Makuto dewo PENELAAHAN PUSTAKA

untuk proteksi pada mukosa saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat Evan, 1989. Kerangka dasar flavonoid dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar 1. C C C O A B 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 1a 1b Gambar 1. Kerangka flavonoid 1a dan sistem penomoran turunan flavonoid 1b Robinson, 1995 Efek flavonoid terhadap organisme banyak macamnya, sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan Robinson, 1995. Diantara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai scavenger superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid. Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid ditentukan oleh gugus tertentu dalam struktur flavonoid tersebut. Karakteristik struktur flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya 1 gugus katekol O-dihidroksi pada cincin B yang mempunyai sifat sebagai donor proton, 2 gugus pirogalol trihidroksi pada cincin B, 3 gugus 4- oxo pada cincin heterosiklik, serta 5 gugus 5-OH dan 7-OH yang potensial pada keadaan tertentu Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004. Ketika senyawa- senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. a. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah Harborne, 1984. Saponin merupakan surfaktan alami, atau detergent yang banyak ditemukan pada beberapa jenis tanaman. Ekstrak dari tanaman ini biasa digunakan sebagai foaming agent pada banyak minuman. Sifat biokimianya juga memiliki aplikasi komersial di bidang industri dan banyak digunakan pada beberapa produk kosmetik dan shampo. Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai etanol atau metanol panas 70-95 Robinson, 1995. b. Tanin Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin dapat tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan kayu Harborne, 1984. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan bengkak edema, radang, dan sekresi pada gastrointestinal dan pada abrasi kulit Harborne, 1984. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Kegunaan makuto dewo Pengobatan dengan ramuan makuto dewo diyakini dan telah terbukti secara turun-temurun dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti kanker, tumor, diabetes mellitus, hepatitis, jantung, rematik, asam urat tinggi, penyakit kulit, dan gangguan ginjal Winarto, 2005. Tanaman makuto dewo dapat menyembuhkan penyakit seperti sakit lever, kanker, sakit jantung, kencing manis, asam urat, reumatik, sakit ginjal, tekanan darah tinggi, lemah syahwat. Dan ketagihan narkoba. Dapat digunakan untuk obat luar seperti eksim, jerawat dan luka gigitan serangga. Pengolahannya dengan cara direbus atau diperas. Makuto dewo banyak digunakan untuk mengobati penyakit liver, ginjal, kanker, jantung, diabetes, darah tinggi, rematik, asam urat, penambah stamina, penyakit kulit, alergi, penurun kolesterol dan ketergantungan narkoba. Buah yang dikeringkan dikonsumsi sebagai obat ginjal dan kanker. Daun dan kulit buah segar ataupun yang telah dikeringkan berkhasiat mengobati penyakit desentri, eksim, kulit, dan anti tumor Jamaluddin, 2001. Selain itu makuto dewo juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit insomnia Anonim, 2004. Khasiat dari tanaman makuto dewo yang telah diteliti adalah : a. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumastuti 2001a menyebutkan bahwa ekstrak daun dan buah tua maupun buah muda makuto dewo menyebabkan penurunan kontraksi histamin murni. b. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumastuti 2001b menyebutkan bahwa ekstrak daun dan buah makuto dewo mempunyai efek memacu kontraksi otot polos uterus serupa dengan oksitosin dan sintosinon. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Penelitian yang telah dilakukan Saragih 2001 menyebutkan bahwa rebusan daging buah makuto dewo dapat untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus Diabetes Mellitus Tergantung Insulin DMTI dengan kekuatan rendah dibandingkan insulin. Dosis efektifnya sebesar 27,64 dan 35,28 gkgBB serta memberikan efek hipoglikemik pada menit ke-30 dan berakhir pada menit ke-180. d. Penelitian yang telah dilakukan Bestari 2001 menyebutkan bahwa perasan daging buah makuto dewo dapat untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin DMTTI dengan kemampuan yang hampir sama dengan tolbutamid. Dosis efektifnya sebesar 52,63; 5,263; dan 0,5263 gkgBB. e. Penelitian yang telah dilakukan oleh Renety 2001 menyebutkan bahwa potensi ketoksikan akut LD 50 rebusan daging buah makuto dewo pada mencit galur Swiss adalah semu yaitu 44,226 gkgBB relatif tidak berbahaya. f. Penelitian yang dilakukan oleh Sisilia 2001 menyebutkan bahwa air perasan daging buah makuto dewo dapat memberikan efek hepatoprotektif pada mencit yang terinduksi parasetamol. Dosis efektif tengah ED 50 yang didapat sebesar 0,67 gkgBB. Disebutkan pula bahwa kemungkinan besar dari keempat kandungan buah makuto dewo yang berperan sebagai hepatoprotektif adalah flavonoida. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Virgin Coconut Oil

