Teori Perwakilan Politik Kerangka Teori 1. Teori Kedaulatan Rakyat

individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif, yang lain kekuasaan eksekutif negara. Dengan demikian, konsep trias politica yang banyak diacu oleh negara- negara di dunia saat ini adalah konsep yang berasal dari Montesquieu. Namun, konsep Trias Politika ini terus mengalami persaingan dengan konsep-konsep kekuasaan lain seperti Kekuasaan Dinasti Arab Saudi, Wilayatul Faqih Iran, Diktatur Proletariat Korea Utara, Cina, Kuba. Di Indonesia, para penyusun UUD 1945 sebelum amandemen tidak menganut trias politica. Mereka memahami bahwa pemerintahan yang demokratis dapat diselenggarakan dengan trias politica, dalam pemahaman separation of powers, seperti di Amerika Serikat atau dalam arti menggabungkan kekuasaan eksekutif dan legislative seperti di Inggris.

1.6.3. Teori Perwakilan Politik

Untuk melaksanakan gagasan teori kedaulatan 20 ke dalam tatanan sistem bernegara, diperlukan lembaga perwakilan rakyat. Rakyat seluruhnya diwakili dalam suatu lembaga. Terkadang rakyat tidak hanya diwakili melalui satu lembaga saja, melainkan dapat direpresentasikan ke dalam beberapa lembaga. Konsep perwakilan representation adalah konsep yang memberikan kewenangan atau kemampuan kepada seseorang atau suatu kelompok untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar. 21 20 Negara Republik Indonesia juga menganut kedaulatan Tuhan dan kedaulatan hukum, di samping teori kedaulatan rakyat. Bahkan kedaulatan rakyat yang dianut Indonesia pun harus menganut pada kedaulatan rakyat. Artinya adalah keputusan wakil rakyat tidak boleh melanggar nilai-nilai ketuhanan yang diluhurkan. 21 Arbi Sanit. Perwakilan Politik di Indonesia, Jakarta, Rajawali Press. 1985, hal. 54. Universitas Sumatera Utara Praktik lembaga perwakilan rakyat dapat ditelusuri sejak masa Yunani Kuno dalam Dewan Palis atau Ekklesia yang mempunyai tugas memberi pertimbangan kepada eksekutif. Di samping memberikan pertimbangan, dewan ini juga menetapkan hukum melalui perdebatan anggota. Selama 20 abad mulai dari abad kelima Sebelum Masehi di Yunani Kuno dan Romawi sampai akhir abad ke- 14 di Inggris, keberadaan lembaga perwakilan rakyat mendapat dukungan dari masyarakat. 22 Ide-idenya selalu berkembang seiring dengan dinamika peradaban manusia itu sendiri. Sejak abad kelima Sebelum Masehi di dalam kekaisaran Romawi terdapat satu lembaga bernama senat yang memiliki kewenangan sebagai badan perimbangan. Di pertengahan abad keempat Sebelum Masehi badan tersebut diberi wewenang unntuk secara legal formal mengukuhkan keputusan Comitia Centuriata, suatu badan semi-militer yang terdiri atas 100 orang. Mulai dari penghujung abad ketiga Sebelum Masehi dan seterusnya semua keputusan lembaga Plebeian Concilium Plebis diberlakukan di semua negara taklukannya. 23 Parlemen yang ada suatu negara saat ini dalam sejarahnya berawal di Inggris pada penghujung abad 12. Ada sebuah lembaga bernama Magnu Concilium yang dibentuk oleh Raja Henry III yang terdiri dari para tokoh gereja dan para tuan tanah atau baron. Mereka sering diundang oleh raja untuk membicarakan berbagai persoalan kerajaan. Di penghujung abad 14 parlemen kemudian dimanfaatkan oleh para raja Inggris sebagai badan perwakilan rakyat. 22 DR. Paimin Napitupulu, M.Si, Menuju Pemerintahan Perwakilan, Bandung, PT Alumni, 2007, hal. 18. 23 Ibid, hal. 19 Universitas Sumatera Utara Parlemen sebagai badan pembuat hukum dan badan perwakilan yang dipilih melalui pemilihan dijalankan di Inggris pada abad 18 . 24 Hingga kini lembaga perwakilan rakyat dianggap sebagai himpunan wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum. Sebenarnya lembaga perwakilan rakyat tidak hanya meliputi legislatif atau parlemen, tetapi juga termasuk badan eksekutif dan yudikatif. Lembaga perwakilan rakyat dalam arti khusus yakni parlemen adalah suatu institusi yang mewakili masyarakat pemilih secara resmi dalam sistem pemerintahan perwakilan representative government yang terbentuk melalui sistem pemilihan umum 25 Di Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Rakyat mewakili rakyat melalui partai politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik political representation. Menurut Hannah Pitkin, perwakilan politik adalah satu atau sejumlah orang yang berwenang membuat keputusan atas nama seseorang, . Bangkitnya lembaga khusus pembuat hukum sejalan dengan pertumbuhan hukum Romawi dari periode yang sederhana. Embrio perwakilan sudah mulai ada pada zaman Romawi Kuno. Sayangnya, kaisar Romawi beserta penguasa yang ditunjuk dengan satu dengan yang lain cara berusaha untuk memperkokoh kekuasaan mereka sehingga melemahkan peran lembaga perwakilan tersebut. Semakin kuatnya cengkraman agama atas negara beserta pertumbuhan feodalisme di Eropa, telah memperkecil peran lembaga perwakilan dalam proses pembuatan hukum dan perundingan. Kedua hal ini, agama dan kaum feudal dengan cara sendiri telah melemahkan peran lembaga perwakilan 24 Ibid, hal. 20 25 Ibid, hal. 19. Universitas Sumatera Utara sekelompok orang ataupun keseluruhan anggota masyarakat. 26 Kehadiran konsep ini dipelopori oleh negara-negara yang menganut sistem demokrasi liberal yang memiliki asumsi bahwa yang paling mengetahui mengenai keadaan rakyat adalah rakyat itu sendiri sehingga aspirasi dan kehendak rakyat harus diwakili oleh rakyat. Asumsi ini mendorong lahirnya sistem perwakilan dalam kehidupan rakyat suatu negara yang perwujudannya dilakukan melalui suatu partai politik dalam pemilihan umum. Dalam pengertian tersebut dalam keterwakilan politik menggambarkan adanya kepentingan masyarakat yang terwakili oleh wakilnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perwakilan politik mencakup kepuasan pihak terwakili dalam arti kepentingan dan kebutuhan terlayani atau dapat diwujudkan oleh wakilnya melalui tanggapan yang diberikan oleh sang wakil lewat sikap, tindakannya dalam membuat keputusan atau kebijakan terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Secara umum sistem perwakilan dibagi dua, yaitu 27 a. Sistem perwakilan langsung yaitu sistem pengangkatan wakil rakyat secara langsung melalui pemilu oleh rakyat tanpa perantara DPRMPR. : b. Sistem perwakilan tidak langsung, yaitu sistem pengangkatan wakil rakyat yang memberikan kepercayaan kepada partai politik untuk menentukan calon legislatif yang akan mewakili rakyat dan juga mengangkat anggota DPRMPR melalui pengangkatan dari unsur-unsur atau golongan oleh pemerintah. 26 Prof. DR. Kacung Maridjan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 39. 27 Napitupulu, Op. Cit. Universitas Sumatera Utara Sistem perwakilan rakyat kemudian berkembang dalam praktik kenegaraan di seluruh dunia. Ada yang memakai sistem unicameral, ada sistem bikameral, bahkan ada yang mengontruksikan perwakilan rakyat ke dalam perwakilan tiga kamar trikameral 28 Perkembangan konsep demokrasi mengenai teori perwakilan modern melahirkan adanya tiga karakter yang dapat secara penuh mewujudkan rakyat . Hal tersebut bergantung pada pilihan politik mana yang dipakai untuk menjelmakan rakyat seutuhnya dalam konstruksi penyelenggaraan Negara yang etis. 29 a. Perwakilan geografis. Secara umum badan perwakilan mengandung arti bahwa setiap anggotanya merupakan perwakilan dari seluruh bangsa. Dengan demikian, wajar jika masyarakat luas mengharapkan agar parlemen mewakili kepentingan mereka. Namun, dalam kenyataannya setiap anggota parlemen hanya bersedia mewakili kelompok yang diwakilinya, yakni masyarakat di wilayah geografis tertentu, dan mengesampingkan kepentingan kelompok lain. , yaitu: b. Perwakilan partai. Dalam sistem parlemen, partai politik merupakan jenis perwakilan paling terkemuka, khususnya dalam sistem-sistem politik, disiplin terhadap partai politik sangat tinggi. Dalam sistem sejenis ini partai politiklah jenis perwakilan paling pokok. Partai politik mengendalikan proses rekrutmen anggota beserta kegiatan legislatif di parlemen. Di beberapa Negara, termasuk Indonesia saat ini, menjadi anggota parlemen berarti di satu sisi harus mampu menunjukkan 28 Hendra Nurtjahjo, Ilmu Negara; Pengembangan Teori Bernegara dan Suplemen, Jakarta, PT Grafindo Persada, 2005, hal.68 29 Napitupulu, Op. Cit., hal. 36. Universitas Sumatera Utara loyalitas terhadap partai, dan di pihak lain harus dipilih oleh masyarakat di wilayah tertentu. Namun, dalam banyak kasus kesetiaan terhadap partai jauh lebih menonjol dibandingkan kesetiaan terhadap kelompok masyarakat yang diwakilinya. Bahkan, lebih ekstrim lagi banyak anggota parlemen yang mengesampingkan hubungan dengan para pemilh dan memusatkan kesetiaan mereka pada partai. c. Perwakilan kelompok kepentingan khusus. Keterkaitan kelompok khusus dengan sendirinya mendorong anggota untuk lebih memusatkan perhatian kepada kepentingan yang mereka wakili. Sebaliknya, keterikatan kepentingan timbal balik yang berkembang memperkuat posisi perwakilan kelompok kepentingan dalam tubuh parlemen.

1.6.4. Lembaga Legislatif di Indonesia A. Pengertian Legislatif