larut dalam air dingin, air panas dan asam. Timbal Pb ini bisa larut dalam
asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat Palar, 1994. 2.
Keracunan Timbal
Kelebihan timbal di dalam tubuh dapat memberikan efek toksik multisistemik melalui tiga mekanisme, yaitu melalui aktivitas hambatan enzim,
sebagai konsekuensi ikatan pada gugus sulfuhidril -SH; dengan mempengaruhi aksi kation esensial, terutama kalsium, zat besi dan seng dengan mengubah
struktur reseptor serta membran sel Katzung, 2004. Timbal dapat mengakibatkan yang bersifat reversibel pada ginjal akibat
efek sampingnya terhadap tubulus proksimal sehingga menganggu kerja dari ginjal dalam proses mengabsorbsi glukosa, asam amino dan fosfat. Efek jangka
panjangnya yaitu terjadi penurunan fungsi ginjal, termasuk atropi glomular, fibrosis interstinal, dan sklerosis pembuluh darah Manahan, 2003.
Gejala yang mengindikasikan keracunan Pb kronis, yaitu anoreksia, lelah, malaise, sakit kepala, depresi, kelemahan otot kaki dan tangan, anemia,
neuropati perifer Katzung, 2004.
E. Destruksi
Jaringan hewan dan tanaman, cairan biologis, dan komponen organik biasanya diuraikan dengan destruksi basah dengan menggunakan satu jenis asam
atau campuran asam, bisa juga dengan destruksi kering yang dipanaskan pada temperatur tinggi 400-700°C pada tungku api. Pada destruksi basah, hasil
oksidasi asam organik menjadi karbon dioksida, air, dan zat lain yang mudah
menguap sehingga menyisakan garam atau asam dari konstituen inorganik. Christian, 2004.
1. Destruksi Kering
Walaupun berbagai macam kombinasi pengabuan dan destruksi basah digunakan dalam frekuensi yang hampir sama oleh analisis senyawa organik dan
material biologik, destruksi kering merupakan metode tanpa bantuan bahan kimia adalah teknik yang paling banyak digunakan. Timbal, seng, kobalt dan besi dapat
diperoleh dengan kehilangan yang sedikit karena retensi dan penguapan Christian, 2004.
2. Destruksi Basah
Destruksi basah dengan menggunakan campuran dari asam nitrat dan asam sulfat adalah prosedur oksidasi yang paling sering dipakai. Biasanya
sejumlah kecil dari asam sulfat digunakan dengan volume asam nitrat yang lebih besar 20-30 ml. Destruksi basah biasanya dilakukan dengan labu Kjehdahl.
Asam nitrat menghancurkan zat organik, tetapi tidak cukup panas untuk menghancurkan sisa terakhir. Campuran dipanaskan selama proses destruksi
sampai asap SO
3
putih terbentuk dan mulai berefluk dalam labu. Pada keadaan ini cairan akan sangat panas, dan asam sulfat bereaksi terhadap sisa bahan organik.
Destruksi dilanjutkan sampai cairan jernih Christian, 2004.