Pengujian Daya Analgesik HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data tersebut terlihat bahwa probabilitasnya 0,000 yang berarti lebih kecil daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada tiap kelompok. Untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak maka dilanjutkan uji Scheffe. Data analisisnya dapat dilihat pada tabel XIII. Tabel XIII. Hasil uji Scheffe persen proteksi nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Kelompok I II III IV V VI VII VIII IX I - B B B B B B B B II B - TB TB B TB B TB B III B TB - TB TB TB TB TB B IV B TB TB - TB TB TB TB B V B B TB TB - TB TB TB TB VI B TB TB TB TB - TB TB B VII B B TB TB TB TB - TB TB VIII B TB TB TB TB TB TB - TB IX B B B B TB B TB TB - Keterangan : I : kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquades II : kelompok kontrol positif dengan pemberian parasetamol dosis 91 mgkgBB III : kelompok makuto dewo murni IV : kelompok Virgin Coconut Oil murni V : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ¼ VI : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ½ VII : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 1 VIII : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 2 IX : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 B : berbeda bermakna TB : berbeda tidak bermakna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif maupun dengan kelompok perlakuan. Hal ini jelas terjadi karena aquades yang digunakan sebagai kontrol negatif tidak memiliki kemampuan untuk menghambat nyeri atau dengan kata lain aquades tidak memiliki daya analgesik. Hal ini juga terlihat dari jumlah geliat yang sangat banyak dibandingkan dengan kelompok yang lain. Pada kelompok kontrol positif dengan pemberian parasetamol dan kelompok perlakuan dengan pemberian makuto dewo murni, VCO murni maupun campuran keduanya dalam berbagai kombinasi menunjukkan penurunan jumlah geliat yang ditimbulkan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok ini memberikan efek analgesik. Kelompok kontrol positif dengan pemberian parasetamol dosis 91 mgkgBB memiliki persen proteksi nyeri sebesar 52,38. Secara umum pada semua kelompok uji kecuali kontrol negatif memiliki proteksi terhadap nyeri yang tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif atau bisa dikatakan mirip. Namun secara statistik, dapat terlihat bahwa perbedaan antara kelompok kontrol positif tidak bermakna dengan kelompok makutodewo murni 57,14, Virgin Coconut Oil murni 58,05, kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ½ 56,24 , dan kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 2 60,32 . Perbedaan yang tidak bermakna ini menunjukkan bahwa kemampuan dari kelompok-kelompok ini hampir sama dengan parasetamol dalam menghambat atau memberikan proteksi terhadap rangsang nyeri. Perbedaan yang bermakna menurut statistik terjadi pada kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ¼ 61,90, kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 1 63,03 dan kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 68,71. Proteksi terhadap nyeri pada ketiga kelompok ini lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol positif parasetamol. Perbedaan yang bermakna menunjukkan bahwa ketiga kelompok ini memiliki potensi yang lebih tinggi atau bisa dikatakan lebih poten bila dibandingkan dengan parasetamol. Kelompok makuto dewo murni memiliki persen proteksi nyeri sebesar 57,14 berbeda bermakna hanya dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4. perbedaan yang terjadi karena aquades tidak memiliki proteksi terhadap rangsang nyeri dan karena pada kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 geliat yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding kelompok makuto dewo murni sehingga perbedaan yang dihasilkan bermakna secara statistik. Perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok kontrol positif menunjukkan bahwa makuto dewo murni sama potennya dengan parasetamol. Kelompok Virgin Coconut Oil murni memiliki persen proteksi nyeri sebesar 58,05, hampir sama dengan persen proteksi nyeri dari kelompok makuto dewo murni. Secara statistik, persen proteksi nyeri kelompok Virgin Coconut Oil murni memiliki perbedaan dengan semua kelompok perlakuan lainnya. Perbedaan tidak bermakna terjadi pada kelompok kontrol positif, kelompok makuto dewo murni, kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ¼ 61,90, kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ½ 56,24, kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 1 63,03, dan kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 2 60,32 . