Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan
207
Artinya, antara kedua pihak memahami maksudnya. Hal ini disebabkan adanya konteks yang melatarbelakangi pembicaraan mereka. Wacana di
atas menunjukkan adanya keutuhan makna.
Selain jenis wacana lisan dan tertulis juga dikenal ada wacana jurnalistik, wacana sastra, wacana ilmiah, dan lain-lain.
a. Wacana Jurnalistik
Wacana yang digunakan untuk memaparkan berita persuratkabaran, termasuk di dalamnya majalah, buletin, selebaran, maklumat, dan
sebagainya disebut wacana jurnalistik. Di dalam wacana jurnalistik dapat ditemukan beberapa ciri, antara lain:
1
penuturannya singkat; 2
bentuknya sederhana, sehingga kadang-kadang keluar dari kaidah kebahasaan;
3 isinya padat;
4 menggunakan kata-kata umum yang dikenal masyarakat; dan
5 karena mengejar kepadatan dan keringkasan, sering terdapat kalimat
yang sambung-menyambung, bahkan berjalin-jalin meskipun umumnya masih tetap mudah dipahami.
b. Wacana Sastra
Wacana yang dipakai untuk menyampaikan emosi perasaan dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, pengalaman batin, khayalan,
dan peristiwa dengan bentuk bahasa yang khas disebut wacana sastra. Berdasarkan fungsi dan tujuannya, wacana sastra memiliki beberapa ciri,
antara lain: 1
cara penuturannya istimewa, untuk menciptakan efek bagi pembaca atau pendengar;
2 menggunakan kata-kata yang khusus dipakai dalam ragam sastra;
3 mengandung banyak unsur subjektif;
4 lebih mementingkan unsur perasaan emosi daripada pikiran rasio,
sehingga ada kesan emotif; 5
menggerakkan emosi, bertujuan untuk memengaruhi jiwa pembaca; dan
6 dimungkinkan berpenafsiran ganda polyinterpretable, terutama
dalam karya sastra berbentuk puisi.
c. Wacana Ilmiah
Wacana yang digunakan untuk keperluan atau pembicaraan ilmiah dan keahlian yang semata-mata ditujukan kepada lingkungan ahli dan
Di unduh dari : Bukupaket.com
208
Bahasa Indonesia XII Program Bahasa
peminat bidang ilmiah kaum intelektual, cendekiawan, atau ilmuwan disebut wacana ilmiah. Wacana ilmiah juga memiliki beberapa ciri, antara
lain: 1
penuturan cermat, lugas, tepat, dan tidak berbelit-belit; 2
menggunakan kalimat efektif; 3
menggunakan bahasa standar atau baku; 4
menggunakan kata, ungkapan, dan cara-cara penuturan yang khusus, serta istilah khusus dalam bidang ilmiah; dan
5 bahasa yang digunakan terkesan merupakan bahasa yang berat,
terutama yang dipakai untuk menyampaikan pengetahuan murni yang banyak mengandung pengertian abstrak.
L atihan
8.5
Tentukan jenis wacana berikut ini Terangkan alasannya mengapa kalian menentukan wacana ke dalam jenis itu
1. Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu i wacana monolog monologue discourse, ii wacana dialog dialogue discourse, dan iii wacana
polilog polylogue discourse. Wacana monolog adalah wacana yang pemroduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana
dialog adalah wacana yang pemroduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar.
Wacana polilog adalah wacana yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur atau lebih.
Sumber: I. Praptomo Baryadi. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana
dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Gondhosuli, hal. 11.
2. Susah Payah Antre untuk Dapatkan Penyembuhan
Tidak seperti biasanya, gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia IPHI Solo di daerah Baron tampak ramai. Ratusan
kendaraan roda dua dan puluhan mobil tampak terparkir di halaman gedung IPHI, Sabtu 1023. Mereka tidak melakukan
manasik haji atau untuk mendengarkan pengajian, tetapi ratusan pengunjung itu ingin mendapatkan pengobatan gratis
yang dilakukan oleh pakar Reiki Ling Chi, Ricky Suharlim.
Sumber: Solopos, Minggu Wage, 24 Oktober 2004
Di unduh dari : Bukupaket.com
Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan
209
L atihan
8.6
3. ….
Tuhanku Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Sumber: Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi untuk Pelajar
dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia, hal. 10.
4. ….
Aku terdiam. Pandanganku beralih ke sosok yang ada di sampingnya. Nafasku terasa sesak ketika kumelihat Sari yang
dengan mesra menggandeng tangan Dhani, kekasihku. Dia tersenyum sinis padaku. Aku tak percaya dengan apa yang
kuterima saat ini. Kenyataan apa yang berlaku pada hidupku malam ini?
….
Sumber: Ginanjar Pontia Setiawati. MOP No. 272,
tahun XXIII, April 2005, hal.47.
2. Mengorganisasikan Wacana