Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum 1971, 1971-1997

i. Menganjurkan seseorang jika ditentukan oleh Undang-Undang Dalam pengambilan keputusan, sistem mufakat masih dipertahankan dengan ketentuan bahwa keputusan harus diambil oleh anggota DPR sendiri tanpa ada campur tangan presiden. Di samping itu, ada kemungkinan untuk menggunakan cara dengan suara terbanyak oleh MPR berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945. Ditetapkan bahwa dalam pengambilan keputusan diadakan dua tahap, pertama mencari mufakat. Jika tidak tercapai mufakat, jika menyangkut kepentingan nasional yang penting maka akan diadakan pemungutan suara secara rahasia dan tertulis atas sistem suara yang terbanyak. 107 DPR Gotong Royong pada masa Demokrasi Pancasila telah menyelesaikan 82 buah Undang-Undang, di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota Badan PermusyawaratanPerwakilan Rakyat dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, 7 buah resolusi, 9 buah penyataan pendapat, dan 1 buah angket. 108 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada masa ini adalah hasil pemilihan yang diselenggarakan pada tanggal 3 Juli 1971 berdasarkan Undang- Undang Nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan PermusyawaratanPerwakilan Rakyat dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1969 tentang Susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPRD. Pengambilan sumpah jabatan anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1971 oleh Oemar

2.2.8. Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum 1971, 1971-1997

107 Budiardjo, Op. Cit., hal. 337 108 Ibid. Universitas Sumatera Utara Senoadji selaku Ketua MA.Badan legislatif ini memiliki 460 anggota 100 anggota diangkat, 360 anggota lainnya dipilih dalam pemilihan umum seperti yang disebut dalam Pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Nomor 16 tahun 1969 yang terdiri atas: 109 a. 261 anggota berasal dari Golongan Karya Pembangunan. 227 anggota tersebut dipilih melalui pemilihan umum, 25 anggota diangkat, dan 9 anggota mewakili Irian Jaya. b. 58 anggota Nadhlatul Ulama c. 24 anggota Parmusi d. 10 anggota dari PSII e. 2 anggota dari Perti f. 20 anggota dari PNI g. 7 anggota dari Parkindo h. 3 anggota dari Partai Katolik i. 75 anggota dari ABRI. Seluruh anggotanya diangkat. Untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi kerja para anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat maka dibentuk fraksi dalam DPR-RI. Pengertian fraksi menurut peraturan tata tertib DPR RI Keputusan Nomor 7DPR-RIIII71-72 Pasal 33 ayat 1 adalah pengelompokkan anggota DPR RI yang mencerminkan konstelasi pengelompokan politik dalam masyarakat yang terdiri dari unsur-unsur Golongan Karya dan Golongan Politik. Semua anggota DPR-RI wajib menjadi anggota Fraksi. Berdasarkan pengelompokkan fraksi maka ada 4 fraksi yang terbentuk yaitu: 110 109 Pakpahan, Op.Cit.,hal. 80. 110 Budiardjo, Op. Cit.,hal. 338. Universitas Sumatera Utara a. Fraksi ABRI dengan anggota 75 orang b. Fraksi Karya Pembangunan beranggotakan 261 orang c. Fraksi Demokrat Pembangunan yang terdiri atas PNI, Parkindo, dan Partai Katolik yang setelah berfusi menjadi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia. Jumlah anggotanya adalah 30 orang. d. Fraksi Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU, Parmusi, PSII, dan Perti yang setelah berfusi menjadi Fraksi Partai Persatuan Pembangunan sehingga jumlahnya menjadi 94 orang. Selain pembentukan fraksi, terjadi juga penggabungan pimpinan MPRS dan DPR. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1966 pada pasal 8 dan pasal 9. Misalnya pada Pasal 9 ayat 1 berbunyi: 111 Sesuai ketentuan UUD 1945, DPR-RI di samping membentuk Undang- Undang bersama pemerintah dan menetapkan APBN, juga bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, dan kebijakan Pemerintah. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan, anggota DPR-RI memiliki hak antara lain: Sebelum memangku jabatannya, anggota-anggota pimpinan MPRSDPR-GR diambil sumpah dan janjinya menurut agama masing-masing oleh Ketua Mahkamah Agung dalam rapat paripurna terbuka MPRSDPR-GR. 112 a. Mengajukan pertanyaan b. Meminta keterangan interpelasi c. Mengadakan penyelidikan angket d. Mengadakan perubahan amandemen e. Mengajukan pernyataan pendapat 111 Pakpahan, Op.Cit., hal. 81. 112 Ibid, hal. 339. Universitas Sumatera Utara f. Mengajukan atau menganjurkan seseorang jika ditentukan oleh perundang-undangan Pada masa kerja tahun 1971-1977 terdapat 49 anggota diganti oleh organisasi induk. Jumlah tersebut berasal dari Fraksi Karya Pembangunan sebanyak 16 orang, Fraksi Persatuan Pembangunan sebanyak 6 orang, Fraksi Demokrasi Indonesia sebanyak satu orang dan Fraksi ABRI sebanyak 4 orang. 113 Sebagai hasil pelaksanaan tugas- tugas DPR-RI tersebut, sejak tanggal 2 Oktober 1971 sampai tanggal 27 April 1976 telah dihasilkan 34 buah Undang-Undang, 3 buah memorandum, dan 4 buah usul pernyataan pendapat. Berbeda dengan DPR- GR pada masa Demokrasi Pancasila, dalam melaksanakan tugas membentuk undang-undang dan tugas pengawasan hanya dibentuk Komisi sebanyak 11 Komisi. Hal tersebut dipengaruhi kepentingan pemerintah dalam pemilihan umum yang sekaligus sebagai pelaksanan pemilu. Kepentingan tersebut adalah ingin tetap menguasai pemerintahan agar melalui kekuasaan dapat dilaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni. Untuk mencapai kepentingan politik tersebut, pemerintah menempuh lima strategi pokok 114 a. Membuat Golkar sebagai salah satu organisasi kekuatan sosial politik peserta pemilu. , yaitu: b. Menggarap partai politik yang kuat. Pada hasil Pemilu 1955, ada empat partai politik besar yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Masyumi telah dibubarkan di Orde Lama, dan PKI dibubarkan di awal Orde Baru. Menjelang Pemilu 1971 tersisa NU dan PNI yang digarap dengan dua 113 Pakpahan, Op. Cit., hal. 87. 114 Awad Bahasoan, Mencari Format Politik, Jakarta, Prisma, 1981, hal. 51-52. Universitas Sumatera Utara cara yaitu menarik pimpinannya ke dalam Golkar atau menimbulkan perpecahan internal. c. Menggarap pegawai negeri. Pada tahun 1969 dikeluarkan Peraturan Mendagri No. 12 Tahun 1969 yang melarang pegawai negeri bergabung dalam partai politik. d. Mengaktifkan Korps Karyawan Departemen Dalam Negeri. Selain melarang pegawai negeri bergabung dalam partai politik, tujuan dikeluarkannya Permendagri No. 12 tersebut adalah agar anggota Korps menanggalkan partainya kecuali di Golkar. e. Menggarap massa pendukung Islam dengan memmbentuk GUPPI yang menempatkan anggota-anggota ulama untuk menarik massa beragama Islam. Cara ini kemudian efektif dan berpengaruh terhadap partai Islam. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Kep. DPR RI No. 7 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI, DPR menjalakan tugas utama sebagai berikut: 115 a. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai dengan Pasal 23 ayat 1 UUD 1945. b. Bersama-sama dengan pemerintah membuat undang-undang sesuai Pasal 5 ayat 1, Pasal 20, Pasal 21 ayat 1, Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya. c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, pelaksanaan APBN, dan kebijaksanaan pemerintah sesuai UUD 1945. Menurut Pasal 8 ayat 1 untuk melaksanakan tugas dan wewenang DPR tersebut dalam Pasal 2 ayat 1 anggota DPR memiliki hak-hak sebagai berikut 116 115 Pakpahan, Op. Cit., hal. 90. 116 Ibid, hal. 90. : Universitas Sumatera Utara a. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota b. Meminta keterangan atau interpelasi c. Mengadakan penyelidikan atau angket d. Mengadakan amandemen e. Mengajukan seseorang jika dituntut oleh perundang-undangan Dalam hal pengambilan keputusan, DPR-RI masih ada persamaan dengan DPR Gotong Royong Demokrasi Pancasila, yaitu mengutamakan sistem musyawarah dan apabila tidak mungkin maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Cara pengambilan atau penyampaian suara dilakukan anggota secara lisan, atau, tertulis. Sementara pemungutan suara apabila menyangkut indiviu dan masalah-masalah yang dipandang penting oleh rakyat dapat dilakukan dengan tertulis atau rahasia. Selama periode 1971-1977, DPR GR membahas 43 RUU menjadi undang-undang, yang semuanya berasal dari eksekutif. Pada periode ini DPR tidak pernah menggunakan hak inisiatif, hak interpelasi dan hak angketnya. 