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kelompok-kelompok ini daya analgesik yang dihasilkan sama dengan Virgin Coconut Oil murni. Perbedaan bermakna terjadi dengan kelompok kontrol negatif 0 dan kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 68,71. Perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif terjadi karena aquades memang tidak memiliki kemampuan menghambat nyeri atau tidak memiliki daya analgesik, sedang pada campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 daya analgesik yang dihasilkan sangat tinggi bila dibandingkan daya analgesik Virgin Coconut Oil murni. Perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok kontrol positif menunjukan bahwa Virgin Coconut Oil murni sama potennya dengan parasetamol. Dari semua kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil dengan berbagai perbandingan, seluruhnya memiliki daya hambat nyeri yang lebih tinggi dibandingkan dengan air perasan daging buah makuto dewo murni, kecuali perbandingan 1 : ½. Akan tetapi perbedaaanya tidak bermakna secara statistik kecuali kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan Virgin Coconut Oil pada air perasan daging buah makuto dewo tidak menambah kemampuan atau potensi dari daya analgesik dari air perasan daging buah makuto dewo murni, ditunjukkan dengan persen proteksi nyeri yang berbeda namun tidak bermakna. Penambahan Virgin Coconut Oil menjadi tidak efektif kecuali pada kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 yang memiliki proteksi terhadap nyeri yang jauh lebih besar dari air perasan daging buah makuto dewo murni. Pada penambahan 4 bagian Virgin Coconut Oil murni pada 1 bagian makuto dewo murni, penghambatan nyeri yang dihasilkan akan jauh lebih besar dibandingkan dengan pemberian perasan daging buah makuto dewo murni saja. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pada kelompok ini proteksi terhadap nyeri mencapai titik optimum dan penambahan Virgin Coconut Oil menjadi efektif dalam meningkatkan daya analgesik air perasan daging buah makutodewo. Daya analgesik air perasan daging buah makuto dewo diduga karena adanya kandungan dari buah makuto dewo yang berupa senyawa flavonoid. Menurut Robinson, flavonoid merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat metabolisme asam arakhidonat yang poten. Flavonoid bisa menghambat sintesis prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin yang merupakan mediator nyeri. Dengan dihambatnya mediator-mediator nyeri ini maka rasa nyeri dapat berkurang. Virgin Coconut Oil memiliki kadar asam lemak tidak jenuh ganda omega-3 eicosa-penta-einoic acid EPA dan docasa-hexaenoic acid DHA yang dapat menurunkan very low density lipoprotein VLDL dan viskositas darah, serta menghambat pembentukan tromboksan. Dengan dihambatnya tromboksan sebagai mediator nyeri maka rasa nyeri dapat berkurang. Jika keduanya digabungkan dengan kombinasi yang tapat maka akan menghasilkan daya analgesik yang lebih baik. Dari hasil percobaan terlihat bahwa kombinasi dari makuto dewo dengan Virgin Coconut Oil yang optimal menghasilkan daya analgesik yang kuat adalah kombinasi 1 : 4 sebesar 68,71. Pemberian Virgin Coconut Oil murni harus tepat, jika penambahannya kurang tepat ada kemungkinan bisa menurunkan daya analgesik makuto dewo murni itu sendiri atau penambahannya menjadi tidak efektif Daya analgesik optimal yang dimiliki oleh kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 dikarenakan senyawa senyawa yang terkandung di dalam makuto dewo dan Virgin Coconut Oil dapat bekerja secara sinergis atau bekerja bersama-sama dalam menghambat mediator nyeri yang dilepaskan oleh zat penginduksi, dalam hal ini asam asetat sebagai perangsang nyeri. Makuto dewo yang digunakan dalam percobaan ini memiliki dosis sebesar 33,33 mlkgBB. Didapat dari perhitungan sebagai berikut. D x BB = C x V D = g 30 ml 1 100x = 33,33 mlkgBB Dosis ini berlaku pada volume pemberian maksimal pada mencit dengan berat 30 g, yaitu sebanyak 1 ml. karena makuto dewo berupa perasan murni, maka konsentrasinya dianggap 100 atau 1gml. Pada kelompok makuto dewo murni, volume makuto dewo murni yang diberikan