak/ akad-akadnya, mulai saat premi dibayarkan hingga saat jatuh tempo/ atau selesai kontrak. Penulis juga mencoba untuk mengevaluasi apakah mekanisme tersebut telah efektif diterapkan pada perusahaan asuransi syariah.
(22)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka kita dapat menarik suatu permasalahan yang akan dikaji lebih mendalam pada penelitian ini, yaitu:
Bagaimanakah “ Efektifitas Penerapan Sistem Mudharabah menurut PSAK 105 dan Sistem Profitabilitas pada Asuransi Jiwa Syariah ( studi kasus PT.Bringinlife Syariah-Surabaya ) ? “
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah serta rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem mudharabah menurut PSAK 105 dan sistem profitabilitaspada asuransi jwa syariah.
(23)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Melalui penelitian ini, diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis tentang sistem mudharabah menurut PSAK 105 yang diterapkan dalam asuransi jiwa syariah.
2. Bagi perusahaan
Melalui penelitian ini, diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan, untuk mengetahui sejauh mana sistem mudharabah telah efektif diterapkan dalam mekanisme penegelolaan profitnya.
3. Bagi masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat tentang sistem mudharabah dalam asuransi jiwa syariah dan mengetahui keunggulannya dari sisi nilai yang diberikan, dibandingkan sistem bunga dalam asuransi konvensional.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori asuransi secara umum, asuransi syariah, perbedaan asuransi syariah dan konvensional, mekanisme pengelolaan dana, Al- Mudharabah, tinjauan umum tentang profit, efektifitas dan proposisi penelitian.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Asuransi secara umum
2.1.1.1 Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut verzekering yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung.
Definisi asuransi dari sudut pandang ekonomi, merupakan suatu metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkobinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. Menurut bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan utamanya
(25)
menerima/ menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagai resiko diantara sejumlah besar nasabahnya. Menurut pandangan sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemidahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya untuk membayar kerugian yang kemungkinan akan terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Menurut pandangan
matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam
memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko ( Darmawi, 2004:2 ).
Definisi asuransi yang lain seperti dikutip dari pendapat meurut Mehr,
Asuransi adalah a device for reducing risk by combining a sufficient number of exposure units to make their individual losses collectivelly predictable. The predictable loss is then shared by or distributed propotionately among all units in the combination. (Suatu alat ntuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proposional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut),
(Sula, 2004:26)
(26)
An economic intituition that reduces risk by combining undere one management and group of objects so situated that the aggregate accidential losses to which the group is subject become predictable within norrow limits
(Institusi ekonomi yang mengurangi resiko dengan menggabungkan dibawah satu manajemen dan kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih kecil ), (Sula, 2004:26-27).
Definisi baku dari asuransi adalah menurut Undang-Undang Tentang Usaha Perasuransian, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1992 yang berisi:
1. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang dipertanggungkan.
2. Yang dimaksud “ penanggung “ dalam definisi itu adalah suatu badan usaha asuransi yang memenuhi UU No.2/1992.
(27)
Asuransi sebagai sebuah mekanisme perlindungan, merupakan langkah yang tepat bagi seseorang dalam membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi menjawab kebutuhan rasa aman bagi setiap orang. Sehingga saat terjadi malapetaka atau bencana, maka berkurangnya nilai ekonomi seseorang serta kesejahteraan keluarga dapat terjamin dan hilangnya fungsi sebuah benda dapat tergantikan.
Menurut Darmawi ( 2004:4), asuransi mempunyai beberapa manfaat yang menguntungkan,diantaranya adalah:
1. Melindungi resiko investasi
2. Sebagai sumber dana investasi
3. Melengkapi persyaratan kredit
4. Mengurangi kekhawatiran
5. Mengurangi biaya modal
6. Menjamin kestabilan perusahaan
7. Meratakan keuntungan
8. Meyediakan layanan profesioanal
(28)
Disamping itu, asuransi mempunyai peranan sebagai fungsi proteksi bagi keluarga, tabungan di hari tua/ masa depan, sebagai alat bisnis, proteksi dari kebakaran, pengangkutan, kerusakan dan kehilangan.
Prinsip-prinsip asuransi adalah unsur-unsur penting dalam perjanjian yang mengatur hubungan, hak dan kewajiban para pihak agar perjanjian pertanggungan dapat berjalan dan berlaku.
Prinsip-prinsip dalam asuransi ( Takaful:14) adalah:
1. Insurable Interest (kepentingan yang dapat diasuransikan)
Adalah hubungan kepentingan antara peserta/ tertanggung dengan objek pertanggungan atau pihak yang dipertanggungkan. Peserta/ tertanggung dianggap mempunyai kepentingan yang Insurable jika ia mengalami kerugian bila objek atau pihak yang dipertanggungkan mengalami musibah. Jika ternyata tertanggung tidak mempunyai kepentingan, maka ia tidak berhak memperoleh ganti rugi.
2. Utmost Good Faith (itikad baik)
Kedua pihak yang melakukan kontrak asuransi harus mempunyai itikad baik untuk mengemukakan semua informasi masing-masing pihak. Bagi terrtanggung, ia membutuhkan informasi dengan jelas tentang jaminan dan keuntungan yang akan ia terima jika menjadi nasabah. Sebaliknya, informasi yang sesungguhnya dari tertanggung, diperlukan oleh penanggung
(29)
untuk memberikan sesungguhnya dari tertanggung, diperlukan untuk memberikan keputusan menerima/ menolak objek pertanggungan.
3. Indemnity (Ganti Rugi)
Prinsip indemnitas merupakan suatu mekanisme ganti rugi yang ada dalam asuransi. Jika terjadi musibah dan tertanggung mengajukan klaim, maka penanggung akan mengembalikan posisi keuangan tertanggung sama dengan sebelum terjadi musibah.
4. Subrogasi (pengalihan pihak)
Bila penanggung telah membayar ganti rugi kepada tertanggung, padahal peristiwa yang dialami tertanggung melibatkan pihak ke-tiga, sedang tertanggung tidak bersalah, maka hak untuk menuntut kepada pihak ke-tiga tersebut menjadi tugas penanggung.
2.1.2 Asuransi Syariah
2.1.2.1 Definisi Asuransi Syariah
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ( DSN-MUI ) dalam fatwanya No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang pendoman umum asuransi syariah, menyebutkan definisi tentang asuransi syariah.
(30)
Asuransi syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad ( perikatan ) yang sesuai dengan syariah.
Istilah lain yang sering digunakan dalam asuransi syariah adalah takaful. Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu, yang secara etimologis berarti menjamin atau saling menanggung.
