Menemukan Gagasan Pokok Membaca Cepat Sebuah Teks

198 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

C. Membaca Cepat Sebuah Teks

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. membaca cepat 300-350 kata per menit, 2. menyebutkan ide pokok suatu teks, 3. menjawab secara benar 75 dari seluruh pertanyaan. Kalian harus menyadari bahwa bahan bacaan yang perlu kalian baca dari hari ke hari semakin banyak. Coba bayangkan bagaimana mungkin kalian bisa menyelesaikan bahan bacaan yang banyak itu jika tidak memiliki kemampuan membaca. Untuk itu, sekali lagi perlu disadari bahwa menjadi pembaca yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan bagi kalian. Itu artinya kalian perlu memiliki kemampuan membaca cepat. Kapan kemampuan membaca cepat itu perlu dimiliki? Kapan lagi kalau bukan mulai sekarang Jadikan kemampuan membaca cepat sebagai kebutuhan yang mendesak sehingga perlu segera dikuasai

1. Menemukan Gagasan Pokok

Kemampuan membaca cepat idealnya diikuti dengan kemampuan menemukan gagasan pokok wacana. Bacalah bacaan dengan panjang 1060 kata berikut ini dengan cepat dan temukan gagasan-gagasan pokoknya Hitunglah beberapa menit dan detik waktu yang kalian habiskan untuk membaca. Y.B. Mangunwijaya Bapak dari Anak-anak Terbuang Karya: Fred Wibowo Romo Mangun adalah seorang yang mengalami perjuangan di masa revolusi bersenjata. Ini baru saya ketahui ketika membaca wawancara- wawancara beliau dan novel-novelnya. Sebetulnya saya tidak terlalu sering bertemu dengan Romo Mangun, tetapi setiap kali bertemu tetap saja saya melihat sesuatu yang pada hemat saya merupakan api yang masih berkobar dari perjuangannya pada masa revolusi fisik dahulu, yaitu semangatnya. Dalam setiap kali pembicaraan, saya selalu merasakan getar semangat beliau yang masih berkobar-kobar. Getar itu setiap kali membakar semangat saya, meskipun Romo Mangun bukan seorang Di unduh dari : Bukupaket.com Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 199 agitator. Ia selalu bicara dengan lemah-lembut, tetapi di dalam kelembutannya terkandung suatu kekuatan dan semangat perjuangan yang rasanya tidak pernah habis dari sumbernya. Kemudian, saya insaf bahwa Romo Mangun adalah seorang pejuang tulen dan seorang nasionalis sejati. Romo Mangun adalah seorang pencinta bangsanya. Ini sangat saya rasakan ketika kami berbicara mengenai situasi sosial politik dan kebudayaan negeri ini. Hanya saja perhatian beliau sangat khusus terutama pada generasi mudanya, khususnya anak-anak. Menurut Romo Mangun, anak-anak inilah yang akan menentukan masa depan negeri kita. Kalau sampai kita salah mengasuh anak-anak, akan rapuhlah negara dan bangsa kita. Oleh sebab itu, Romo Mangun sangat memerhatikan pendidikan anak-anak, dan sangat mencintai anak-anak. Di beberapa tempat berkarya seperti di lembah Kali Code, di pantai Grigak Panggang Gunung Kidul, dan di Kedung Ombo, Romo Mangun selalu memiliki perhatian khusus untuk anak-anak. Beberapa kali bertemu dengan saya yang selalu ia minta adalah kalau ada seorang guru tari yang mau dan dapat mengajar tari anak-anak di tempat- tempat tersebut. Saya memang menyanggupi, tetapi sampai tulisan ini saya buat dengan permohonan maaf yang sangat besar, saya terpaksa harus mengakui bahwa saya gagal mencari guru tari untuk anak-anak yang bersedia tanpa pamrih di lingkungan-lingkungan tersebut. Rupanya untuk anak-anak yang tersingkir, untuk lingkungan yang terbuang banyak orang terlalu sibuk untuk dapat memberi perhatian kepada mereka. Sementara Romo Mangun dengan atau tanpa teman terus berjuang di tengah-tengah mereka. Perhatian terhadap pendidikan anak-anak beliau wujudkan dalam SD eksperimen di Sekolah Dasar Kanisius Mangunan Yogyakarta. Romo Mangun berpendapat bahwa pendidikan dasar merupakan kunci apakah seorang anak akan menjadi manusia yang berguna atau tidak. Beliau sangat mengkritik kurikulum pendidikan pada umumnya dan pendidikan dasar pada khususnya. Beliau juga mengeluh bahwa karena sistem pendidikan dan kurikulum yang tidak menentu menyebabkan guru-guru pun menjadi kebingungan. Ini berakibat kemudian para guru hanya menjadi pelaksana kurikulum dan tidak sungguh-sungguh mendudukkan dirinya sebagai guru pendidik sejati. Dalam perbincangan di pantai Sundak Gunung Kidul, ketika beliau kebetulan mengajak stafnya untuk suatu refreshing course dan saya sedang melatih Di unduh dari : Bukupaket.com 200 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa teater rakyat, beliau sempat mengeluh bahwa sekarang ini tak ada guru yang sungguh-sungguh guru, yang ada hanyalah pawang atau tukang. Pendidikan dasar yang sudah begitu parah sehingga Romo Mangun perlu membuat eksperimen-eksperimen pada tingkat pendidikan dasar yang mendidik anak sungguh menjadi manusia yang kreatif, bukan hanya menjadi bebek yang hanya sanggup meniru. Kami pernah berbincang-bincang pula di kediaman Romo Mangun di Gang Kuwera Gejayan. Kami membahas sistem pendidikan dasar yang ideal dewasa ini, yang kemudian membuat kami berangan-angan tentang sebuah sekolah yang muridnya dididik untuk saling memerhatikan. Bahwa tidak ada anak yang dasarnya memang bodoh. Semua anak pada dasarnya memiliki kecerdasan apabila lingkungannya mampu memberikan perhatian secara penuh. Guru tidak hanya mengajar murid yang paling pintar saja. Bukan saja anak pintar yang diperhatikan dan anak yang kurang pandai diabaikan. Akan tetapi, anak yang pintar harus membantu temannya sehingga pelajaran tidak ditambah kalau seluruh kelas belum memahaminya. Oleh karena itu, tidak ada anak yang tidak naik kelas. Dengan demikian yang diperkembangkan bukan persaingan, melainkan kerja sama. Mungkin ini adalah mimpi kami pada saat itu. Akan tetapi, tampaknya Romo Mangun bersungguh-sungguh dengan pendidikan dasar eksperimennya. Kalau mimpi ini menjadi komitmen beliau pastilah akan diperjuangkan dengan seluruh pengorbanannya. Saya masih ingat ketika sungai Code akan dibersihkan dengan menyingkirkan rumah-rumah warga Girli, Romo Mangun telah mencegahnya dengan mengatakan akan berpuasa kalau sampai proyek itu dijalankan. Akhirnya, proyek itu memang tidak pernah dilaksanakan. Inilah salah satu sifat yang paling kuat dari Romo Mangun. Ia konsekuen pada apa yang sudah menjadi komitmennya. Setiap pejuang memang selalu siap mengorbankan diri, tetapi setiap pejuang acap kali mendapat balasan yang justru menyakitkan hati. Hal ini pun saya rasa kerap kali dialami oleh Romo Mangun. Meskipun demikian, beliau menerima dengan ikhlas dan penuh pemahaman. Romo Mangun tidak suka publisitas yang berlebihan pada dirinya. Itulah sebabnya mengapa ia sering menolak untuk diminta sesuatu yang sifatnya untuk suatu kepentingan publisitas saja. Romo Mangun ingin mengangkat permasalahan masyarakat dan anak-anak yang terbuang. Oleh karena itu, beliau tidak suka kalau karyanya dan permasalahan masyarakat serta anak-anak hanya dijadikan bahan publisitas untuk suatu kepentingan. Beberapa kali saya sempat mendengarkan keluhan beliau tentang permintaan ceramah atau wawancara yang sifatnya hanya publisitas belaka. Di unduh dari : Bukupaket.com Meneladani Nilai-nilai Kepahlawanan 201 Bagi seorang pejuang seperti Romo Mangun, saya pahami benar bahwa apa yang dilakukan adalah bukan untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan publisitas dirinya. Tetapi sebaliknya, beliau akan sangat gembira apabila ada seseorang yang bersedia membantu karya-karyanya dalam menangani mereka yang terbuang. Saya masih ingat betapa gembira beliau ketika Studio Audio Visual kami bersedia memberikan lokakarya pendidikan media pada murid-murid sekolah dasar eksperimen beliau. Bagi kami, sebetulnya hal ini bukan apa-apa. Akan tetapi, bagi Romo Mangun ternyata kesediaan kami tersebut dirasa cukup berarti dan merupakan bantuan yang sangat berguna bagi anak-anak. Romo Mangun adalah seorang yang sangat memerhatikan persahabatan pada siapa pun yang beliau kenal. Ketika tahun 1991 saya memperoleh Award dari Festival Film Prix Futura Berlin, Romo Mangunlah yang pertama-tama mengirim kartu ucapan selamat dengan tulisan tangan beliau. Betapa sangat besar hati saya waktu itu menerima ucapan selamat dari Romo Mangun secara khusus. Tetapi ternyata untuk beberapa peristiwa penting yang lain, Romo Mangun selalu memberikan perhatian dengan mengirimkan kartu dan pesan-pesan beliau. Jadi, beliau memang seorang sahabat yang sangat memerhatikan teman-temannya. Inilah yang sering sangat mengharukan, tetapi sekaligus membanggakan saya sebagai teman Romo Mangun. Saya sendiri harus mengakui bahwa tidak memiliki kesanggupan untuk bisa seperti itu. Terhadap keluarga pun, Romo Mangun sangat memerhatikan. Di saat-saat bertemu dengan saya sekeluarga, beliau selalu menanyakan bagaimana anak-anak saya, bagaimana pendidikannya. Sementara kami sendiri sering merasa sangat kurang memerhatikan Romo Mangun. Menjelang usia Romo Mangun yang ke-70 tahun, kami merasa ada tiga hal yang selalu memberikan kesan mendalam dari beliau. Pertama, semangat perjuangan beliau yang tidak pernah padam, apalagi terhadap apa yang telah menjadi komitmen beliau. Kedua, perhatian yang luar biasa kepada kaum yang terbuang dan mereka yang tersingkir dari masyarakat lebih-lebih anak-anak; dengan seluruh pengorbanan beliau mengangkat harkat dan martabat mereka. Ketiga, kerendahan hati dan perhatian beliau kepada semua teman dan sahabat sehingga menumbuhkan rasa keakraban persaudaraan dan kesejukan. Di zaman seperti ini tidak banyak orang yang berkepribadian seperti Romo Mangun. Padahal, justru di zaman seperti ini dibutuhkan banyak orang seperti beliau. Sumber: Y.B. Mangunwijaya Pejuang Kemanusiaan, Y.B. Priyanahadi dkk. Ed. 1999: 90-95 Di unduh dari : Bukupaket.com 202 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Berapa kecepatan membaca kalian? Cara menghitung kecepatan membaca sangat mudah. Kecepatan membaca bisa dihitung dari jumlah kata wacana di depan berjumlah 1060 kata dibagi jumlah waktu yang digunakan untuk membaca bacaan itu. Gunakan rumus berikut. u jumlah kata yang dibaca 60 = jumlah kpm kata per menit jumlah detik untuk membaca Jika membaca wacana di depan menghabiskan waktu 3 menit dan 8 detik atau total 188 detik, maka kecepatan membaca kalian: 60, u u 1060 60 = 5,6 atau338, 3 kpm 188

2. Menjawab Secara Benar 75 dari Seluruh Pertanyaan