Linearitas Validasi Instrumen Analisis

adalah sebesar 99,7. Untuk meningkatkan nilai Confidence dari 99,7 menjadi 100 maka dilakukan penambahan daerah overlapping gambar 26 sebesar 0,3 kedalam rumus LOD menjadi : Untuk mendapatkan nilai Sa standar deviasi intercept kurva baku digunakan program Powerfit ® Universitas Uterch Fakultas Kimia dengan memplotkan konsentrasi teoretis dengan absorbansi sehingga didapatkan nilai Sa = 0,0005. Dari hasil perhitungan pada lampiran 9 didapatkan nilai LOD sebesar 0,1309 µgmL.

E. Validasi Metode Standar Adisi

Metode standar adisi digunakan ketika sulit ataupun tidak mungkin untuk membuat larutan blanko dengan matriks tanpa adanya analit Sebelum dilakukan penetapan kadar sampel perlu dilakukan validasi metode standar adisi untuk melihat apakah metode yang digunakan valid atau tidak untuk digunakan dalam penetapan kadar. Dalam penelitian ini validasi terhadap metode yang digunakan adalah akurasi, presisi, limit of quantification LOQ dan pengaruh prosedur analisis.

1. Akurasi

Data akurasi dilaporkan berupa persen perolehan kembali recovery. Akurasi berkaitan dengan sistematic random atau biasa dikenal dengan kesalahan yang diketahui karena kesalahan ini dapat ditentukan dan diperbaiki. Sistematic error secara umum dalam penelitian laboratorium ada tiga yaitu kesalahan pada peralatan yang digunakan misalnya timbangan yang tidak terkalibrasi, kesalahan pada operator dan kesalahan prosedur. Hal yang pertama kali dilakukan adalah melihat kadar analit dalam matriks tanpa adanya penambahan adisi dan kadar analit dalam matriks dengan penambahan lima buah konsentrasi bertingkat dari larutan baku PbNO 3 . Syarat perolehan kembali menurut Horwitz dengan kadar maksimum 10 ppm yaitu 80- 110. Hasil penelitian ditunjukkan dalam tabel V dengan perhitungan yang tercantum dalam lampiran 11. Tabel V. Hasil perolehan kembali recovery Persyaratan Menurut Horwitz Kadar Teoretis µg Hasil Percobaan Kesimpulan Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 80-110 - - - - 20 93 86 86 Memenuhi 40 89 83 83 Memenuhi 60 81 82 88 Memenuhi 80 82 81 81 Memenuhi 100 83 82 81 Memenuhi Sehingga semua replikasi yang diamati masuk dalam range perolehan kembali yang dipersyaratkan. Jadi metode ini bisa dikatakan memiliki akurasi yang baik.

2. Presisi

Data Presisi dilaporkan berupa RSD Relative Standard Deviation atau CV. Presisi ini berkaitan dengan random error. Random error dalam analisis disebabkan oleh perubahan yang tidak dapat diprediksi dan tidak diketahui penyebabnya misalnya 1 buah larutan ketika di ujikan ke AAS memberikan absorbansi yang berbeda ketika dilakukan repitisi, labu takar yang digunakan sudah tidak akurat lagi bisa karena dipanaskan oleh pengguna sebelumnya dan masih banyak hal lain. Syarat RSD menurut Horwitz dengan kadar maksimum 10 ppm yaitu kurang dari 16 sedangkan syarat menurut AOAC kurang dari 11. Hasil penelitian yang ditunjukkan dalam tabel VI dengan perhitungan yang tercantum dalam lampiran 12. Tabel VI. CV dari standar adisi Persyaratan Menurut Horwitz Persyaratan Menurut AOAC Kadar Teoretis µg CV 16 11 ttd 20 4 40 4 60 6 80 1 100 1 menunjukkan hasil tidak terdeteksi karena dibawah nilai LOQ sehingga tidak dapat dikuantifikasikan

3. Intermediate precision

Dalam penelitian ini dilakukan pengerjaan baik validasi dan penetapan kadar dihari yang berbeda. Perlu adanya pengujian terhadap alat yang digunakan untuk melihat apakah hasil pembacaan dihari yang berbeda memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak. Hal ini bisa dilihat dengan kurva baku yang dibaca pada saat validasi dan pada saat penetapan kadar. Pada suatu penetapan kadar hendaknya pembuatan kurva baku dilakukan setiap akan memulai suatu proses penetapan kadar. Hal tersebut dimaksudkan agar kurva baku yang dibuat merupakan kurva baku yang teraktual dengan kondisi spektroskopi serapan atom yang ada, karena dalam selang rentang waktu tertentu kurva baku yang ada bisa saja memiliki nilai r yang sama dengan kurva baku pada pembuatan waktu sebelumnya namun tidak dengan nilai slope b yang