Menurut Sula ( 1996:1) “ takaful ialah saling memikul resiko diantara sesama orang, sehingga diantara satu dengan yang lainnya menjadi penganggung atas resiko yang lainnya. “ Saling memikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana ibadah, sumbangan, derma yang ditunjukan untuk menanggung resiko.
2.1.2.2 Prinsip Asuransi Syariah
Disamping prinsip–prinsip asuransi secara umum, menurut Sula
(2004;228), dalam asuransi syariah ada prinsip-prinsip tambahan yang membedakannya dengan asuransi konvensional, yaitu:
(31)
1. Prinsip berserah diri dan ikhtiar
Sebagai hamba Allah SWT, sudah seharusnya manusia berserah diri terhadap apapun ketentuan dan takdir Alllah. Manusia tidak pernah tahu apakah ia akan mendapatkan musibah atau tidak, dan kapan terjadinya. Sehingga manusia harus berserah diri sepenuhnya pada Allah SWT. Namun dampak/ akibat yang ditimbulkan setelah kematian merupakan masalah tersendiri bagi ahli waris. Karena itulah, salah satu bentuk usaha/ ikhtiar untuk memulihkan keadaan ekonomi ahli waris hingga sama sebelum tertanggung meninggal adalah dengan mengikuti asuransi syariah. Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa manusia dapat berusaha untuk menghindari pengambilan resiko yang melebihi kemampuan yang wajar untuk menanggulanginya.
2. Prinsip tolong menolong
Tolong menolong atau Ta’awun adalah inti dari prinsip asuransi syariah dan merupakan fondasi dasar dalam menegakkan konsep asuransi syariah. Al-Qur’an sebagai dasar hukum asuransi syariah, juga banyak menyatakan tentang prinsip tolong menolong ini.
3. Prinsip saling bertanggung jawab
Dalam asuransi syariah, diantara satu peserta dengan peserta yang lain, terdapat tanggung jawab untuk saling memikul beban saudaranya dengan niat yang ikhlas. Setiap musibah bukan hanya menjadi beban peserta asuransi yang tertimpa, namun juga menjadi tanggung jawab peserta lain.
(32)
Itu cermin dalam dana tabarru’ yang dengan sengaja di niatkan dengan ikhlas untuk di sumbangkan kepada peserta lain yang tertimpa musibah.
4. Prinsip saling kerjasama dan bantu membantu
Asuransi merupakan bentuk kerjasama bagi umat Islam,karena masing-masing berusaha meringankan beban saudaranya yang tertimpa musibah, dengan membesarkan dan mengumpulkan dan untuk investasikan di asuransi syariah.
Bantu membantu merupakan bentuk kerja sama sebagai aplikasi dari ketakwaan kepada Allah SWT. Di antara cerminan ketakwaan itu adalah sebagai berikut:
a.) Melaksanakan fungsi harta dengan benar, diantaranya untuk kebijakan
b.) Menepati janji
c.) Sabar ketika mangalami bencana
(33)
Peserta asuransi syariah telah setuju untuk saling melindungi dari kesusahan, bencana, dll. Keselamatan dan keamanan merupakan hak untuk semua orang, termasuk semua orang perlu dilindungi.
Bagi perusahaan asuransi syariah, merupakan tugas yang berat untuk menciptakan iklim saling melindungi dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena hal itu memerlukan moral yang kuat diantara para praktisi asuransi, dan mengerti prinsip-prinsip yang diinginkan oleh asuransi syariah.
6. Prinsip kontribusi ( Al-Musahamah )
“ Al- Musahamah ‘ kontribusi’ adalah suatu bentuk kerjasama mutual dimana tiap-tiap peserta memberikan kontribusi dana kepada suatu perusahaan dan peserta tersebut berhak memperoleh kompensasi atas kontribusinya tersebut berdasarkan besarnya saham (premi) yang ia miliki
( bayarkan )” ( Sula, 2004:246).
Menurut Billah ( 1999: 21-24 ), “ kontribusi (al- musahamah) dalam perjanjian takaful adalah pertimbangan keuangan dari bagian peserta yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta dan pengelola”. Perjanjian takaful dalam kerjasama mutual yang mana pertimbangan dibutuhkan tidak hanya dari satu pihak, tetapi kedua pihak
(34)
sehingga pengelolaan juga secara sama terikat dengan perjanjian serta dalam ganti rugi dan keuntungan.
Dalam perjanjian takaful, jika debitur dengan alasan logis tidak mampu meyelesaikan uang tepat waktu, maka debitur tadi tidak boleh ditekan oleh kreditur. Sebaliknya, ia disarankan untuk memperpanjang waktu hingga memungkinkan debitur mampu melunasi utangnya, atau memberi keringan pembayaran dengan iklas dan polis tetap berlaku berdasarkan syarat dan ketentuan yang terdapat dalam sertifikat. Karena berdasarkan hukum Islam, Polis asuransi adalah transaksi finansial yang mana kontribusi yang dibayar adalah properti sah peserta yang tidak dapat dikurangi. Tidak ada situasi yang menyebabkan polis dikurangi dengan kontribusi yang sudah dibayar, bahkan jika peserta melakukan pelanggaran niat baik atau lainnya.
Bila semua perusahaan asuransi menggunakan prinsip asuransi syariah, maka laba/ profit akan didistribusikan kepada perusahaan dan nasabah. Dengan prinsisp ini, akan tercipta keadilan dalam hal pembagian profit sehingga masyarakat makmur sejahtera. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah.
(35)
2.1.3 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
Terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara asuransi syariah dan asuransi konvensional. Diantaranya seperti yang dirangkum oleh Sula
(2004:26) dalam table berikut:
TABEL 2.1
PERBEDAAN ANTARA ASURANSI SYARIAH
DAN ASURANSI KONVENSIONAL
NO PRINSIP ASURANSI
KONVENSIONAL
ASURANSI SYARIAH
1. Sumber Hukum Bersumber dari
pikiran manusia dan kebudayaan.
Berdasarkan hukum positif, hukum alami, dan contoh
Bersumber dari Al-Qur’an, sunnah, ijma’, fatwa shahabat, qiyas, istihsan, dan tradisi mashlahah mursalah.
(36)
sebelumnya
2. Maghrib ( maisir,
gharar dan riba )
Tidak selaras dengan syariah Islam karena adanya Maghrib yang diharamkan dalam muamalah.
Bersih dari adanaya praktek gharar, maisir dan riba’.
3. DPS
(Dewan Pengawas Syariah )
Tidak ada, sehingga dalam banyak prakteknya
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’.
Ada, yang berfungsi untum mengawasi pelaksanaan operasioanal perusahaan agar terbebas dari praktek-praktek muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Akad
Akad jual beli
(mu’awadhah,
idz’aan, gharar,
muzlim).
Akad tabarru’ dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadi’ah syirkah,dsb)
(37)
dimana terjadi transfer resiko dari tertanggung kepada penanggung.
risk,dimana terjadi proses saliong menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun)
6. Pengelolaan dana Tidak ada pemisahan
dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving-life).
Pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’, derma dan dana peserta sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life dan general
insurance)semuanya bersifat tabarru’.
7. Investasi Bebas melakukan
investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sepanjang
(38)
dan tidak terbatas pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan.
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang.
8. Kepemilikan dana Dana yang terkumpul
dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana saja.
Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shohibul maal), asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut.
9. Unsur premi Unsur premi terdiri
dari table mortalita, bunga, biaya-biaya asuransi.
Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabaaru’ dan
(39)
mengandung unsure riba’). Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik.
10. Loading Loading pada
asuransi
konvensional cukup besar terutama diperuntukan komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada.
Pada sebagaian asuransi syariah, loading tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana pemegang saham. Tetapi sebagian yang lain sekitar 20%-30% dari premi tahun pertama. Dengan demikian nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk.
11. Sumber
pembayaran klaim
Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai
Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabaaru’,
(40)
konsekuensi
penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada nuansa spiritual.
dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah maka peserta lainnya ikut menganggung bersama resiko tersebut.
12. Sistem akuntansi Menganut konsep
akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa atau non kas. Dan mengakui pendapatan
peningkatan asset, expenses, lialibilities, dalam jumlah
tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang.
Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban atau utang yang akan terjadi dimasa datang. Sementara apakah itu
(41)
2.1.4 Mekanisme pengelolaan dana
Mekanisme pengelolaan dana (premi) dalam asuransi syariah dibagi menjadi dua sistem (Sula, 2004:177-180), yaitu:
1. Sistem pada produk saving / tabungan.
2. Sistem pada produk non saving/ tidak ada tabungan.
Keterangan untuk masing-masing sistem sebagai berikut:
(1) Sistem pda produk saving
benar-benar dapat terjadi, hanya Allah SWT yang tahu.
13. Keuntungan
( profit )
Keuntungan yang diperoleh dari
surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.
Profit yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta.
(42)
1. Dalam sistem tabungan, premi yang dibayarkan peserta akan dipisahkan menjadi 2 rekening, yaitu:
a. Rekening tabungan, yatu kumupulan dana yang merupakan milik peerta dan dibayarkan bila:
1) Perjanjian berakhir
2) Peserta mengundurkan diri
3) Peserta meninggal dunia
b. Rekening tabarru’, yaitu kumpulan dari yang diniatkan oleh peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu, dan dibayarkan bila:
2. Peserta meninggal dunia
3. Perjanjian berakhir ( jika ada surplus dana )
Kemudian total dana diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip syariah. Hasil investasi dibagi antara perusahaan dengan nasabah
berdasarkan sistem mudharabah yang prosentasenya berdasarkan
kesepakatan antara peserta dan nasabah di awal kontrak ( dalam skema dicontohkan 70:30 ). Bagi perusahaan, hasil investasi akan dikurangi dengan biaya-biaya operasional, sehingga keuntungan bagi perusahaan.
Berikut ini skema mekanisme pengelolaan dana untuk produk dengan unsur tabungan/ saving:
(43)
GAMBAR 2.2
MEKANISME PENGELOLAAN DANA UNTUK PRODUK NON SAVING
PERUSAHAAN
HUBUNGAN
MUDHARABAH
PESERTA
Sumber : Sula (2004:179)
KEUNTUNGAN PERUSAHAAN BIAYA OPERASIONAL INVES TASI HASIL INVES TASI PREMI TAKAFUL TOTAL DANA TOTAL DANA BEBAN ASURA NSI SURPLUS OPERASI BAGIAN PERUSAHAA N BAGIAN PESERTA
(44)
Manfaat asuransi ( manfaat takaful ) yang diperoleh peserta / ahli warisnya dalam produk saving adalah sebagai berikut:
1. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya yang akan memperoleh:
a. Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b. Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan.
c. Selisih dari manfaat takaful awal ( rencana menabung ) dengan premi yang telah dibayar.
2. Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh:
a. Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b. Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan.
(2) Sistem pada produk non saving/ tidak ada tabungan
Dalam sistem non saving, setiap premi yang dibayar oleh peserta dikurangi biaya pengelolaan dimasukkan kedalam rekening khusus
( tabarru’) yang akan dibayarkan bila:
a) Peserta meninggal dunia
(45)
Kumpulan dana peserta tersebut kemudian di investasikan sesuai dengan prinsip syariah. Hasil investasi setelah dkurangi beban asuransi
( klaim dan premi reasuransi ), dibagi anatara perusahaan dan nasabah dengan sistem mudharabah. Bagi perusahaan setelah dikurangi biaya operasional, adalah keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan bagian yang dibayarkan pada pserta ( manfaat takaful ) pada produk non saving ini adalah sebagai berikut :
1. Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan menginggal dari perusahaan, seusai dengan jumlah yang direncananakan peserta.
2. Bila peserta hidup, sampai perjanjian berakhir, maka pserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru’ yang ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah.
2.1.5 Al-Mudharabah
Beberapa definisi tentang mudharabah diantaranya adalah sebagai berikut:
“ mudharabah adalah transaksi dua pihak yang bekerja sama untuk suatu jual beli yang menguntungkan. Masing-masing pihak mengeluarkan harta atau tenaga yang disepakati. Bila menghasilkan keuntungan, maka
(46)
keuntungannya dibagi dua dengan kadar yang telah disepakati sebelumnya” ( Pikiran Rakyat, Juni 2007).
Tidak jauh berbeda pula yang diungkapkan oleh Rahman
( Sula, 2004: 329 ), memberi definisi mudharabah sebagai kontrak kemitraan ( partnership ) yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi perjanjian bersama.
Menurut Antonio ( 1999:171 ), “ mudharabah berasal dari dharb yang artinya memukul atau lebih tepatnya proses seseorang memukulkan kakinya dalam proses perjalanan usaha”. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama ( Sahibul Maal ) menyediakan seluruh ( 100% ) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian.
Si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian. Pengertian mudharabah menurut takaful Malaysia adalah sebagai berikut:
(47)
“ Al- Mudharabahis a commercial profit-sharing contract between the provider or providers of funds for a bussiness venture and the enterpeneur who actually conducts the business”
“Mudharabah adalah kontrak bagi hasil komersial antara pemilik dana untuk bisnis, dan pengusaha yang memimpin perusahaan/bisnis ”
Dari pengertian-pengertian diatas, pada prinsipnya mudharabah merupakan kontrak kerjasama yang membagi profit/loss dari sumber dana yang dimiliki oleh shahibul maal dan dikelola oleh mudharib. Kesepakatan bagi hasil tersebut sudah ditentukan di awal kontrak ( proporsi/nisbahnya ).
