Analgetika non narkotika Analgetika

arachidonic acid kemudian dilepaskan dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu, dan berbagai ercosanoid disintesis. Pada jalur cyclooxygenase COX dari metabolisme arakhidonat menghasilkan prostaglandin-prostaglandin, yang mempunyai berbagai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi. Penemuan isoform-isoform COX COX-1 dan COX-2. Isoform COX-1 yang konstitutif cenderung menjadi homeostatis dalam fungsinya, sedangkan COX-2 diinduksi selama inflamasi dan digunakan untuk memfasilitasi respons inflamasi Katzung, 2002. Menurut Tjay dan Rahardja 2002 analgesik atau obat penghalang nyeri adalah zat zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Berdasarkan proses terjadinya, rangsang nyeri dapat dilawan dengan berbagai cara seperti mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis prostaglandin menggunakan analgsik yang bekerja perifer, merintangi penyaluran rangsangan dari saraf saraf sensorik, blokade pusat nyeri sistem saraf pusat dengan analgesik sentral serta mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan menggunakan anastetik lokal. Sebagai analgesik sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik Wilmana, 1995. Gambaran umum dari nefropati analgesik meliputi gagal ginjal kronis, hipertensi, anemia. Kebanyakan penderita mengalami nefropati karena memakai kombinasi fenasetin, aspirin, asetaminofen dalam waktu lama dan berlebihan Robbins dan Kumar, 1995. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Prostaglandin

Salah satu mediator nyeri adalah prostaglandin PG, yang merupakan golongan zat serupa hormon yang mempengaruhi tekanan darah, peradangan jaringan dan rasa sakit, serta menaikan suhu tubuh. Struktur indeknya adalah asam prostanoat tak jenuh, turunan asam lemak Pine, Hendrickson, Cram dan Hammond, 1998. Prostaglandin bertanggung jawab terhadap jalannya berbagai respon fisiologi, beberapa diantaranya adalah inflamasi, tekanan darah, demam dan nyeri. Semua PG memiliki kerangka karbon dengan 20 C, 5 cincin dengan C 7 memiliki substituen asam karboksilat dan C 8 memiliki substituen hidrokarbon. Prostaglandin disintesis dari asam arakhidonat, 20 C asam lemak dengan 4 cis ikatan rangkap. Asam arakhidonat kembali disintesis dari asam linoleat Bruice, 1998. Langkah awal biosintesis PG adalah pelepasan enzim fosfolipase A 2 . Interleukin I yang dihasilkan oleh leukosit dapat meningkatkan aktivitas enzim ini dan memerantarai peradangan. Enzim fosfolipase A 2 akan membebaskan asam arakhidonat dari penyimpanan fosfolipid. Asam arakhidonat yang bebas dapat dimetabolisme oleh kompleks enzim COX menjadi endoperoksida PG yang tidak stabil. Endoperoksida dikonversi menjadi PGI 2 , TXA 2 atau PG utama seperti PGE 2 atau PGF 2 α. Jalur alternatif dari metabilisme arakhidonat adalah oksidasi oleh enzim lipooksigenase Colegate dan Molyneux, 1993. Tempat sintesis PG adalah membran sel di fosfolipid. Asam linoleat yang menghasilkan asam arakhidonat untuk pembentukan PG tidak dihasilkan oleh tubuh, biosintesisnya adalah melalui oksidasi asam lemak prazatnya dengan enzim oksigenase, melibatkan zat radikal bebas Pine et al, 1998.

F. Radikal bebas dan Antioksidan

Radikal bebas dibentuk oleh suatu ion radikal yang kehilangan satu elektron. Radikal dapat terbentuk melalui proses homolytic fission yang terjadi karena putusnya ikatan kovalen sehingga masing masing ataom memiliki elektron tunggal Gutteridge dan Halliwell, 1999. Ciri umumnya adalah kereaktivan kimianya sangat besar karena ada kecenderungan elektron untuk berpasangan. Jumlah radikal bebas berlebihan dalam tubuh bisa mengakibatkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri Pine et al, 1998. Radikal bebas turunan oksigen yang dihasilkan terdiri dari H 2 O 2, superoksida O 2 • ¯, dan radikal hidroksil OH . Radikal oksigen ini menyebabkan kerusakan sel endotel yang akhirnya meningkatkan permeabilitas vaskuler. Anion superoksida dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif seperti hidrogen peroksida H 2 O 2 , serta radikal hidroksil OH Robbins and Kumar, 1995. Radikal bebas terpenting yang terdapat dalam tubuh adalah radikal derivat oksigen atau sering disebut sebagai Reactive Oxygen Species ROS. Radikal-radikal tersebut berada dalam bentuk triplet 3 O 2 , singlet 1 O 2 , superoksida O 2 ˙¯, radikal hidroksida OH˙, nitrit oksida NO˙, dll Kurnani, 2001. Reaksi radikal yang tidak diinginkan dapat dicegah oleh suatu inhibitor radikal, yakni komponen yang menghancurkan radikal reaktif. Contoh dari inhibitor radikal adalah hidrokuinon. Jika radikal reaktif dibentuk, hidrokuinon dapat menangkapnya. Radikal semikuinon yang terbentuk terstabilkan oleh resonansi dan menjadi tidak reaktif dibandingkan radikal lain. Contoh lain inhibitor radikal yang hadir dalam sistem biologi adalah vitamin C dan E Bruice. 1998. Bila produksi radikal bebas terus meningkat sistem pertahanan antioksidan tubuh tidak akan efektif lagi bekerja sebagai pelindung terhadap serangan radikal bebas. Dalam keadaan ini akan terjadi apa yang disebut dengan stress oksidatif atau kerusakan oksidatif. Untuk mencegah terjadinya stress oksidatif ini, antioksidan dari luar antioksidan eksogen sangat diperlukan Subarnas, 2001. Sistem antioksidan endogen diperkuat oleh sistem antioksidan eksogen yang diperoleh dari makanan Setiati, 2003. Antioksidan eksogen bekerja dengan cara menangkap radikal dan mencegah reaksi berantai, misalnya retinol, β-karoten, vitamin C, α-tokoferol vitamin E, serta albumin. Antioksidan eksogen bekerja melalui 3 macam mekanisme, yakni pemotongan rantai propagasi dari radikal bebas, melalui mekanisme khelasi terhadap metal transisi sehingga efek prooksidan dari metal dapat dihambat, serta memadamkan pengaruh singlet oksigen Setiati, 2003.

G. Parasetamol

Parasetamol yang juga disebut sebagai asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih dari 101,0 C 8 H 9 NO 2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian berupa serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau dan rasa sedikit pahit. Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan juga mudah larut dalam etanol Anonim, 1995. Asetaminofen berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, myalgia, nyeri pasca persalinan, dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Parasetamol lebih disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilamana salisilat tidak bisa ditoleransi Furst dan Munter, 2001. Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin yang mengurangi sensasi nyeri. Obat ini efektif untuk menghilangkan nyeri ringan, nyeri sedang, dan sakit kepala. Mula kerjanya cepat dan lama kerjanya 5 jam atau kurang Kee dan hayes, 1996. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam-basa Santoso dan Dewoto, 1995.

H. Antaraksi Obat

Antaraksi obat adalah suatu peristiwa dimana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan secara bersamaan Suryawati, 1995. Dalam berbagai faktor yang mempengaruhi respons tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, dan atau dengan obat lain. Antaraksi obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan Setiawati, 1995. 1. Antaraksi farmakokinetik Antaraksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya akan terjadi peningkatan toksisitas atau malah menurunkan efektivitas obat tersebut Setiawati, 1995. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI