40
3. Tampaknya mengasumsikan bahwa CSR secara efektif memperluas
pelaporan keuangan tradisional dan tujuanya adalah untuk memberi informasi bagi investor.
2.2.2.10. Alasan Pengukuran dan Pelaporan Kinerja CSR
Berbagai alasan yang digunakan untuk pengukuran dan pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility CSR
melahirkan berbagai argumen sebagai berikut Belkaoui, 2000: 1.
Argumen pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara implisit diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi
memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak menjadi
lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit. Hukum ini berisi aturan main yang harus dipilih oraganisasi yang
akan menjadi kontrak sosial. 2.
Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya A Theory of Justice berisi prinsip – prinsip untuk mngevaluasi hukum dan
kebiasaan dari sudut pandang moral, dan menjelaskan konsep kejujuran yang bermanfaat bagi akuntansi sosial.
3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya,
pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi sosial untuk
41
membuat keputusan alokasi dananya. Argumen yang dibuat oleh beberapa orang menyatakan bahwa pemegang saham itu konservatif
dan hanya peduli terhadap deviden. Kenyataanya, sesuai dengan survei yang dilakukan pada pemegang saham, mereka
menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungan bersih, menghentikan polusi lingkungan, dan membuat
produk yang aman. Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan memperhatikan keadaan sosial :
Mengintegerasikan masalah kesadaran sosial perusahaan, etika
dan lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan meyakinkan bahwa kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan
direksi. a.
Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan.
b. Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme
yang sesuai untuk menghadapai krisis sosial, lingkungan dan etika. Sehingga perusahaan menjadi organisasi yang siap krisis, bukan
organisasi yang Crisis-prone. Perusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, kritis tidak mudah untuk bertahan.
c. Membuat insentif bagi perilaku yang sesuai dengan etika.
Lingkungan dan sosial dan mengintegrasikan insentif tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian kinerja dan budaya organisasi
42
dan tidak mempunyai pengaruh, maka perubahan permanen tidak pernah terjadi.
d. Mengakui jika lingkunganya bersih, maka perusahaan tersebut
dapat menjadi pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana dalam mengunakan sumber daya alam.
4. Argumen keempat adalah investasi sosial. Pada dasarnya, diasumsikan
bahwa saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi yang disediakan laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi.
Sehingga pengungkapan informasi sosial menjadi penting jika investor mempertimbangkan dampak negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran
sosial pada laba per lembar saham, sepanjang kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi resiko atau timbulnya ketertarikan yang lebih
besar dari kelompok investor.
2.2.2.11. Peraturan yang mendukung CSR