2.1.5.1Rukun dan Syarat
Rukun dan syarat mudharabah adalah ( Antonio, 1999:173 ):
a. Pemodal dan Pengelola
Dalam mudharabah ada dua pihak yang berkontrak : penyedia dana atau shahibul maal dan pengelola. Syarat keduanya adalah sebagai berikut:
1) Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara
hukum.
2) Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari masing-masing pihak.
(48)
Ucapan atau sighat yaitu penawaran dan penerimaan ( ijab dan qabul ) harus diucapkan kedua belah pihak guna menunjukan kemauan mereka untuk menyempurnakan kontrak. Sighat tersebut harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Secara eksplisit dan implisit menunjukan tujuan kontrak
2) Sighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran. Atau, salah satu pihak meninggalkan tempat berlangsungnya negosiasi kontrak tersebut, sebelum kesepakatan disempurnakan.
3) Kontrak boleh dilakukan secara lisan atau verbal, bisa juga secara tertulis dan ditanda tangani.
b. Modal
Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana kepada pengelola untuk tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas mudharabah.
Untuk itu, modal harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya ( yaitu mata uang ).
2) Modal harus tunai. Namun beberapa ulama membolehkan modal
(49)
2.1.5.2Nisbah dalam mudharabah
Nisbah merupakan proporsi bagi hasil antara perusahaan dan nasabah. Proporsi tersebut sudah ditetapkan diawal kontrak. Namun, yang ditetapkan hanya proporsi berupa perbandingan/ rasio atau berupa prosentase, tidak berupa nilai kas tertentu. Hal ini dilakukan karena besarnya hasil investasi belum diketahui diawal kontrak, tergantung pada besar kecilnya hasil yang akan didapatkan oleh perusahaan. Jumlah kas yang akan dibagi hasilkan, baru bisa ditentukan setelah kas benar-benar ditangan. Prinsip ini meniadakan unsur gharar ( ketidak pastian ) yang timbul akibat ditetapkannya tingkat bunga diawal kontrak.
Untuk kerugian, menurut El-Ashker ( Sula, 2004:344 ) maka pihak mudharib hanya tidak dapat mendapatkan keuntungan, sedangkan investor harus menaggung resiko kerugian tersebut. Dengan catatan, mudharib dalam menjalankan usahanya sesuai dengan aturan yang telah mereka setujui, tidak menyalah gunakan modal yang dipercayakan kepadanya.
2.1.5.3Perbedaan mudharabah dengan bunga
Sistem bunga yang dipraktekan dalam perusahaan asuransi konvensional telah menimbulkan riba yang dilarang dalam Islam. Sehingga, muncul konsep mudharabah yang mengeliminasi praktek riba, dengan sistem bagi hasil.
(50)
Kondisi ekonomi yang tidak menentu, membuat tingkat bunga pasar tidak bisa ditentukan. Tingkat bunga yang ditentukan diawal kontrak dengan asumsi selalu untung, akan merugikan salah satu pihak. Saat tingkat bunga untuk nasabah lebih tinggi dari tingkat bunga pasar, perusahaan rugi karena tidak mendapat pengembalian investasi seperti yang telah diestimasi. Namun saat perekonomian sedang booming, dan tingkat bunga pasar lebih tinggi, maka perusahaan untung besar. Turun naiknya hasil investasi perusahaan tidak mengubah tingkat pembayaran bunga.
Sedangkan dalam sistem syariah, yang ditetapkan diawal kontrak hanya rasio/ nisbah bagi hasil. Sedang bagi hasil tergantung pada untung / rugi ivestasi yang dilakukan. Sehingga, negative spread yang mungkin terjadi di perusahaan asuransi syariah. Pembagian laba akan meningkat seiring meningkatnya keuntungan perusahaan. Begitu pula sebaliknya jika rugi.
Skema beberapa perbedaan antara system mudharabah dengan bunga adalah sebagai berikut:
TABEL 2.2
(51)
Sumber : Antonio ( 1999:88 )
BUNGA MUDHARABAH
a) Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
a) Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpendoman pada kemungkinan untung rugi.
b) Besarnya persentase
berdasarkan pada jumlah uang ( modal ) yang dipinjamkan.
b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pda jumlah keuntungan yang diperoleh.
c) Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
c) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d) Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
d) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapat.
e) Eksistensi bunga diragukan
( kalau tidak dikecam ) oleh semua pihak agama termasuk Islam.
e) Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
(52)
2.1.5.3.1 Penerapan mudharabah dalam asuransi jiwa syariah
Sistem mudharabah yang diterapkan dalam asuransi jiwa syariah menghilangkan bunga sama sekali dalam setiap kegiatan opersionalnya.
Beberapa bagian dalam asuransi jiwa syariah yang memakai sistem mudharabah adalah sebagai berikut ( Sula, 2004:345 )
1. Bagi hasil dalam Deposito dan Sertifikat Deposito Bank-Bank Syariah.
2. Bagi hasil dalam Direct Investment.
3. Bagi hasil dalam penyertaan saham, obligasi, leasing, reksadana, dan investment syariah lainnya.
4. Bagi hasil antara peserta dan perusahaan atas hasil investasi berdasarkan skema yang diperjanjikan ( dalam produk jiwa yang mengandung saving ).
5. Bagi hasil atas surplus underwritting antara peserta dengan perusahaan
( dalam produk asuransi jiwa non saving ).
6. Bagi hasil dalam penentuan rate premi pada produk-produk saving maupun non saving.
Investasi yang sudah ada dan selama ini menjad tempat investasi asuransi syariah diantaranya investasi ke bank-bank umum syariah, investasi ke bank-bank umum yang memiliki cabang syariah, BPRS, BMT, investasi
(53)
langsung ke perusahaan yang dijamin kehalalan produk dan operasionalnya, investasi ke reksadana syariah, leasing syariah, obligasi syariah, dll.
2.1.6 Tinjauan umum tentang profit
Profit dalam hal ini diartikan sama dengan laba. Laba bersih/ net profit merupakan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Jika jumlah beban lebih besar dari pendapatan, maka akan terjadi rugi bersih.
Dalam PSAK No.23, pengertian pendapatan yaitu:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan eselama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal ( SAK, 2007 ).
Sedangkan pengertian beban menurut IAI dalam kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan ( SAK, 2007) adalah
Penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau timbulnya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada pemegang saham.
(54)
Pada asuransi konvensional, sumber dana diperoleh dari premi yang dtentukan berdasarkan unsur-unsur ( Salim, 2004:41-45 ):
1) Tabel mortalitas
Daftar tabel kematian berguna untuk mngetahui besarnya klaim kemungkinan timbulnya kerugian yang dikarenakan kematian, serta meramalkan berapa lama waktu ( umur ) rata-rata seseorang bisa hidup.
2) Penerimaan bunga
Untuk perhitungan tarif, perhitungan bunga pun harus di kalkulasi didalamnya. Bunga merupakan sebagian dari keuntungan perusahaan. Karena itu dalam premi, unsur bunga ikut dihitung.
3) Biaya-biaya asuransi ( cost of insurance ) / loading
Biaya-biaya asuransi harus ikut dikalkuasi pada penentuan premi/ tarif asuransi. Adapun jenis biaya-biaya tersebut teridiri dai beberapa macam ( Salim, 2000;42-45 ):
a. Biaya penutupan asuransi
b. Biaya pemeliharaan
c. Biaya lainnya, sperti incasso dan excasso
Setiap perusahaan asuransi jiwa konvensional mengalokasikan sumber dananya melalui investasi. Karena porsi dana yang diinvestasikan itu
(55)
nantinya akan disalurkan melalui klaim, maka tujuan investasi harus aman dan menuntungkan. Semua investasi perusahaan asuransi jiwa konvensional
menggunakan sistem bunga. Dalam perusahaan juga tidak ada bagian yang mengontrol dan mengawasi setiap kegiatan investasi yang dilakukan.
Keuntungan yang diperoleh asuransi jiwa konvensional berasal dari:
1. Hasil investasi
Investasi pada perusahaan asuransi jiwa konvensional menggunakan prinsip bunga. Pendapatan dari investasi merupakan subsidi bagi
pengalaman penanggungan. Pendapatan yang diinvestasikan oleh
perusahaan berasal dari surplus underwritting, yang merupakan kumpulan premi dikurangi dengan biaya-biaya atau beban asuransi.
2. Bunga Pinjaman Polis
Dalam asuransi konvensional juga dikenal adanya pinjaman polis yang menjadi salah satu keuntungan bagi perusahaan. Polis yang sudah ada nilai tunainya, jika ingin dipinjam oleh peserta yang bersangkutan dikenakan bunga 1,25% per bulan dengan tarif flat. Ini sangat merugikan peserta, karena pada dasarnya peserta tersebut mengambil uangnya sendiri. Namun karena belum jatuh tempo maka oleh perusahaan dikenakan bunga pinjaman. Perusahaan mendapat profit yang cukup signifikan dari bunga pinjaman polis tersebut. Disalah satu pihak peserta dirugikan, dan pihak lain perusahaan mendapat keuntungan.
(56)
Keuntungan dari hasil investasi, baik dari investasi dana pemegang saham maupun dari investsi premi peserta, sepenuhnya menjadi dana pemilik perusahaan. Perusahaan bebas menginvestasikan dananya kemanapun tanpa memperhatikan halal/haramnya. Keuntungan yang didapatkan perusahaan akan dinikmati oleh perusahaan dan pemegang saham. Nasabah/ peserta tidak mendapatkan keuntungan dari investasi atas dananya.
Keuntungan yang diterima peserta merupakan surplus premi yang di investasikan dengan tingkat bunga tertentu, yang ditentukan diawal kontrak.
Secara umum, mekanisme pengelolaan dana dan distibusi profit pada asuransi konvensional adalah sebagai berikut:
GAMBAR 2.3
MEKANISME PENGELOALAAN DANA PADA ASURANSI JIWA KONVENSIONAL
Biaya Asuransi
Premi
Dana perusa haan
Inves tasi
Hasil Inves tasi
Surplus Underwriting
(57)
Sumber : Data Olahan
Premi yang dihitung berdasarkan tabel mortalitas, tingkat bunga dan cost of insurance, diakui sebagai dana perusahaan. Dana yang dikumpulkan untuk cadangan atau surplus tersebut kemudian diinvestasikan. Hasil investasi tersebut digunakan untuk mengurangi baiaya asuransi. Jika penanggung siap beroperasi lebih rendah daripada biaya yang dikalkulasi, atau jika klaim kematian lebih rendah daripada harapan, maka dana di akumulasi pada akhir tahun. Dana ini dapat dilokasikan kepada pemegang polis sebagai deviden atau profit bagi pemegang saham. Menurut Darmawi
( 2004:77 ), “ premi yang dikumpulkan dan bunga yang dimiliki akan sama dengan total klaim kematian, biaya dan deviden yang akan dibayarkan.”
2.1.6.2Profit asuransi jiwa syariah
Secara konsep, definisi profit pada asuransi jiwa syariah sama dengan asuransi jiwa pada umumnya. Profit diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan beban yang terjadi. Sebagaimana yang
Manfaat Asuransi ( Premi+Bunga )
(58)
dijelaskan pada mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah ( Sula, 2004: 179 ), sumber dana asuransi syariah berasal dari premi / iuran peserta.
Premi dalam asuransi syariah ditentukan berdasarkan tabel mortalitas, asumsi bagi hasil ( mudharabah ), dan biaya-biaya asuransi yang adil dan tidak mendzalimi peserta.
Unsur premi disini terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan. Unsur tabbaru’ perhitungannya diambil dari tabel mortalitas ( harapan hidup ), yang besarnya tergantung usia dan masa-masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula tabarru’ berada pada kisaran 0.75 sampai 12%.
Premi ( kontribusi ) pada asuransi syariah disebut juga net premium karena hanya terdiri dari mortalitas, dan didalamnya tidak terdapat unsur loading. Juga tidak mengandung unsur bunga sebagaimana pada asuransi konvensional. Disini salah satu keunggulan asuransi syariah , karena tidak mengandung unsur bunga yaitu bunga teknik atau bunga aktuaria, yang telah ditetapkan diawal pembuatan produk, misalnya 9%. Sehingga tidak terjadi salah kalkulasi karena bunga SBI, bunga deposito atau bunga kredit turun, yang biasa mengakibatkan perusahaan asuransi merugi, karena selisih antara bunga teknik dan bunga di market sangat tipis, dan tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya operasional.
(59)
Sumber dana dialokasikan dalam berbagai instrument investasi yang sesuai syari’at Islam. Menurut Astiwara dalam tesisnya yang berjudul “ Investasi Islami di Pasar Modal : (1999:104-111) prinsip investasi yang Islami adalah:
1. Rabanni, artinya seorang investor meyakini bahwa dirinya, dan yang diinvestasikannya, profit dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat didalamnya adalah kepunyaan Allah. Secara teknis, prinsip ini akan memposisikan Allah SWT sebagai saksi dan pengawasan, sedangkan para pihak yang bertransaksi senantiasa ingat kepada Allah SWT dengan sifat-sifat Maha Kuasa dan Maha Sempurna yang dimiliki-Nya.
