membagi ultimate authority
179
Lembaga yudikatif lebih bersifat teknis yuridis dan termasuk bidang ilmu hukum dibanding bidang ilmu politik. Lembaga yudikatif adalah salah satu
cabang pemerintahan yang diberdayakan untuk memutuskan persengketaan hukum. Lembaga yudikatif tidak dapat dilepaskan dari judicial review
yang seharusnya hanya dimiliki lembaga legislatif dalam hal ini DPR menjadi otoritas ganda yang dimiliki oleh DPR dan presiden.
Hal ini menjadikan DPR lebih berani dalam melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.
Besarnya kekuasaan DPR hendaknya dipahami sebagai upaya untuk mewujudkan checks and balances serta menciptakan pemeritahan yang bersih.
Karena kedudukan DPR sejajar dengan presiden sehingga tidak dapat saling menjatuhkan, maka DPR tidak memproses dan mengambil keputusan terhadap
pendapatnya sendiri, tetapi mengajukannya kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat yang berisi dugaan DPR.
4.2. Perubahan Fungsi Lembaga Legislatif terhadap Lembaga Yudikatif
180
. Fungsi dan efek dari judicial review adalah memberikan atau menolak persetujuan pada
suatu undang-undang yang disahkan mayoritas dalam lembaga legislatif dan disetujui lembaga eksekutif.
181
179
Ultimate authority dalam hal ini dalam pembentukan undang-undang, lembaga legislative tidak bisa dibagi dengan lembaga lain. Manan, Ibid, hal. 150.
180
Rostow dalam Leonard W. Levy Ed.,Judicial Review: Sejarah Kelahiran, Wewenang, dan Fungsinya dalam Negara Demokrasi, terj. Eni Purwaningsih, Bandung, Nusamedia dan
Nuansa,2005, hal. 98.
181
Ibid, hal. 87.
Menurut Jimly Asshiddiqie, judicial review merupakan upaya hukum pengujian oleh lembaga yudikatif terhadap produk
hukum yang ditetapkan oleh cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, maupun
Universitas Sumatera Utara
yudikatif dalam penerapan checks and balances berdasarkan sistem pembagian kekuasaan.
182
Pada masa Orde Baru, usulan judicial review pertama kali diusulkan oleh Muhammad Yamin di PPKI, walaupun usulan ini ditentang oleh Soepomo. Di
tahun 1968, ide untuk menguji undang-undang pernah disinggung kembali oleh Sri Sumantri di Semarang. Pada tahun 1970, pemerintah dan DPR mengesahkan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam UU tersebut, hak menguji diatur pada Pasal 26 khususnya ayat
1 yang berbunyi: Mahkamah Agung berwenang untuk menyatakan tidak sah semua peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah dan undang-undang,
atas alasan bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
183
Kekuasaan kehakiman menurut naskah asli UUD 1945 dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan kehakiman lainnya. Setelah dilakukan amandemen
ketiga, lembaga yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial
184
Pada amandemen UUD 1945, posisi hakim agung menjadi kuat karena mekanisme pengangkatan hakim agung diatur dengan melibatkan tiga lembaga
, dan Mahkamah Konstitusi. DPR bertugas membuat peraturan, maka yang
mengawal agar tetap terlaksanakannya peraturan tersebut adalah Mahkamah Agung bersama peradilan di bawahnya dan Mahkamah Konstitusi MK. Dengan
peradilan yang ada di MA dan MK adalah bentuk kongritisasi dari di tegakanya aturan yang telah dibuat legislatif oleh lembaga yudikatif.
182
Didit Hariadi Estiko dan Suhartono Ed., Mahkamah Konstitusi: Lembaga Negara Baru Pengawal Konstitusi, Jakarta, Sekjen DPR-RI, 2003, hal. 85.
183
Darmawan, Op.Cit., hal. 103-104.
184
Komisi Yudisial dibentuk untuk menangani urusan yang berkaitan dengan pengangkatan hakim agung serta menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, dan perilaku hakim. Anggota KY
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Darmawan, Op.Cit., hal. 114.
Universitas Sumatera Utara
yaitu, DPR, Presiden, dan Komisi Yudisial
185
. DPR berperan untuk memutuskan siapa saja yang berhak dan pantas menempati jabatan kekuasaan kehakiman
tersebut
186
Kekuasaan kehakiman bersifat merdeka tetapi masih diawasi oleh lembaga legislatif. MA dan MK ditentukan oleh undang-undang yang penyusunannya
merupakan wilayah cabang dari lembaga legislatif. Fungsi checks and balances juga dapat dilihat pada proses pemberhentian presiden danatau wakil presiden
dalam masa jabatannya. . Telah disebutkan bahwa lembaga legislatif merupakan representasi
dari rakyat, maka sama saja rakyat yang memilih orang untuk menempati jabatan yang ada di kekuasan yudikatif.
187
DPR menjalankan fungsi pengawasan yang dapat berujung pada upaya pemberhentian presiden danatau wakil presiden, diimbangi
dengan kewajiban Mahkamah Konstitusi untuk memutus pendapat DPR sehubungan dengan alasan pemberhentian presidenwakil presiden dalam masa
jabatannya. Dan kewenangan tersebut juga diimbangi dengan kewenangan MPR sebagai pembuat keputusan terakhir dalam kasus impeachment.
188
185
Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi: Proses dan Prosedur Perubahan UUD 1945 di Indonesia 1945-2002 serta Perbandingannya dengan Konstitusi Negara Lain di Indonesia, Bogor,
Ghalia Indonesia, 2004, hal. 226-227.
186
Triwulan, Op. Cit., Hal. 212.
187
Gaffar, Op.Cit., hal 115-117.
188
Impeachment diambil dari to impeach adalah permintaan pertanggungjawaban. Hak untuk meminta pertanggungjawaban adalah hak DPR, meskipun hak untuk memutuskan perkara tetap
ada di MPR sebagai pemutus. Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Yogyakarta, UUD Press, 2004, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Pengaruh dalam Lembaga Legislatif 4.3.1. Pengaruh Perubahan UUD 1945 terhadap Fungsi Majelis