Pengantar Penutup Menulis Makalah

Problematika Tenaga Kerja Indonesia 175 Perhatikan contoh kutipan makalah berikut ini Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia1 Oleh: Ali Imron A.M. Dosen Jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

1. Pengantar

Selamat petang para pelajar tercinta dan pendengar RRI Surakarta yang budiman. Pada acara “Pembinaan Bahasa Indonesia” dalam rangka Siaran Pelajar RRI Surakarta petang ini, saya akan membahas topik “Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia”. Berbahasa Indonesia itu sebenarnya mudah, jika kita menguasai kaidahnya. Mudah, karena kita yang warga negara Indonesia hampir setiap saat mendengar, membaca, dan bahkan memakai bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Kita sering mendengar orang memakai bahasa Indonesia dalam berbagai forum diskusi, seminar, kuliah, ceramah ilmiah, pidato kenegaraan, dan lain-lain. Kita juga sering membaca buku dan berbagai media massa cetak seperti jurnal, majalah, dan surat kabar. Bahkan, kita hampir selalu memakai bahasa Indonesia dalam setiap kesempatan berkomunikasi pada forum resmi formal seperti rapat, ceramah, khotbah, diskusi, kuliah, dan sebagainya. Sayangnya, tidak banyak orang yang mau memiliki perhatian khusus untuk menguasai kaidah bahasa Indonesia tersebut, karena mereka merasa sudah “mampu” berbahasa Indonesia. Secara sekilas berbahasa Indonesia itu tampaknya tidak sulit dan memang tidak sulit, jika bahasa itu sekadar dipakai sebagai alat berkomunikasi yakni asal mitra berbicara memahami apa yang dibicarakan. Namun, jika kita mencermati, ternyata dalam pemakaian bahasa Indonesia sering sekali terdapat kesalahan yang sifatnya umum terjadi di berbagai kalangan masyarakat. Tidak terkecuali kesalahan itu dialami pula oleh para ilmuwan cendekiawan, pejabat, dan eksekutif. 1 Disajikan dalam “Pembinaan Bahasa Indonesia” pada acara Siaran Pelajar RRI Stasiun Surakarta tanggal 22 November 2003. Di unduh dari : Bukupaket.com 176 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

2. Kesalahan Umum dalam Pemakaian Bahasa Indonesia

Kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia itu secara garis besar dapat dikategorikan dalam empat hal, yakni: 1 kesalahan karena struktur, 2 kesalahan karena diksi, 3 kesalahan karena kerancuan logika, dan 4 kesalahan karena ejaan yang tidak tepat Imron A.M.,1989. Para pelajar dan pendengar RRI Surakarta yang budiman. a. Kesalahan karena strukturtata bahasa. Kesalahan karena strukturtata bahasa ini lazim disebut juga dengan gejala bahasa Badudu, 1983. Kesalahan- kesalahan itu antara lain: 1 Kontaminasi, yakni kerancuan atau kekacauan berbahasa baik dari segi kata maupun kalimat. Segi kata, misal: a mengenyampingkan: seharusnya mengesam- pingkan b mengetemukan: seharusnya menemukan c diketemukan: seharusnya ditemukan Segi kalimat, misalnya: a “Kepada Ibu Yayah dipersilahkan menyajikan makalahnya”seharusnya: “Ibu Yayah dipersilakan menyajikan makalahnya”. b “Meskipun Aisyah pandai tetapi ia tetap ramah” seharusnya: “Meskipun Aisyah pandai, ia tetap ramah”, atau “Aisyah pandai tetapi ia tetap ramah”. c “Kesebelasan PERSIS Solo bertanding melawan PSIM Yogyakarta” seharusnya: “Kesebelasan PERSIS Solo bertanding dengan PSIM Yogyakarta”. 2 Pleonasme, yakni penggunaan dua kata yang sama atau hampir sama artinya dalam sebuah kalimat. a Kata kedua tidak perlu. Misal: maju ke depan, mundur ke belakang, naik ke atas, memukul dengan tangan, menendang dengan kaki, melihat dengan mata kepala sendiri, dan lain-lain. Di unduh dari : Bukupaket.com Problematika Tenaga Kerja Indonesia 177 b Dua kata searti dipakai sekaligus. Misal: lalu selanjutnya, adalah merupakan, contoh misalnya, demi untuk, agar supaya, kurun waktu. c Kata bantu bilangan digabung dengan kata jamak atau jamak dengan jamak. Misal: para hadirin, sejumlah teori-teori, mereka semua, rangkaian kata-kata, sekelompok orang- orang, kita-kita. 3 Hiperkorek, yakni maksudnya ingin membetulkan tetapi justru menjadi salah. Misal: a surga dijadikan syurga b teladan dijadikan tauladan c saraf dijadikan syaraf d sah resmi dijadikan syah e anggota dijadikan anggauta f bertobat dijadikan bertaubat 4 Analogi yang salah, yakni maksudnya membuat kata yang analog dengan contoh yang ada, tetapi karena keterbatasannya menjadi salah. Misal: dari putera-puteri, dewa-dewi benar: Sanskerta lalu dibuat: mahasiswa-mahasiswi, siswa-siswi, pemuda-pemudi, saudara-saudari, dan sebagainya

b. Kesalahan karena diksi yang tidak tepat, termasuk

pemakaian preposisi kata depan dan konjungsi kata sambung. Misal: 1 Adam lebih pandai dari yang lain seharusnya: daripada. 2 Umat Islam baik pria dan wanita wajib berjuang seharusnya: baik pria maupun wanita. 3 Yadi Purwanto yang mana dia adalah Dekan Fakultas Psikologi UMS juga dikenal sebagai ustadz seharusnya: Yadi Purwanto, Dekan Fakultas Psikologi UMS juga dikenal sebagai ustadz. 4 Jakarta di mana kini menjadi ibukota Indonesia dilanda banjir seharusnya: Jakarta, ibukota Indonesia kini dilanda banjir. Di unduh dari : Bukupaket.com 178 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa c. Kesalahan karena kerancuan logika, yakni terjadinya kesalahan semantis karena adanya kerancuan penalaran. Misal: Masyarakat Indonesia berkepribadian religius generalisasi serampangan, seharusnya: Masyarakat Indonesia rata-rata berkepribadian religius. d. Kesalahan karena ejaan yang salah, yakni penulisan kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang berlaku. Misal: 1 Sekalipun dia belum pernah absen seharusnya: Sekali pun dia belum pernah absen, bandingkan dengan: Sekalipun Ana kaya, dia ramah-tamah. 2 PT. Pustaka Firdaus, 10 eksemplar, Rp. 10.000,-, apotik, hipotesa, konvensionil, disamping, keatas seharusnya: PT Pustaka Firdaus, sepuluh eksemplar, Rp10.000,00, apotek, hipotesis, konvensional, di samping, ke atas, dan lain-lain.

3. Penutup

Mengakhiri bab ini, ada baiknya dikemukakan bahwa pada hakikatnya berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Syaratnya, tidak lain adalah dia harus memahami pokok-pokok kaidah bahasa Indonesia baik mengenai strukturtata bahasa, diksi, logika bahasa, maupun ejaan agar bahasanya benar. Di samping itu, perlu diingat bahwa dalam berbahasa harus diperhatikan situasi kebahasaan agar bahasanya baik. Variasi berbahasa itu bermacam-macam, masing-masing memiliki fungsi dan ciri khas. Oleh karena itu, kita harus pandai- pandai memanfaatkan bahasa Indonesia itu sesuai dengan fungsi dan tujuan. Akhirnya, perlu dikemukakan bahwa pengalaman kita masing- masing dalam mengajar, menulis makalah, artikel di media massa, membuat laporan penelitian, dan lain-lain niscaya akan dapat mengasah kemahiran berbahasa Indonesia kita. Tentu saja hal itu sangat bergantung pada etos dan kearifan kita dalam mendalami ilmu. Para pelajar yang saya banggakan dan pendengar setia RRI Surakarta yang berbahagia. Demikianlah pembahasan mengenai “Kesalahan Umum dalam Berbahasa Indonesia” dengan contohnya. Semoga para pelajar dan pendengar dapat memahami Di unduh dari : Bukupaket.com Problematika Tenaga Kerja Indonesia 179 dan mengaplikasikannya dalam berbahasa Indonesia. Terima kasih atas perhatian Anda, dan selamat petang. Sumber: Historika Vol. 1, No. 1, Juli 2003. L atihan 7.4 1. Lengkapkah struktur makalah di atas? Jelaskan bagian masing- masing komponen dalam makalah tersebut 2. Jelaskah teknik penulisan makalah 3. Tulislah makalah sederhana dengan tema masalah ketenagakerjaan di Indonesia dengan mengacu pada aturan penulisan makalah yang tepat 4. Setelah selesai menulis draf makalah, baca dan koreksi kesalahan yang masih terdapat dalam draf tersebut, baik dari segi isi, diksi, ejaan, dan tanda baca 5. Setelah koreksi selesai, tukarkan hasil kerja kalian dengan hasil kerja teman, kemudian nilailah makalah teman berdasarkan isi dan bahasanya

E. Ragam Bahasa Sesuai Konteks dan Situasi

Pragmatik Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. membedakan berbagai ragam bahasa, 2. mempergunakan ragam bahasa sesuai dengan konteks dan situasi pragmatik.

1. Membedakan Berbagai Ragam Bahasa

Bila kita cermati, bahasa mana pun akan memperlihatkan variasi tertentu dilihat dari sudut pemakainya. Variasi tersebut dapat dilihat dari individu ke individu, tempat pemakaian atau lingkungan geografisnya, atau berdasarkan stratifikasi sosialnya, dan dapat pula dilihat dari situasi pemakaian. Oleh karena itu, kita mengenal adanya idiolek, dialek, dan dialek sosial sosiolek. Di unduh dari : Bukupaket.com