2. Halal, investasi yang halal yaitu investasi yang berbagai aspeknya termasuk dalam lingkup yang diperoleh ajaran Islam.
3. Maslahah, ( bermanfaat bagi masyarakat ). Pihak-pihak yang terlihat dalam investasi, masing-masing harus dapat memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya.
Dalam KMK No. 424 Tahun 2003, investasi yang diperkenankan dalam asuransi syariah adalah sebagai berikut:
a. Deposito berjangka
b. Saham pada BEJ
(60)
d. Surat berharga yang diterbitkan pemerintah/BI
e. Unit penyertaan reksadana
f. Penyertaan langsung
g. Bangunan dengan strata title
h. Pinjaman polis
i. Pembiayaan tanah dan atau bangunan, kendaraan dan barang modal dengan skema mudharabah.
j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah
Sumber dana yang dialokasikan dalam berbagai investasi akan menghasilkan keuntungan ( Sula,2004:220), yaitu:
1. Share profit/ surplus dari participant’s fund untuk produk-produk non saving
2. Share return on investment dari participant’s fund untuk produk-produk saving.
(61)
Keuntungan tersebut setelah dikurangi dengan beban asuransi ( klaim dan premi reasuransi ), akan menghasilkan profit. Pada asuransi konvensional, profit tersebut 100% menjadi milik perusahaan. Sedangkan pada asuransi syariah, profit tersebut dibagi antara perusahaan dengan peserta berdasarkan prinsip mudharabah dengan ketentuan dan distribusi sebagai berikut:
a) Ketentuan bagi hasil ( profit/ loss sharing ) ( Sula, 2004: 343 ):
1. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari modal yang telah diberikan, sedangkan pihak mudharib menanggung resiko tidak mendapat profit dari hasil pekerjaan dan ussaha yang telah dijalankannya.
2. Pembagian profit dilakukan melalui tingkat perbandingan rasio.
Profit tidak boleh direalisasikan dalam jumlah yang sama dan ditentukan. Sebelum mencapai pembagian profit, usaha mudharabah harus diubah menjadi uang, sedangkan modal harus terpisah sendiri.
3. Mudharib berhak mengambil semua biaya yang dikeluarkan dalam mejalankan bisnis dari permodalan mudharabah.
(62)
4. Mudharib tidak diperkenankan untuk turut serta menyediakan modal yang akan diinvestasikan dalam usaha mudharabah.
5. Jika mudharib melanggar persetujuan kontrak, dan mengalami kerugian dalam usahanya, maka dia harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang dialami.
b) Distribusi profit
1. Profit penanggung yang diperoleh dari hasil pengelolaan premi takaful pada akhir pertanggungan akan dibagikan secara proposional kepada seluruh tertanggung berdasarkan prinsip bagi hasil
( muhdarabah ) dengan nisbah, misalnya 70% untuk penanggung dan 30 untuk tertanggung dengan ketentuan tidak pernah menerima pembayaran atau sedang mengajukan klaim atas polis, dan tertanggung tidak membatalkan polis.
2. Bagi hasil yang menjadi bagian tertanggung akan dihitung
berdasarkan premi yang diterima oleh penanggung yang dikalikan dengan rate hasil yang berlaku pada akhir pertanggungan polis.
Sumber dana pada asuransi syariah yang lain adalah dana pemegang saham ( shareholder’s fund ). Return on investment dari shareholder’s fund dapat diperoleh sebesar 100% dari hasil investasi. Sedangkan dari share surplus dana participant’s fund ( non saving ) dan share return on investment dari dana saving sebesar yang diperjanjikan dalam skema bagi
(63)
hasil. Skema ini ditetapkan oleh manajemen atas persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perkembangan perusahaan.
Berikut ini mekanisme pengelolaan dana antara dana pemegang saham ( DPS ) dengan dana peserta asuransi ( DPA ):
GAMBAR 2.4
MEKANISME PENGELOLAAN DANA ANTARA DPS DENGAN DPA
Wakalah & Ujrah
20% Peserta
mudharabah 80% Pengelola
Pemegang Saham Sumber : Sula ( 2004:218 )
Investasi Rekening investasi Rekening Investasi Rekening investasi Dibayarkan ke peserta Rekening tabarru’
Rekening tabrru’ Manfaat Asuransi Iuran peserta Investasi Operasional perusahaan Modal Perusahaan Modal Perusahaan Investasi
(64)
Berdasarkan gambar diatas, hasil investasi yang diperoleh dari iuran peserta, dibagi kepada nasabah dan perusahaan. Pada gambar diatas, dicontohkan bagian untuk nasabah 20% dan perusahaan 80%. Sedangkan investasi dari pemegang saham, murni 100% menjadi milik pemegang saham. Dengan sistem ini, peserta tidak hanya mendapat rekening investasi
( jumlah premi yang ia bayar ) dan manfaat asuransi, namun juga mendapatkan bagian dari profit investasi premi-preminya. Perusahaan tidak mengambil keseluruhan premi peserta untuk dijadikan dana perusahaan. Perusahaan hanya mengambil bagian tertentu dari hasil investasi tersebut untuk operasional perusahaan. Jika terjadi klaim, maka dana dari rekening tabarru’ itulah yang akan dibagikan ke peserta, sehingga perusahaan tidak dirugikan. Dan jika terjadi klaim, maka kumpulan dana tabrru’ akan menambah jumlah dana yang akan dibagi antara nasabah dan perusahaan. Inilah konsep yang benar-benar adil dan saling menguntungkan.
2.1.7 Efektivitas
2.1.7.1Definisi
Menurut Setyawan ( 1998: 35 ) “ Efektivitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan untuk mengukur tercapainya atau tidaknya hasil kegiatan, dalam usaha untuk mencapai apa yang telah terjadi tujuan sebelumnya.” Suatu kegiatan dinyatakan efektif jika hasil yang telah dicapai dari kegiatan tersebut telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
(65)
Aspek-aspek lain dalam pengertian efektifitas menurut Setyawan
( 1998:56-57 ) ada 2, yaitu:
1. Cara-cara alternatif/ program-program alternatif yang dirancang untuk mencapai tujuan/ sasaran yang mengarah pada “ Apakah tujuan telah ditetapkan dan apakah alternatif yang dipilih merupakan cara yang terbaik dalam mencapai sasaran tersebut?”
