2.1.3. MPRS hasil Pemilihan Umum tahun 1971-1976
Majelis ini dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 16 tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Jumlah anggota
seluruhnya adalah 920 orang yang terdiri dari 460 anggota DPR-RI, 130 orang Utusan Daerah, dan 530 orang utusan Golongan Karya. Majelis ini mengadakan
Sidang Umum tanggal 12 sampai dengan tanggal 24 Maret 1973 di Jakarta dan menghasilkan delapan ketetapan dan beberapa keputusan, antara lain yang penting
adalah Ketetapan Nomor IVMPRS1973 tentang GBHN.
70
Berbeda dengan Majelis sebelumnya, Majelis ini hanya memiliki dua jenis keputusan, yaitu:
71
a. Ketetapan MPR yang memiliki kekuatan hukum mengikat seluruh
rakyat Indonesia dan seluruh lembaga negara dan lemabaga masyarakat. Ketetapan MPR adalah produk legislatif tertinggi dalam negara
Republik Indonesia dan tidak dapat dibatalkan atau diubah oleh lembaga negara lain.
b. Keputusan yang hanya memiliki kekuatan hukum mengikat ke dalam
Majelis. Pimpinan Majelis bertugas sebagai pimpinan sidang-sidang dan pimpinan
yang bersifat protokoler, tetapi tidak berwenang mengatasnamakan Majelis atau mengawasi ketetapan-ketetapan Majelis. Pimpinan Majelis juga tidak dapat
dirangkap dengan jabatan-jabatan Presiden, Menteri, dan sebagainya. Sama halnya dengan pimpinan MPRS masa Demokrasi Pancasila, pimpinan majelis
diangkat dari dan oleh anggotanya sendiri. Pimpinan hasil pemilihan umum
70
Ibid. hal. 347.
71
Yuhana, Op. Cit., hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
tersebut dirangkap oleh pimpinan DPR-RI, kecuali wakil ketua yang diambil dari utusan daerah DPD. Cara mengambil keputusan dalam sidang tetap
menggunakan musyawarah untuk mufakat.
72
2.1.4. MPRS hasil Pemilihan Umum tahun 1977-1982 dan tahun 1982-1987
Setelah pengesahan keanggotaan MPR hasil pemilu tahun 1971, selama pemerintahan Soeharto pada setiap pasca pemilu tahun 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997 secara rutin diselenggarakan sidang MPR yang beragendakan pengucapan sumpahjanji anggota MPR pada 1 Oktober dan berselang beberapa
waktu lamanya digelar sidang MPR untuk membahas dan mengambil putusan terhadap materi-materi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh alat kelengkapan
MPR, yaitu badan pekerja MPR, termasuk pemilihan presiden dan wakil presiden.
Jumlah anggota MPR dua kali anggota DPR, yaitu 920 orang, yang berlangsung sejak periode 1977-1982 dan 1982-1987. Pada tahun 1978 muncul
Ketetapan MPR Nomor IIIMPR1978 di mana tertulis bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan negara tertinggi dan pelaksana kedaulatan rakyat.
73
Ada lima hal yang menyebabkan kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi
74
a. MPR merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
, antara lain:
b. MPR mewakili seluruh rakyat, seluruh golongan dan seluruh daerah.
72
Budiardjo, Op. Cit., hal. 346.
73
Miriam Budiardjo dan Ibrahim Ambong, Fungsi Legislatif dalam Sistem Politik Indonesia, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 1996, hal. 243.
74
Rosjidi Ranggawidjaja,S.H.,M.H., Hubungan Tata Kerja Antara Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Presiden, Jakarta, Radar Jaya Offset, 1991, hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
c. MPR sebagai satu-satunya lembaga tertinggi negara pelaksana
kedaulatan rakyat. d.
MPR sebagai satu-satunya lembaga negara yang menetapkan Undang- Undang Dasar, memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden.
e. MPR sebagai satu-satunya lembaga negara yang menetapkan haluan
negara staatsdoeleinden dalam rangka melaksanakan politiek als ethiek atau taakstelling politik dan etika atau tugas.
Untuk periode 1982-1987, 1992-1997, dan 1997-1999, jumlah anggota MPR meningkat menjadi 1000 orang. Tambahan anggota ditunjuk mewakili
kelompok dan golongan selain tiga partai peserta pemilu Golkar, PDI, dan PPP. Cara kerja MPR berdasarkan UUD 1945, Pasal 2 ayat 2 yang berbunyi:
75
Untuk keperluan tertentu MPR dapat bersidang lebih dari satu kali dalam lima tahun. MPR hasil Pemilu tahun 1997 melakukan Sidang Umum Maret 1998 dan
juga mengadakan Sidang Istimewa pada November 1998, tetapi MPR hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 hanya sidang sebanyak satu kali.
Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikit-dikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.
Selain itu kinerja MPR juga ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 3 yang berbunyi:
Segala keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak.
76
75
Yuhana, Op. Cit., Hal. 88.
76
Ibid
Pada Sidang Umum MPR tahun 1988, 1993, dan tahun 1998 tidak ada materi Ketetapan
MPR yang bersifat khusus karena berbagai Ketetapan MPR yang disahkan
Universitas Sumatera Utara
bersifat rutin, antara lain Ketetapan MPR mengenai GBHN, pertanggungjawaban presiden, dan pengangkatan presiden dan wakil presiden.
77
Kedudukan, tugas, dan wewenang MPR diatur dalam Pasal 3 UUD 1945 dan Penjelasan tentang UUD Negara Indonesia dalam menjelaskan sistem
pemerintahan negara bagian ketiga yang menjelaskan bahwa kekuasaan negara tertinggi berada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
78
Sebelum terbentuk KNIP, cikal bakal perwakilan rakyat di Indonesia telah ada pada masa penjajahan Hindia – Belanda yaitu Volkstraad. Volkstraad
dibentuk sebagai dampak gerakan nasional serta perubahan yang mendasar di
seluruh dunia dengan selesainya Perang Dunia I 1914-1918. Volksraad
dideklarasikan pada 16 Desember 1916 dengan anggota sebanyak 39 orang
2.2. Dewan Perwakilan Rakyat DPR