lebih besar daripada kelompok campuran 1: 4 tetapi daya analgesik yang dihasilkan sebesar 57,14 jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan daya analgesik kelompok kombinasi makuto dewo - VCO 1: 4 yaitu sebesar 68,71. Jika volume maksimal makuto dewo murni yang diberikan pada mencit dengan bobot 30 g adalah 1 ml, maka pada kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 makuto dewo yang diberikan hanya sebanyak 0,2 ml dan VCO 0,8 ml. Dilihat dari jumlah makuto dewo murni yang diberikan terlihat selisih yang sangat jauh dari pemberian pada kelompok makuto dewo murni, namun daya analgesik yang dihasilkan justru lebih besar pada kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jumlah makuto dewonya hanya 0,2 ml jika volume pemberian 1 ml. Hal ini menunjukkan bahwa peran VCO sangat besar dalam meningkatkan daya analgesik dari makuto dewo. Jika dilihat dari daya analgesik yang dihasilkan antara makuto dewo murni 57,14 dan VCO murni 58,05 tidak memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik. Diduga aktivitas senyawa penyusun dari kedua kelompok ini berada pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga aktivitas yang dihasilkan bersifat sinergistik. Selain itu diduga VCO berperan membantu menyempurnakan proses absorpsi tubuh atas perasan makuto dewo murni sehingga efek yang dihasilkan dari makuto dewo lebih optimal. Absorpsi suatu obat pada saluran cerna dipengaruhi oleh beberapa hal seperti bentuk sediaan, anatomi dan fisiologi tempat absorpsi. Selain faktor-faktor tersebut, proses absorpsi juga dipengaruhi waktun pengosongan lambung, pergerakan saluran gastrointestinal serta jumlah aliran darah yang berada pada tempat absorpsi. Ditinjau dari bentuk sediaannya, makuto dewo murni memiliki konsistensi yang lebih kental bila dibandingkan campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4. Campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 yang konsistensinya lebih encer akan lebih mudah untuk diabsorpsi oleh saluran gastrointestinal terkait dengan waktu pengosongan lambung. Dengan semakin mudahnya suatu zat untuk diabsorpsi, maka zat tersebut akan semakin cepat untuk memberikan efek secara farmakologis. Dalam percobaan ini kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 yang lebih encer juga akan lebih cepat memberi efek farmakologis. Manifestasinya adalah dalam jangka waktu pemberian yang sama maka kelompok campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perbandingan 1 : 4 yang lebih encer akan memberi daya analgesik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok makuto dewo murni. Kecepatan absorpsi juga akan mempengaruhi lama tinggal suatu senyawa dalam saluran gastrointestinal dan menyebabkan kemungkinan kontak dengan enzim enzim pencernaan. Diduga interaksi dengan enzim enzim pencernaan ini bersifat merugikan dan akan mempengaruhi kekuatan makuto dewo sehingga setelah diabsorpsi daya analgesik yang dihasilkan semakin kecil. Makuto dewo yang berifat basa saat berada pada saluran lambung dan terkena kontak dengan asam lambung dan akan menjadi rusak karena perubahan pH yang besar. Sehingga walaupun jumlah makuto yang diberikan jumlahnya lebih banyak, daya analgesik yang dihasilkan pun juga tetap lebih kecil bila dibandingkan campuran makuto dewo - Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4. . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Perbandingan Hasil

-40 -20 20 40 60 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kelom pok perlakuan p er se n d aya h am b at anti inflam asi analgesik Gambar 5 Diagram batang perbandingan persen proteksi nyeri dengan daya anti inflamasi pada masing-masing kelompok. Keterangan : 1 : kelompok kontrol negatif 2 : kelompok kontrol positif 3 : kelompok makuto dewo murni 4 : kelompok Virgin Coconut Oil murni 5 : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ¼ 6 : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : ½ 7 : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 1 8 : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 2 9 : kelompok campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil perbandingan 1 : 4 Sumber : Rosiana, 2007 Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan persen proteksi campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil pada semua kelompok perlakuan pada kajian terhadap daya analgesik