BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Skripsi ini akan membahas tentang lembaga kekuasaan dalam pemerintahan negara, yang dalam hal ini adalah fungsi lembaga legislatif dalam
sistem pemerintahan Indonesia dalam perubahan amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 UUD 1945. Pada awalnya negara merupakan
suatu organisasi yang dibentuk dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama
1
Dalam proses perkembangannya, satu lembaga negara tidak memiliki satu kekuasaan penuh karena dapat disalahgunakan dan bertentangan dengan tujuan
bernegara. Muncul anggapan bahwa satu lembaga negara harus diawasi dan diimbangi oleh lembaga lain. Kekuasaan negara pada awalnya dibagi menjadi tiga
cabang, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun bersamaan dengan semakin besarnya negara dan menghadapi banyaknya permasalahan, pencabangan
kekuasaan negara juga mengalami perkembangan. . Sebagaimana layaknya organisasi, negara
memiliki organ-organ yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu untuk mencapai tujuan negara. Organ-organ inilah yang disebut sebagai lembaga-
lembaga negara. Lembaga negara beserta fungsinya mengalami perubahan seiring dengan sistem pemerintahan yang ada pada suatu negara dan selalu mengalami
perkembangan yang mempengaruhi setiap lembaga negara.
1
Janedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional : Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 19945, Jakarta, Konstitusi Press, 2012. Hal 103.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sistem pemerintahan demokrasi, lembaga legislatif merupakan perangkat kenegaraaan yang sangat penting disamping perangkat-perangkat
kenegaraan yang lain, baik yang bersifat infra struktur maupun supra struktur politik. Lembaga legislatif merupakan cabang kekuasaan pertama yang
mencerminkan kedaulatan rakyat dalam suatu negara. Melalui lembaga legislatif akan muncul kebijakan sebagai dasar bagi lembaga eksekutif untuk menjalankan
pemerintahan dan diawasi secara langsung olleh lembaga ini sendiri. Dalam sistem demokrasi tidak ada kekuasaan mutlak, tetapi rakyatlah yang membuat
undang-undang melalui lembaga legislatif. Setiap pemerintahan yang menganut sistem demokrasi selalu didasari
suatu ide bahwa warga negara seharusnya dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan politik.
2
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep kedaulatan sangat menentukan untuk dijadikan sebagai tolak ukur apakah
demokrasi berjalan atau tidak. Semua keputusan politik harus mendapatkan persetujuan dari rakyat secara langsung maupun tidak langsung melalui sistem
perwakilan.
3
Dengan berkembangnya kedaulatan berada di tangan rakyat maka badan legislatif menjadi lembaga yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu
dengan jalan menentukan kebijakan umum dan mengesahkannya dalam bentuk undang-undang. Pada negara-negara modern adanya wakil-wakil rakyat yang
dipilih secara berkala dianggap lebih praktis dan akan memudahkan menghasilkan suatu kebijakan.
2
Arbi Sanit, Perwakilan Politik: Suatu Stdi Awal Dalam Pencarian Analisa Sistem Perwakilan politik di Indonesia, Imu dan Budaya, Edisi 2, tahun V, Jakarta : Penerbit Universitas
Nasional1982 , hal. 82.
3
C.S.T Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Bina Aksara, 1990, hal. 218.
Universitas Sumatera Utara
Struktur lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari atas MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat, DPR Dewan Perwakilan Rakyat RI, DPRD I, DPRD
II, dan DPD Dewan Perwakilan Daerah. Ketiga badan ini adalah badan legislatif yang diakui negara. Badan-badan ini memiliki fungsi dan wilayah
kewenangan yang berbeda-beda. Semua fungsi dan kewenangan legislatif diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem
pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia
adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer.
Sistem pemerintahan Indonesia dalam sejarahnya mengalami beberapa kali perubahan. Indonesia pernah menggunakan sistem kabinet parlementer pada tahun
1945 - 1949. Kemudian pada rentang waktu tahun 1949 - 1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu. Tahun 1950 - 1959,
Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Sedangkan pada tahun 1959 - 1966, Indonesia
menganut sistem pemerintahan secara demokrasi terpimpin.
4
4
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal. 127.
Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Kelembagaan di
Indonesia juga mengalami perkembangan yang sama sejak masa reformasi. UUD 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan separation of power, tetapi
menerapkan pembagian kekuasaan distribution of power. Dengan dilakukannya
Universitas Sumatera Utara
amandemen terhadap UUD 1945 mempertegas pemisahan kekuasaan dan mekanisme checks and balances.
5
Amandemen UUD 1945 bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia HAM,
pembagian kekuasaan, kesejahteraan sosial, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Amandemen UUD 1945 telah dilakukan sebanyak empat kali pada masa sidang MPR, yaitu pertama pada sidang umum MPR 1999 tanggal 14-
21 Oktober 1999, kedua pada sidang tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000, ketiga pada sidang tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 Nopember 2001, dan
yang keempat pada sidang tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002. Tetapi kenyataannya checks and balances sulit
terjadi karena adanya ketimpangan fungsi lembaga legislatif dalam menjalankan pemerintahan. Legislatif sebagai salah satu badan yang mewakili rakyat tidak
memiliki peran banyak dibandingkan dengan eksekutif. Kekuasaan presiden yang sangat besar dan struktur ketatanegaraan Indonesia pada masa Orde Baru dikuasai
oleh MPR. Dominasi pemerintahan menyebabkan tidak ada checks and balances dalam lembaga-lembaga negara, adanya pasal-pasal yang tidak kaku, dan banyak
terjadi kewenangan presiden mengatur hal-hal yang penting dalam undang- undang. Dengan melihat hal tersebut muncullah tuntutan rakyat untuk dilakukan
amandemen terhadap UUD 1945.
6
5
Gaffar, Op. Cit., hal. 111.
Dengan dilakukannya amandemen, perubahan terjadi dalam sistem pemerintahan Indonesia, di antaranya terjadi pergerseran kewenangan dari presiden ke lembaga
6
Rizki Fahrian, Latar Belakang Perubahan UUD 1945, http:rizkifahrian09.blogspot.com201210latar-belakang-perubahan-uud-1945.html, diakses pada
tanggal 27 Juni 2013.
Universitas Sumatera Utara
legislatif yaitu DPR dalam membuat undang-undang, MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara dan beberapa kewenangan dicabut. Hasil lain dari
perubahan amandemen adalah muncul Dewan Perwakilan Daerah. Seiring dengan berkembangnya lembaga legislatif di Indonesia berkembang pula perannya dalam
pemerintahan terhadap lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif, bahkan dalam lembaga legislatif sendiri. Oleh karena itu Penulis melihat ada beberapa hal
menarik yang perlu diteliti dalam masalah ini dan mengangkat masalah ini
menjadi penelitian dengan judul ‘Fungsi Lembaga Legislatif dalam Amandemen Undang-Undang 1945”.
1.2 Perumusan Masalah