Minyak kelapa murni VCO merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa Cocos nucifera famili Arecaceae Palmae. 1. Kandungan kimia Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh 90 dan minyak tak jenuh 10. Tingginya kandungan asam lemak jenuh menjadikan minyak kelapa sebagai sumber saturated fat. Asam lemak pada minyak kelapa banyak mengandung medium chain fatty acid MCFA yang berfungsi memperbaiki asam lemak tubuh secara sinergis dengan asam lemak esensial. Dengan mengonsumsi MCFA, bisa meningkatkan efisiensi asam lemak esensial sebesar 100. Kandungan MCFA juga sama seperti air susu ibu ASI, yaitu memberi gizi dan melindungi tubuh dari penyakit menular dan penyakit degeneratif. Selain itu, MCFA juga bermanfaat dalam mengubah protein menjadi sumber energi Sutarmi dan Rozaline, 2005. Minyak kelapa mengandung fosfatida, gums, sterol, dan tokoferol. Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat memperpanjang periode terjadinya proses oksidasi sampai timbulnya bau tengik. Tokoferol juga mengandung komponen aktif biologis yang secara umum diterima sebagai aktivitas vitamin E dalam menjaga kekebalan tubuh manusia Sutarmi dan Rozaline, 2005. 2. Kegunaan Menurut guru besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Walujo S. Soejobroto, minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50 asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7 asam kapriat. Kedua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba antivirus, antibakteri, dan antijamur sehingga dapat meningkatkan imun tubuh kekebalan tubuh dan mudah diubah menjadi energi. Dalam tubuh, asam laurat menjadi monolaurin, sedangkan asam kapriat menjadi monokaprin. Selain itu, ternyata hasil pecahan lemak jenuh rantai sedang jarang disimpan sebagai lemak dan jarang menumpuk di pembuluh darah. Minyak kelapa memiliki kadar asam lemak tidak jenuh ganda omega-3 eicosa-penta-einoic acid EPA dan docasa-hexaenoic acid DHA yang dapat menurunkan very low density lipoprotein VLDL dan viskositas darah, menghambat tromboksan, serta mencegah penyumbatan pembuluh darah. Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kaprat, kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam minyak kelapa murni dapat berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi makanan menjadi energi. Fungsi lain dari zat ini, antara lain sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa Sutarmi dan Rozaline, 2005.

C. Nyeri

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering diderita. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien sering merasakannya sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan bahkan menyiksa sehingga mereka berusaha untuk menghilangkannya Mutschler, 1995. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu nilai ambang nyeri dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang sering disebut senyawa nyeri Mutschler, 1995. Nyeri seringkali disertai reaksi otonomik. Biasanya ini mengawali aktivitas dari sistem saraf simpatik dan pelepasan katekolamin. Reaksi otonomik ini seringkali terlihat pada nyeri viseral Anonim, 2001. Nociceptor atau reseptor nyeri terhubung dengan akson saraf yang mengirim informasi nyeri ke spinal cord. Informasi elektrik bekerja secara otonom dan refleks nociceptif mengirim transmit sinyal nyeri ke otak. Secara fungsional, reseptor nyeri bekerja melalui empat tahap; transduksi, abstraksi, modulasi dan plastikasi Anonim, 2001. Karakteristik yang paling penting dari reseptor nociceptive somatoviseral adalah bagaimana mereka merespon hanya pada stimulus yang merusak jaringan. Rangsang mekanik, termal dan kimiawi yang tidak sampai merusak jaringan, tidak akan mengaktivasi reseptor nyeri Anonim, 2001. Nyeri secara kualitatif dapat dibagi menurut tempat terjadinya, yaitu nyeri somatik dan nyeri viseral atau yang juga dikenal sebagai nyeri dalaman. Nyeri somatik ini lalu dibagi lagi ke dalam dua golongan yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam. Apabila rasa nyeri berasal dari kulit maka disebut nyeri permukaan. Sebaliknya nyeri yang berasal dari otot, persendian, tulang dan jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri dalam juga dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan sering menyebar ke daerah sekitarnya Mutschler, 1995. Nyeri dalaman viseral atau nyeri perut terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang, dan penyakit yang disertai radang Mutschler, 1995. Rangsang nyeri diterima oleh reseptor khusus yang disebut dengan reseptor nyeri. Reseptor nyeri berupa saraf khusus dengan ujungnya yang bebas sehingga dapat menerima rangsang sensasi lain. Secara fungsional, reseptor nyeri dibedakan menjadi dua jenis reseptor yang dapat menyusun dua sistem serabut yang berbeda yaitu. a. Mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A- delta bermielin b. Termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tidak bermielin Mutschler, 1995. Serabut A-delta merupakan saraf unimodal dan memiliki myelin pada aferen. Kecepatan penghantaran listriknya 2-30 ms. Reseptor ini merespon rangsang mekanik dan termal serta memproduksi nyeri yang terlokalisasi Anonim, 2001. Serabut C merupakan saraf polimodal yang tidak bermyelin sehingga daya hantar listriknya lebih lambat menjadi sekitar 0,5-2 ms. Luas area wilayah pada permukaan kulit sekitar 1 mm 2 . reseptor ini merespon stimulus mekanik, termal dan secara khusus kimiawi. Efek yang dirasakan terasa lama dan rasa nyeri yang membakar Anonim, 2001. Rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri adalah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Di sini senyawa tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri mediator nyeri, yang dapat menyebabkan perangsangan reseptor nyeri. Mediator nyeri kini juga disebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI