Ho = 0, berarti tidak ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
terhadap Belanja Daerah secara parsial. Ho 0, berarti ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sahterhadap belanja daerah secara parsial.
Kriteria penilaian: 1
Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penerimaan Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sahterhadap Belanja Daerah secara parsial.
2 Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dariPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sahterhadap Belanja Daerah secara parsial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH
KOTA BALIKPAPAN
A. Sejarah Kota Balikpapan
Nama Balikpapan tidak diketahui asal dan makna yang jelas, menilik susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal kata bahasa Melayu.
Disebutkan suatu daerah di hulu sungai di sebuah Teluk sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama “Bilipapan”. Terlepas dari persoalan ucapan maupun
pendengaran, nama tersebut dikaitkan dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan. Menurut cerita,
nama Balikpapan berasal dari sebuah peristiwa mengenai adanya sepuluh keping papan yang kembali ke sebuah wilayah bernama Jenebora. Dari 1000
keping papan yang diminta oleh Sultan Muhammad Idris, Sultan Kutai pada masa itu, sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan istana baru
di Kutai Lama. Kesepuluh papan yang kembali, dianggap masyarakat sekitar sebagai papan yang tidak mau ikut disumbangkan, maka orang Kutai
menyebutnya dengan Baliklah-papan Tu. Sehingga wilayah sepanjang teluk tepatnya di wilayah Jenebora disebut Balikpapan.
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana
pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI