Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR

BAB III LEMBAGA LEGISLATIF SETELAH AMANDEMEN

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

3.1. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR

Pada tahun 1999-2002, MPR merespon tuntutan masyarakat Indonesia dengan melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak 4 empat kali. Tuntutan masyarakat muncul sebagai reaksi atas dominannya kekuasaan eksekutif excecutive heavy dalam UUD 1945, tidak adanya checks and balances antar lembaga negara, beragam tafsiran terhadap bunyi pasal dalam UUD 1945, dan banyak persoalan ketatanegaraan yang tidak dapat ditemukan dalam UUD 1945 karena desain yang sangat sederhana 135 . MPR menyambut tuntutan tersebut dengan mulai membahas rancangan perubahan UUD 1945. Pada tahun 1999 pada Sidang Umum MPR, MPR ,menetapkan perubahan pertama pada UUD 1945. 136 135 Riri Nazriyah, S.H., M.H., MPR RI, Kajian Terhadap Produk Hukum dan Prospek di Masa Depan, Yogyakarta, FH UII Press, 2007, hal. 322. 136 Fatwa, Op.Cit., hal. 65. Materi yang diatur dalam amandemen pertama adalah pembatasan kekuasaan presiden dan penguatan institusi lembaga perwakilan DPR. Perubahan pertama UUD 1945 merupakan awal dari agenda perubahan konstitusi dalam satu rangkaian yang dilakukan empat tahap, yakni melalui amandemen pertama Sidang Tahunan MPR tahun 1999, amandemen kedua Sidang Tahunan MPR Tahun 2000, amandemen ketiga Sidangan Tahunan MPR Tahun 2001, dan amandemen keempat Sidang Tahunan MPR tahun 2002. UUD 1945 yang semula terdiri dari 16 bab, 37 pasal, dan 49 ayat berubah menjadi 21 bab, 73 Universitas Sumatera Utara pasal, dan 170 ayat 137 . Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,S.H.,setelah Perubahan Keempat UUD 1945, keberadaan MPR yang selama ini disebut sebagai lembaga tertinggi negara mengalami perubahan yang sangat mendasar. 138 Susunan keanggotaan MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya keberadaan Utusan Golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional dari unsur keanggotaan MPR. Dengan demikian anggota MPR hanya terdiri atas anggota DPR yang mencerminkan prinsip perwakilan politik political representation dan Dewan Perwakilan Daerah DPD yang mencerminkan prinsip perwakilan daerah regional representation. Amandemen UUD 1945 mengubah secara substansif komposisi, tugas, wewenang, dan fungsi dari Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal tersebut bertujuan agar sesuai dengan semangat reformasi yang bersendikan kepada demokrasi dan keterbukaan. MPR didefinisikan sebagai lembaga negara yang terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Dewan Perwakilan Daerah. Jumlah anggota MPR adalah 678 orang, terdiri atas 550 anggota DPR dan 128 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah jabatan. 139 137 Krisna Harahap, Konstitusi Republik Indonesia Sejak Proklamasi Hingga Reformasi, Grafitri Budi Utami, Bandung, hal. 299. 138 Jimly Asshiddiqie, Struktur Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Jakarta, FH UI-Press, 2002, hal. 178. 139 Nazriyah, Op. Cit., hal. 134. Universitas Sumatera Utara Bagan 3.1. Susunan Keanggotaan MPR RI Tahun 1999-2004 140 Menurut Bagir Manan, perubahan kedudukan keanggotaan dan mekanisme keanggotaan MPR selain untuk menutup peluang penyalahgunaan sebagai jalan penyimpangan praktik dari kehendak UUD, dimaksudkan sebagai jalan mewujudkan 3 hal, antara lain 141 a. Gagasan untuk menghapus kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara, MPR bukan satu-satunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Setiap lembaga yang mengemban tugas-tugas politik negara dan pemerintahan tidak termasuk kekuasaan kehakiman adalah : 140 Tutik, Op. Cit., hal. 1 141 Bagir Manan, DPR,DPR dan MPR dan MPR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta, FH UII Press, 2003, Hal. 74-76. Universitas Sumatera Utara pelaksana kedaulatan rakyat dan harus tunduk dan bertanggung jawab kepada rakyat. b. Gagasan sistem perwakilan dua kamar bicameral. MPR menjadi wadah badan perwakilan yang terdiri dari DPR dan DPR. Dalam susunan dua kamar, bukan anggota yang menjadi unsur, tetapi badan yaitu DPR dan DPD. c. Gagasan menyederhanakan sistem keanggotaan dengan meniadakan utusan golongan dan mengubah utusan daerah menjadi DPD. Perubahan ini bertujuan agar lebih demokratis dan meningkatkan keikutsertaan daerah dan pemerintahan, di samping sebagai forum memperjuangkan kepentingan daerah. d. Gagasan mewujudkan demokrasi dalam mengisi keanggotaan MPR dengan cara pemilihan langsung oleh rakyat yang kemungkinan meniadakan tindakan kolusi dan nepotisme dalam pengisian keanggotaan. Pada amandemen ketiga UUD 1945 mengenai MPR Pasal 3 ada perubahan terhadap ayat 1, ayat 4. Adapun ayat 2 terdiri dari dua alternatif diputuskan pada perubahan keempat tahun 2002 yakni tidak perlu ayat 2. Sehingga pasal 3 yang semula terdiri atas 4 ayat menjadi 3 ayat saja 142 . Pasal 3 membahas mengenai wewenang MPR. Pasal 3 rumusan lama 143 : Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis- Garis Besar Haluan Negara. 142 Nazriyah, Op.Cit., Hal 151. 143 Ibid Universitas Sumatera Utara Pasal 3 diubah dengan bunyi sebagai berikut: 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang- Undang Dasar. 2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden danatau Wakil Presiden 3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden danatau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. Dengan perubahan ini MPR tidak lagi menetapkan GBHN maupun peraturan perundang-undangan, serta memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden. Hal ini berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yang menganut sistem pemilihan presiden dan wakil presiden langsung oleh rakyat, di mana mereka memiliki program ke dalam undang-undang. Tugas, wewenang, dan hak MPR setelah dilakukan amandemen antara lain: 144 a. Mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar. b. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum. c. Memutuskan usul DPR berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan presiden atau wakil presiden. Setelah perubahan UUD 1945, prinsip pembagian kekuasaan ditinggalkan dan diganti dengan prinsip pemisahan kekuasaan secara horizontal, karena MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Dalam kontruksi amandemen UUD 1945, semua lembaga tinggi negara berkedudukan sejajar agar di antara lembaga negara dapat saling mengawasi dan mengimbangi checks and balances. 144 A.M.Fatwa, Op.Cit., hal. 67. Universitas Sumatera Utara Bagan 3.2. Lembaga Negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945 145 Dalam waktu lima tahun 1999-2004, MPR juga telah melakukan pemilihan presiden dan wakil presiden lebih dari satu kali. Pada Sidang Umum MPR tahun 1999, MPR memilih Abdurrahaman Wahid sebagai Presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Selang dua tahun kemudian, pada Sidang Istimewa MPR tahun 2001, MPR memberhentikan Abdurrahman Wahid dari jabatan presiden dan menetapkan Megawati sebagai presiden berikutnya. Seiring dengan hal tersebut MPR juga memilih Hamzah Haz sebagai wakil presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden tersebut berlangsung dalam dinamika politik yang tinggi diiringi unjuk rasa dan kekerasan massa dari kelompok. 146 145 Tutik, Op. Cit., Hal. 20 146 A.M. Fatwa, Melanjutkan Reformasi Membangun Demokrasi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005, Hal. 66. Pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden pada Sidang Istimewa MPR tahun 2001 merupakan pelaksanaan tugas MPR terakhir kalinya karena setelah itu pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan oleh rakyat Indonesia secara langsung melalui pemilu berdasarkan amandemen UUD 1945. Universitas Sumatera Utara Dengan kedudukan yang telah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya, MPR memang tidak lagi memiliki kekuasaan yang sangat besar seperti dahulu. Namun MPR dengan perubahannya lebih tepat jika Indonesia ingin menerapkan demokrasi sepenuhnya. MPR periode mendatang akan tetap memegang peranan penting sejauh hal tersebut merupakan ruang lingkup kewenangannya yaitu mengubah dan menetapkan UUD, melantik presiden dan wakil presiden, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatan menurut UUD. 3.2. Dewan Perwakilan Rakyat DPR 3.2.1. DPR Masa Reformasi Hasil Pemilu 1999-2004