2. Sasaran/tujuan alternatif yang telah direncanakan, mengarah pada “ Apakah tujuan yang telah direncanakan telah dikaji dan layak untuk dijadikan sasaran, apakah bobot dan prioritas tepat?”
2.1.7.2.1 Sistem Mudharabah menurut PSAK NO.105
Menurut PSAK No.105 tahun 2007, menyatakan bahwa pembagian
hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba ( profit sharing ). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka pembagian hasil usaha adalah laba bruto ( gross bruto ) bukan total pendapatan usaha ( omzet ). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba netto ( netto profit ) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
(66)
Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
Penghasilan usaha terjadi apabila investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. Kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara :
a). Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan,
b). Pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian
Sehingga pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik
dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Sedangkan jika terjadi kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelolaan dana dibebankan pada pengelolaan dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. Dan bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana akan diakui sebagai piutang.
(67)
2.1.7.2.2 Indikator efektifitas penerapan mudharabah pada profit
perusahaan asuransi syariah
Untuk mengukur efektifitas profit yang diterapkan oleh perusahaan, diperlukan beberapa indikator yang menunjukan efektifitas penerapan mudharabah pada profit perusahaan. Hingga saaat penelitian ini ditulis, belum ada standart penilaian kesehatan perusahaan asuransi syariah. Sehingga dalam pengukuran efektifitasnya masih disesuaikan dengan perusahaan asuransi konvensional, termasuk laporan keuangannya. Efektifitas penerapan mudharabah pada profit/ pendapatan investasi bisa dianalisis dari tingkat profit/ laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Karena pada dasarnya, pendapatan dikurangi dengan beban merupakan profit.
Pada setiap perusahaan terdapat fund manager yang bertanggung jawab untuk mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang tepat untuk perusahaannya. Dari hasil wawancara dengan pakar asuransi syariah sekaligus Manajer Keuangan PT. Bringin Life SyariahI, berhasil dikembangkan indikator efektifitas penerapan mudharabah pada profit sebagai berikut:
1. Profit target atau target pencapaian profit.
(68)
3. Mutual benefit atau profit yang timbal balik.
Disamping ketiga indikator efektifitas kualitatif diatas, efektifitas penerapan mudharabah pada profit investasi perusahaan juga bisa diukur dengan menggunakan rasio-rasio profitabilitas, yaitu ROA dan komponen-komponennya yaitu profit margin dan asset turn over.
Menurut Halim dan Hanafi, analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset
( kekayaaan ) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut ( 1995:159 ).
Formula ROA dihitung sebagai berikut:
ROA = Laba bersih
Total aset rata-rata
ROA = Profit Margin X Aset Turn Over
= Laba Bersih X Pendapatan premi bruto
Pendapatan Premi Bruto Total aset rata-rata
Faktor yang mempengaruhi tingkat ROA adalah siklus kehidupan produk/ product life cycle. Produk, mulai dari muncul sampai menghilang, bergerak melalui beberapa tahap (Hanafi, Halim:1995):
(69)
1.Tahap perkenalan
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kedewasaan
4. Tahap penurunan
Pada tahap perkenalan, perusahaan memfokuskan pada
pengembangan produk ( melalui riset dan pengembangan ), pengembangan pasar ( melalui iklan dan promosi lainnya ), pengembangan kapasitas
(melalui pengeluaran investasi pada pengembangan pabrik baru atau perluasan pabrik). Tujuannya adalah untuk memperkenalkan produk baru dan memperoleh market share.
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, tujuan dari perusahaan asuransi syariah adalah mencari profit ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan dan perjuangan umat, membangun jaringan ekonomi umat, memperkuat basis lapisan ekonomi menengah, selain dalam upaya menegakkan syari’at Islam di bidang ekonomi, dan menciptakan kultur ekonomi yang Islami.
Konsep profit yang ada pada perusahaan asuransi syariah dikatakan efektif jika telah sesuai dengan tujuan tersebut. Jadi ada kesesuaian antara indikator efektifitas penerapan mudharabah pada profit investasi dari hasil wawancara dan pengumpulan dokumentasi dengan tujuan dari asuransi syariah, yaitu bahwa efektifitas tersebut bisa dinilai dengan:
(70)
1. Profit perusahaan sesuai target
2. Sesuai dengan syari’at Islam, yang mengedepankan keadilan
(71)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Karena pada dasarnya dalam penelitian kualitatif adanya gejala sosial yang terlihat dari fenomena yang terjadi sudah memenuhi syarat dijadikan masalah penelitian (Burhan Bungin, 2007: 51).
Adapun ciri-ciri Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang diungkapkan adalah :
1. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
(72)
2. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian yang paling penting didalam pengumpulan data dan pengintrepretasian data.
3. Penelitian Kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen prbadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan,
dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan,
mengkombinasikan, mengabstrasikan, dan menarik kesimpulan.
4. Penelitian harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu
( shaping ), atau kasus (studi kasus)
5. Analisis bersifat Induktif
6. Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya.
7. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama
8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dengan dokumen, wawancara, observasi mendalam, dan lain-lain (data lisan dicek dengan data tulis)
9. Orang atau sesuatu yang dijadiakan subjek penelitian tersebut partisipan (buku dapat dianggap sebagai partisipan) dan konsultan serta teman dapat dijadikan partisipan.
(73)
10. Titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang diteliti dan bukan dari etik (dari kaca mata peneliti).
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengetahui efektifitas
penerapan sistem mudharabah menurut PSAK.105 terhadap sistem
profitabilitas pada asuransi jiwa syariah ( studi kasus PT.Bringin Life Syariah-Surabaya).
Sedangkan metode penelitian yang dipakai penulis adalah metode studi kasus eksplanitoris. Hal ini sesuai dengan penelitian penulis yaitu:
1. Pertanyaan penelitian menggunakan kata “ Bagaimana “, yaitu bagaimana perlakukan profit pada PT. Bringin Life Syariah-Surabaya, bagaimana pula kesesuaian konsep profit asuransi jiwa syariah dengan perlakuan dengan perlakuan profit PT. Bringin Life Syariah-Surabaya serta bagaimana indikator keefektifitasannya.
2. Penulis menggunakan metode studi kasus kualitatif karena sesuai dengan penelitian penulis yang membutuhkan terjun langsung ke objek yang bersangkutan.
3. Fokus penelitan yaitu profit, merupakan peristiwa yang terjadi di masa kini dalam aktifitas perusahaan.
Penggunaan metode kualitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga
(74)
tujuan penelitian dapat dicapai. Jika dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja dan hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Maka dengan metode kualitatif dapat ditemukan jawaban yang lebih mendalam dan fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera dapat diungkapkan.
3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)
Alasan peneliti untuk meneliti permasalahan ini adalah rasa ingin tahu yang timbul dalam diri peneliti sendiri. Melihat fenomena yang terjadi tentang perkembangan asuransi jiwa syariah yang semakin pesat dan memiliki ragam ketentuan yang kompleks menjadikan alasan peneliti untuk mengkaji lebih lanjut tentang permasalahan yang terjadi dalam pengembangan asuransi jiwa syariah khususnya mengambil studi kasus pada PT.Bringin Life Syariah yang berlokasi di Jl.Untung Suropati No.85, Surabaya.
3.3. Penentuan Informan
Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah Manager Keuangan dan sebagian dari staff pelaksana perusahaan.
(75)
Alasan peneliti memilih informan tersebut karena dalam pengelolaan asuransi jiwa syariah, manager dan staff sebagai pihak yang berhubungan langsung dalam aktivitas dan pengelolaan usaha pada perusahaan terkait. Manager sebagai salah satu pemegang dalam struktur dan pengurus sebagai pihak- pihak yang membantu dalam melaksanakan aktivitas operasi perusahaan.
Selain itu peneliti juga menggunakan staff pelaksana perusahaan sebagai informan dalam penelitian ini dikarenakan staff pelaksana
perusahaan merupakan pihak yang juga berkaitan langsung dalam aktifitas operasi perusahaan.
3.4 Desain Penelitian Studi Kasus
3.4.1 Pertanyaan penelitian
Dalam penelitian ini, topik yang dibahas tentang efektifitas penerapan sistem mudharabah pada profit asuransi jiwa syariah. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana perlakuan profit pada PT. Bringin Life Syariah-Surabaya?
2. Bagaimana kesesuaian konsep asuransi jiwa syariah dengan
(1)
145
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Disimpulkan dalam skripsi saya ini bahwa kesesuian sistem mudharabah menurut PSAK No. 105 dan sistem profitabilitas pada asuransi jiwa syariah dapat dinyatakan hampir sesuai. Bahkan ketika asuransi jiwa syariah ini berjalan sebelum akad dimulai antara para peserta nasabah dengan penegelola, didepan sebelum perjanjian telah diberikan kesepakatan untuk melakukan takaful atau sistem saling tolong menolong.
Pada studi kasus yang telah dilakukan oleh saya di PT. Bringin Life Syrariah- Surabaya ditemukan pula bahwa konsep syariah yang tercermin dalam aktifitas pendanaan asuransi jiwa syariah disini mampu untuk meniadakan riba dalam seluruh kegiatan operasionalnya, mulai saaat premi dihimpun dari nasabah hingga profit dibagikan kembali kepada nasabah dan perusahaan.
Bila semua perusahaan asuransi menggunakan prinsip asuransi syariah, maka laba. Profit akan didistribusikan kepada perusahaan dan nsabah. Dengan pola dasar yang sederhana ini yakni tolong menolong, maka sudah
(2)
146
dapat dipastikan akan tercipta keadilan dalam pembagian profit sehingga masyarakat makmur sejahtera.
Pada PT. Bringin Life Syariah- Surabaya dalam mengukur efektifitas profit yang diterapkan dalam perusahaan, disini perlu peran indikator yang mampu menunjukan efektifitas penerapan mudharabah pada profit perusahaan. Indikator-indikator yang dimaksud adalah profit target, syariah compliance, dan mutual benefit.
Terbukti bahwa sistem syriah yang diterapkan pada produk asuransi jiwa syariah milki dari PT. Bringin Life Syariah –Surabaya ini mampu menjadi salah satu perusahaan asuransi terbaik yang berpendoman dengan syari’at Islam di tahun 2009.
6.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :
a) Bagi pengelola perusahaan yakni PT. Bringin Life Syariah- Surabaya.
Diharapkan mampu untuk betahan demi pencapaian target profit yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan tetap mengedepankan konsep syariah yakni takaful atau saling tolong menolong.
(3)
147
Dan tetap terus menciptakan terobosan-terobosan baru yang lebih inovatif untuk jenis-jenis produk asuransi jiwa syariah lainnya yang lebih kompetitif. Tidak hanya itu sistem kepercayaan dan saling jujur janganlah dijadikan salah satu alat untuk membatalkan klaim, karna bagimanapun juga sistem yang dipilih dalam asuransi syariah ini adalah dengan akad yang bersifat takaful.
b) Bagi Bagi peneliti yang akan datang
Diharapkan dengann adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneltian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan di daerah untung suropati Surabayai saja, tetapi di daerah lainnya juga.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks:
Al-Quran Al-Karim dan Terjemahan. Departemen Agama Republik Indonesia.
Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Asuransi. Edisi I. Jakarta: Bumi Aksara.
Greene, Mark R. 1984. Life and Health Insurance Companies as Financial Intittution. LOMA. Dalam buku Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah ( Life and General ): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press
Hanafi, Mahmud M. dan abdul halim. 2003. Analisis Lapouran keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
IAI. 2007. Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan Nomor.23 dan Nomor. 105. Salemba Empat.
Mehr, Robert I.1985. Life Insurance Theory and Practice, Business Publication. Inc. dalam buku Muhammad syakir Sula. Asuransi Syariah ( Life and General ): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press.
Salim, Abbas. 2000. Assuransi dan Manajemen Resiko. Jakarata: Raja Grafindo
Setyawan, Joni. 1998. Pemeriksaan Kinerja. Edisi I. Yogyakarta: BPFE Anggota IKAPI
(5)
Takaful. 2004. Asuransi Syariah ( Life and General ): Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press.
JURNAL, SKRIPSI, TESIS, MAJALAH:
Antonio, Muhammad Syafi’i. 1992. Bank Syariah: Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Bank Indonesia dan Takzia Institute.
Astiwara, Endy Muhammad. 1999. Investasi Islami di Pasar Modal. (Tesis ) Program Pascasarjana-Program Magister Studi Islam Uhamka.
Billah, M.M. 1999. Principles of Contracs Affecting Takaful and Insurance: A comparative Anlysis. Malaysia.
Republika. 27 Desember 2007. Barat Mulai Lirik Asuransi Syariah. Jakarta.
SUMBER PUSTAKA LAINNYA:
DAI. 2003. Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan tentang Usaha Perasuransian.
DSN-MUI. 2001. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah. DSN.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/ KMK. 06/ 2003. Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi & Perusahaan Reasuransi.
(6)
Tim Biro Riset Info Bank. 2004. Me mbaca Rapor Asuransi Jiwa. InfoBank, No. 304, Vol XXVI, 28-33.
www.pikiran-rakyat.com. 08 Juni 2004. Konsultasi Maal: Pengertian Mudharabah.