dan daya anti inflamasi. Untuk kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquades terlihat bahwa aquades tidak memiliki daya analgesik 0 namun memiliki sedikit kemampuan untuk menghambat inflamasi dengan persen proteksi sebesar 4,03 Pada kelompok kontrol positif, dengan pemberian parasetamol dosis 91 mgkgBB pada uji analgesik dan pemberian diklofenak pada uji anti inflamasi terlihat persen penghambatannya yang hampir sama namun karena perbedaan zat uji maka pada kelompok kontrol positif tidak bisa diperbandingkan secara lebih lanjut. Pada kelompok makuto dewo murni terjadi perbedaan yang sangat besar antara persen proteksi nyeri dengan daya anti inflamasi. Dengan pemberian makuto dewo murni, rangsang nyeri yang dihambat sebesar 57,14 namun dengan pemberian makuto dewo murni itu juga pembengkakan pada kaki hewan uji semakin besar. Dari hasil percobaan yang dilakukan Rosiana 2007 daya anti inflamasi yang didapat sebesar -32.16. Angka negatif ini menunjukkan bahwa makuto dewo justru menjadi penyebab bertambahnya reaksi inflamasi pada kaki hewan uji. Pada kelompok Virgin Coconut Oil murni, persen proteksi nyeri yang dihasilkan sebesar 58,05 dan daya anti inflamasinya sebesar 35,00. Pada kelompok perlakuan, besar persen penghambatan peradangan meningkat seiiring meningkatnya jumlah Virgin Coconut Oil yang ditambahkan ke dalam air perasan daging buah makuto dewo. Daya anti inflamasi campuran makuto dewo- Virgin Coconut Oil yang paling optimal menurut Rosiana 2007, adalah pada perbandingan 1 : 4 karena pada perbandingan ini, penghambatan terhadap reaksi peradangan paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan yang lain. Penambahan 4 bagian Virgin Coconut Oil pada perasan daging buah makuto dewo dinilai sangat efektif dalam meningkatkan daya anti inflamasi dari air perasan daging buah makuto dewo murni, terlihat dari persen penghambatan peradangan air perasan daging buah makuto dewo murni yang negatif -32.16. menjadi sebesar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42,77. Persen penghambatan peradangan sebesar 42,77 adalah yang paling optimal diantara kelompok perbandingan yang lain. Perasan daging buah makuto dewo, VCO, dan kombinasi keduanya juga memiliki daya hepatoprotektif Kurniawan, 2007. Perbandingan hasil uji daya anti- inflamasi, proteksi nyeri, dan daya hepatoprotektif dapat dilihat pada tabel XIV dan grafiknya dapat dilihat pada gambar 7. Tabel XIV. Hasil uji daya anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan daya hepatoprotektif pada kelompok perlakuan Kelompok Daya anti- inflamasi Proteksi nyeri Daya hepatoprotektif I -32.16 57,14 46,36 II 35,00 58,05 85,53 III 18,55 61,90 50,29 IV 24,34 56,24 38,17 V 25,70 63,03 36,29 VI 26,09 60,32 45,41 VII 42,77 68,71 96,63 Keterangan: 1 = kelompok kontrol makuto dewo 2 = kelompok kontrol VCO 3 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1: 1 4 4 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1: 1 2 5 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:1 6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:2 7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 Sumber Rosiana 2007 dan Kurniawan 2007 -40 -20 20 40 60 80 100 daya 1 2 3 4 5 6 7 kelompok perlakuan daya anti-inflamasi proteksi nyeri daya hepatoprotektif Gambar 6. Grafik perbandingan hasil uji daya anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan daya hepatoprotektif pada kelompok perlakuan Keterangan: 1 = kelompok kontrol makuto dewo 2 = kelompok kontrol VCO 3 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1: 1 4 4 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1: 1 2 5 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:1 6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:2 7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 Sumber : Rosiana 2007 dan Kurniawan 2007 Pada gambar 6, terlihat pola yang berbeda antara daya anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan daya hepatoprotektif. Perasan daging buah makuto dewo murni memiliki daya analgesik dan daya hepatoprotektif yang cukup tinggi, namun tidak memiliki daya anti-inflamasi. VCO murni memiliki daya anti-inflamasi, daya analgesik, dan daya hepatoprotektif yang cukup tinggi, bahkan lebih tinggi daripada perasan daging buah makuto dewo murni itu sendiri. Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 paling baik