Keberadaan Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia
mempertimbangkan aspek rasional ekonomi saja di satu sisi, melainkan juga aspek keyakinan dan tuntutan untuk melaksanakan syariah Islam di sisi lain.
Perusahaan asuransi jiwa sendiri merupakan salah satu lembaga keuangan yang penting perannya bagi perekonomian masyarakat. Saat ini
asuransi jiwa syariah telah banyak bermunculan dengan menawarkan konsep yang berbeda dengan asuransi konvensional, dimana dalam asuransi jiwa
syariah tidak menggunakan bunga melainkan sistem bagi hasil yang terlepas dari unsur gharar ketidakpastian , maisir judi untung-untungan , dan
riba’. Muhammad Abduh berpendapat bahwa kesepakatan antara nasabah
dengan perusahaan dalam bentuk pembayaran premi, sebagai bagian dari kerjasama mudharabah. Hal ini dibolehkan, karena pada dasarnya tidak ada
larangan bagi seseorang untuk mengambil kembali modal berikut keuntungannya yang dihasilkan setelah proses perdagangan dilakukan. Jika
nasabah itu meninggal dunia, maka perusahaan itu wajib menepati janjinya dan memberikan uang itu berikut keuntungannya kepada ahli warisnya atau
kepada siapa yang berhak terhadap harta tersebut, sebagai bagian dari kesepakatan perkongsian
26
. Abdul Wahab Khallaf nampaknya sepakat dengan pendapat dari Muhammad Abduh, Khallaf membolehkan aqad asuransi jiwa
dan menganggapnya sebagai aqad mudharabah dalam syari’at merupakan
65
aqad dalam bentuk perkongsian keuntungan anatara shab Al- Maal dan ‘Amil
27
. Dr. Yusuf Musa mengatakan bahwa asuransi bagaimanapun bentuknya
merupakan kerjasama yang menguntungkan masyarakat. Asuransi jiwa dinilainya menguntungkan nasabah dan menguntungkan perusahaan yang
mengelola asuransi
28
. Abdurrahman Isa mengatakan bahwa asuransi jiwa termasuk asuransi kecelakaan yang membahayakan panca indera seperti
pendengaran dan penglihatan membawa kemashlatan bagi kehidupan manusia. Untuk itu ia menilai syari’at membolehkannya
29
.