Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong - Demokrasi Terpimpin 1960-1966

Menurut UUD 1945, wewenang badan legislatif mencakup ketetapan bahwa setiap undang-undang memerlukan persetujuan DPR pasal 20. DPR memiliki hak inisiatif pasal 21, hak untuk memprakarsai rancangan undang- undang. Pemerintah tidak akan terlepas dari pengawasan DPR. Hak lain yang ditentukan dalam UUD 1945 adalah hak budget pasal 23, yaitu hak untuk turut memutuskan rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 93 DPR Peralihan kemudian dibubarkan dengan Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1960 karena adanya perselisihan antara pemerintah dengan DPR Peralihan mengenai penetapan APBN. Dalam melaksanakan tugas di bidang pengawasan, DPR Peralihan memiliki hak-hak, seperti mengajukan pertanyaan, meminta keterangan, mengadakan penyelidikan, mengajukan amandemen, mengajukan usul pernyataan pendapat atau asal-usul lain, dan dapat mengajukan anjuran calon untuk mengisi suatu jabatan dalam hal demikian ditentukan oleh undang-undang. DPR Peralihan hanya menyelesaikan 5 buah undang-undang dan 2 buah usul pernyataan pendapat. 94 DPR Gotong Royong didirikan dengan Penetapan Presiden Nomor 4 tahun 1960 sebagai pengganti DPR Peralihan yang dibubarkan dengan Penetapan Presiden Nomor 3 tahun 1960.

2.2.5. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong - Demokrasi Terpimpin 1960-1966

95 93 Ibid 94 Ibid, hal 334. 95 DPR Peralihan dibubarkan karena DPR hanya menyetujui 36 miliar rupiah APBN dari 44 miliar yang diajukan. Maksudi, Op. Cit¸ hal. 206. Anggota DPR-GR berjumlah 283 orang, dengan Universitas Sumatera Utara komposisi 130 orang dari partai, 152 orang dari golongan karya, dan 1 wakil Irian. Semua anggota tidak dipilih, tetapi ditunjuk oleh presiden dari daftar-daftar yang diajukan oleh golongan masing-masing. DPR-GR sangat berbeda dengan badan legislatif sebelumnya karena tidak hanya bekerja dalam sistem pemerintahan yang lain, tetapi bekerja dalam suasana di mana DPR ditonjolkan sebagai pembantu pemerintah, yang dicerminkan dalam istilah Gotong Royong. Perubahan fungsi tersebut disusun dalam tata tertib DPR GR yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 1960. Dalam peraturan tersebut tidak disebut hak kontrol seperti hak bertanya dan hak interpelasi. 96 Kelemahan DPR Gotong Royong sebagai lembaga legislatif adalah DPR Gotong Royong kurang memakai hak inisiatifnya untuk mengajukan rancangan undang-undang. Selain itu DPR-GR telah membiarkan badan eksekutif mengadakan Penetapan-Penetapan Presiden atas dasar Dekrit Presiden 5 Juli 1959, seolah-olah dekrit merupakan sumber hukum baru, padahal Dekrit Presiden dibuat untuk menuntun Indonesia kembali pada UUD 1945. Semua perundang- undangan seharusnya berdasarkan langsung pada UUD 1945. Selain itu, banyak keputusan penting misalnya pengguntingan uang, politik konfrontasi, pengambilalihan perkebunan dan perusahaan asing diputuskan di luar DPR-GR. 97 Perubahan lain yang terjadi adalah munculnya Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Nomor 19 tahun 1964 yang memberi wewenang kepada presiden untuk campur tangan dalam pengadilan demi kepentingan revolusi. Undang-undang tersebut merupakan ketentuan yang dengan tegas menyalahi ketentuan UUD 1945, di mana dijelaskan kekuasaan kehakiman tidak terpengaruh 96 Budiardjo, Op. Cit., hal. 335 97 Ibid, hal. 335 Universitas Sumatera Utara kekuasaan pemerintah pasal 24 dan 25. 98 Dalam Demokrasi Terpimpin sistem pemungutan suara diganti dengan sistem musyawarah untuk mencapai mufakat. Ketentuan ini terdapat dalam Amanat Presiden tahun 1959 yang menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 adalah cerminan asli kepribadian bangsa Indonesia yang sejak zaman purbakala mendasarkan sistem pemerintahan kepada seorang ketua yang tidak mendiktatori tetapi “memimpin”. Dalam tata tertib DPR GR Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 1960, pasal 103 yang berlaku sampai September 1964, ditentukan bahwa keputusan sedapat mungkin diambil dengan kata mufakat, maka Presiden mengambil keputusan dengan memperhatikan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam musyawarahmufakat tetap dipertahankan, akan tetapi peranan Presiden dalam proses pengambilan keputusan tidak disebut. Dalam hal keanggotaan, DPR juga mengalami perubahan besar. Jika DPR sebelumnya perwakilan berdasarkan asas perwakilan politik atau perwakilan partai-partai politik, maka dalam DPR-GR keanggotaan meliputi beberapa golongan karya seperti anggota dari angkatan bersenjata, petani, buruh, alim ulama, pemuda, koperasi, dan perempuan. Dari partai-partai politik banyak anggota DPR hasil pemilihan umum kembali menduduki kursi dalam DPR Gotong Royong, kecuali wakil-wakil dari partai Masyumi dan Partai Serikat Indonesia yang dibubarkan Presiden Soekarno pada tahun 1960. Pimpinan DPR GR diberi status sebagai menteri, di mana bertentangan dengan asas trias politica. 99 98 Ibid, hal. 336 99 Ibid. Universitas Sumatera Utara Selama masa kerjanya DPR Gotong Royong dari tanggal 25 Juni 1960 sampai dengan 15 November 1965 adalah sebagai berikut: 100 a. Tahun 1960, menghasilkan 5 Undang-undang dan 4 menyatakan pendapat. b. Tahun 1961, menghasilkan 22 Undang-undang dan 4 pernyataan pendapat. c. Tahun 1962, menghasilkan 19 Undang-undang dan 1 pernyataan pendapat d. Tahun 1963, menghasilkan 14 Undang-undang dan 1 pernyataan pendapat. e. Tahun 1964, menghasilkan 35 Undang-undang dan 5 pernyataan pendapat f. Tahun 1965, menghasilkan 21 Undang-undang dan 11 pernyataan pendapat.

2.2.7. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Demokrasi Pancasila 1966-1971