Penetapan Kadar Tata Cara Penelitian

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pangan yang Dicemari Logam Berat Timbal Pb Terhadap Kadar Timbal pada Cacing Lumbricus rubellus ” dilakukan beberapa tahapan seperti destruksi basah optimasi spektroskopi serapan atom, pembuatan kurva baku, preparasi sampel dengan menggunakan destruksi basah, pembuatan kurva adisi, perhitungan validasi metode dan penetapan kadar sampel.

A. Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing Lumbricus rubellus yang dibeli langsung dari petani cacing di Nyamplung Gamping Yogyakarta. Cacing Lumbricus rubellus yang dibeli sudah dewasa dan siap untuk berkembangbiak. Cacing Lumbricus rubellus memiliki ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan cacing tanah lainnya yaitu perbedaan warna antara bagian atas badan cacing dan bagian bawah cacing. Pada bagian atas berwarna merah sedangkan pada bagian bawah berwarna merah pucat. Selain itu pada bagian anus cacing Lumbricus rubellus berwarna kuning. Hal ini ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Cacing Lumbricus rubellus

B. Destruksi Sampel

Metode destruksi ada 2 jenis yaitu destruksi kering dan destruksi basah. Destruksi kering merupakan metode untuk mengekstraksi cemaran logam dengan cara mengabukan ashing sampelnya dengan suhu diatas 500 o C sedangkan destruksi basah melibatkan degradasi kimia dari matriks sampel dalam larutan, biasanya dengan kombinasi asam untuk meningkatkan kelarutan elemen yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan metode destruksi basah karena: a. Destruksi kering dapat menyebabkan beberapa elemen seperti AS, Cr dan Pb pada saat pemanasan dan memungkinkan terjadinya adsorpsi pada dinding tungku pada pengabuan dengan suhu 500-550 C Hseu dan Yei, 2004. b. Dalam penelitian Sastre et al. 2002 menyatakan destruksi menggunakan asam nitrat merupakan metode yang optimal untuk menentukan jumlah logam berat dalam sampel tanah dengan jumlah material organik yang tinggi Hseu dan Yei, 2004. c. Dalam penelitian Zheljazkov dan Warman 2002 membandingkan antar asam nitrat, campuran asam nitrat-asam perklorat dan metode destruksi basah untuk menganalisis 17 elemen dalam 6 kompos dari Kanada. Hasil penelitian menunjukkan dengan jumlah yang sama, antara asam nitrat dengan campuran campuran asam nitrat-asam perklorat memberikan perolehan kembali recovery yang lebih baik daripada digesti kering untuk Cd dan Pb Hseu dan Yei, 2004. d. Dalam penelitian ini digunakan campuran asam nitrat-asam sulfat karena mengutamakan keamanan safety dalam bekerja. Penggunaan dari asam perklorat perlunya penanganan khusus karena mampu meledak dan mudah mengoksidasi material inorganik Twyman, 2005. Untuk sampel organik secara umum digunakan campuran 1:2 asam sulfat dan asam nitrat. Asam nitrat akan mengurai sebagian besar material organik akan tetapi tidak mencapai suhu yang cukup untuk menghancurkan material organik yang tersisa karena terlebih dahulu menguap dan yang tertinggal adalah asam sulfat. Asap SO 3 akan memenuhi labu dan membuat larutan menjadi semakin panas dan memungkinkan asalm sulfat untuk mengurai bahan organik yang tersisa. Ketika timbul asap putih menunjukkan asam sulfat mulai terurai jadi perlu ditambahkan asam nitrat sedikit demi sedikit untuk memperpanjang proses destruksi maka demi keamanan pengerjaan dengan metode ini harus dikerjakan dalam lemari asam karena asap yang dihasilkan Twyman, 2005. Asam nitrat berfungsi sebagai pengoksida yang utama dan asam sulfat berfungsi sebagai katalis yang mempercepat reaksi dan juga sebagai penghancur