117 Periode berikutnya, pada tahun 1977 dan tahun 1982 jumlah anggota DPR- RI masing-masing adalah 460 anggota. Jumlah tersebut terdiri dari 360 anggota DPR yang dipilih dan 100 anggota yang diangkat. Perubahan jumlah anggota DPR yang dipilih dan diangkat terjadi sejak Pemilihan Umum Pemilu 1987 di mana jumlah anggota meningkat menjadi 500 orang dengan perincian 400 anggota dipilih dan 100 anggota diangkat. DPR hasil Pemilu tahun 1992 tetap berjumlah 500 anggota dengan peningkatan jumlah anggota DPR yang dipilih 117 Ibid, hal. 91. Universitas Sumatera Utara yaitu 425 anggota dan penurunan jumlah anggota DPR yang diangkat menjadi 75 anggota. Pada masa kerja 1977-1982, berdasarkan Peraturan Tata Tertib DPR Tahun 1979 Pasal 14 ayat 1, tugas dan wewenang DPR adalah 118 a. Bersama Presiden membentuk undang-undang. : b. Bersama Presiden menetapkan APBN c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, APBN, kebijakan pemerintah sesuai UUD 1945 dan Ketetapan MPR. d. Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang diberitahukan oleh BPK e. Melaksanakan hal yang ditugaskan oleh Ketetapan MPR dan DPR. Sesuai Pasal 8 dan 9, DPR memiliki hak interpelasi, angket, amandemen, pernyataan pendapat, inisiatif, mengusulkan seseorang dan protokoler. Selama masa kerja 1977 sampai tahun 1982, , DPR RI menyelesaikan 55 RUU menjadi undang-undang, semuanya berasal dari inisiatif eksekutif. Pada tahun 1981, DPR menghasilkan UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang disebut sebagai karya agung di bidang hukum. DPR menggunakan lima kali hak bertanya, satu kali hak interpelasi, satu kali hak angket, dan dua kali hak mengusulkan individu. 119 Pada tahun 1982-1987 masih berjumlah 460 orang. Pada periode ini anggota DPR menjalankan tugas melalui sidang pleno, rapat komisi, dan pernyataan-pernyataan. Di akhir periode, DPR menghasilkan 46 RUU menjadi Pada periode ini juga DPR tidak menggunakan hak inisiatifnya. 118 Ibid, hal. 94. 119 Ibid, hal. 95-97. Universitas Sumatera Utara undang-undang. Jika dibandingkan dari tahun ke tahun pada masa Orde Baru, fungsi DPR dalam menghasilkan undang-undang mengalami penurunan. Dalam jangka waktu 1972-1997, DPR hanya menghasilkan 273 undang-undang. Dengan jumlah itu, setiap tahun DPR menghasilkan kurang dari 11 undang-undang atau kurang dari satu undang-undang setiap bulannya. Karena hal tersebut, anggota DPR dijuluki ā€œ5Dā€ yaitu datang, daftar, duduk, dengar, dan duit. Kondisi tersebut bertahan sampai berakhirnya kekuasaan Soeharto tahun 1998. Untuk lebih jelasnya, perkembangan fungsi legislasi DPR menghasilkan undang-undang dibentuk dalam tabel 2.3. Tabel 2.3. Produk Undang-Undang DPR tahun 1972-1997 120 No. DPR Periode Undang-Undang Rata-Ratatahun 1 1972-1977 43 8,6 2 1977-1982 55 11 3 1982-1987 46 9,4 4 1987-1992 56 11,2 5 1992-1997 73 14,6 Setelah Pemilu 1971, terjadi perubahan secara fundamental dalam sistem kepartaian di Indonesia. Presiden Soeharto pada tahun 1973 mengajak kesembilan partai politik dan Sekretariat Bersama Golongan Karya Sekber Golkar yang 120 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi; Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2010, hal. 149. Universitas Sumatera Utara bersaing pada Pemilu 1971 untuk memfusikan diri atas dasar Golongan Spiritual, Golongan Nasionalis, dan Golongan Karya. Fusi tersebut menghasilkan tiga partai politik yaitu Partai Persatuan Pembangunan PPP, Partai Demokrasi Indonesia PDI, dan Golongan Karya Golkar. DPR RI sejak Pemilu 1977 didominasi oleh Golkar yang memperoleh 60-80 persen kursi di DPR RI. Selain itu jumlah kursi ABRI jauh lebih besar dibandingkan kursi PPP dan PDI yang persentasenya semakin menurun. 121 Perbandingan Jumlah Kursi DPR 1971-1977 Tabel 2.4. 122 Pemilu Golkar PPP PDI ABRI Jumlah Kursi Kursi Kursi Kursi 1971 236 51 94 20 30 7 100 22 460 1977 232 50 99 22 29 6 100 22 460 1982 242 53 94 20 24 5 100 22 460 1987 299 60 61 12 40 8 100 22 500 1992 282 62 62 12 56 11 100 22 500 1997 325 65 89 18 11 2 75 15 500 121 Budiardjo, Op. Cit., hal. 340. 122 Ibid, hal. 138. Universitas Sumatera Utara

2.3. Utusan Daerah dan Utusan Golongan