2.1.5.2 Nisbah dalam mudharabah
Nisbah merupakan proporsi bagi hasil antara perusahaan dan
nasabah. Proporsi tersebut sudah ditetapkan diawal kontrak. Namun, yang ditetapkan hanya proporsi berupa perbandingan rasio atau berupa
prosentase, tidak berupa nilai kas tertentu. Hal ini dilakukan karena besarnya hasil investasi belum diketahui diawal kontrak, tergantung pada besar
kecilnya hasil yang akan didapatkan oleh perusahaan. Jumlah kas yang akan dibagi hasilkan, baru bisa ditentukan setelah kas benar-benar ditangan.
Prinsip ini meniadakan unsur gharar ketidak pastian yang timbul akibat ditetapkannya tingkat bunga diawal kontrak.
Untuk kerugian, menurut El-Ashker Sula, 2004:344 maka pihak mudharib
hanya tidak dapat mendapatkan keuntungan, sedangkan investor harus menaggung resiko kerugian tersebut. Dengan catatan, mudharib dalam
menjalankan usahanya sesuai dengan aturan yang telah mereka setujui, tidak menyalah gunakan modal yang dipercayakan kepadanya.
2.1.5.3 Perbedaan mudharabah dengan bunga
Sistem bunga yang dipraktekan dalam perusahaan asuransi konvensional telah menimbulkan riba yang dilarang dalam Islam. Sehingga,
muncul konsep mudharabah yang mengeliminasi praktek riba, dengan sistem bagi hasil.
Kondisi ekonomi yang tidak menentu, membuat tingkat bunga pasar tidak bisa ditentukan. Tingkat bunga yang ditentukan diawal kontrak dengan
asumsi selalu untung, akan merugikan salah satu pihak. Saat tingkat bunga untuk nasabah lebih tinggi dari tingkat bunga pasar, perusahaan rugi karena
tidak mendapat pengembalian investasi seperti yang telah diestimasi. Namun saat perekonomian sedang booming, dan tingkat bunga pasar lebih tinggi,
maka perusahaan untung besar. Turun naiknya hasil investasi perusahaan tidak mengubah tingkat pembayaran bunga.
Sedangkan dalam sistem syariah, yang ditetapkan diawal kontrak hanya rasio nisbah bagi hasil. Sedang bagi hasil tergantung pada untung
rugi ivestasi yang dilakukan. Sehingga, negative spread yang mungkin terjadi di perusahaan asuransi syariah. Pembagian laba akan meningkat
seiring meningkatnya keuntungan perusahaan. Begitu pula sebaliknya jika rugi.
Skema beberapa perbedaan antara system mudharabah dengan bunga adalah sebagai berikut:
TABEL 2.2 PERBEDAAN SISTEM MUDHARABAH DENGAN BUNGA
Sumber : Antonio 1999:88 BUNGA
MUDHARABAH a
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu
untung. a Penentuan besarnya rasio nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpendoman pada
kemungkinan untung rugi. b
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang modal
yang dipinjamkan. b Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pda jumlah keuntungan yang diperoleh.
c Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh
pihak nasabah untung atau rugi. c Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”. d Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapat.
e Eksistensi bunga diragukan
kalau tidak dikecam oleh semua pihak agama termasuk Islam.
e Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
2.1.5.3.1 Penerapan mudharabah dalam asuransi jiwa syariah
Sistem mudharabah yang diterapkan dalam asuransi jiwa syariah menghilangkan bunga sama sekali dalam setiap kegiatan opersionalnya.
Beberapa bagian dalam asuransi jiwa syariah yang memakai sistem mudharabah
adalah sebagai berikut Sula, 2004:345 1.
Bagi hasil dalam Deposito dan Sertifikat Deposito Bank-Bank Syariah. 2.
Bagi hasil dalam Direct Investment. 3.
Bagi hasil dalam penyertaan saham, obligasi, leasing, reksadana, dan investment
syariah lainnya. 4.
Bagi hasil antara peserta dan perusahaan atas hasil investasi berdasarkan skema yang diperjanjikan dalam produk jiwa yang mengandung saving .
5. Bagi hasil atas surplus underwritting antara peserta dengan perusahaan
dalam produk asuransi jiwa non saving . 6.
Bagi hasil dalam penentuan rate premi pada produk-produk saving maupun non saving.
Investasi yang sudah ada dan selama ini menjad tempat investasi asuransi syariah diantaranya investasi ke bank-bank umum syariah, investasi
ke bank-bank umum yang memiliki cabang syariah, BPRS, BMT, investasi
langsung ke perusahaan yang dijamin kehalalan produk dan operasionalnya, investasi ke reksadana syariah, leasing syariah, obligasi syariah, dll.
2.1.6 Tinjauan umum tentang profit