Tema dan Amanat Puisi Menilai Puisi

Menikmati Keindahan Sastra 127 L atihan 6.1 Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah Sebab dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap

1. Tema dan Amanat Puisi

Sebuah puisi diciptakan oleh penyair dengan tema-tema tertentu. Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar atau pokok masalah dalam puisi. Ada berbagai macam tema dalam puisi, seperti segala macam permasalahan kehidupan, ketuhanan, moral, maupun alam. Puisi Kahlil Gibran berjudul “Sang Anak” di depan memberikan gambaran kepada orang tua tentang hakikat kehadiran seorang anak. Penyair menyampaikan pesan atau amanat tertentu melalui puisi yang ditulisnya. Pesan itu dapat berupa nasihat, anjuran, ajakan, maupun gambaran-gambaran. Amanat dapat diperoleh pembaca setelah membaca puisi dengan saksama dan melalui proses penafsiran atas puisi tersebut. Amanat puisi “Sang Anak” di antaranya nasihat kepada orang tua bahwa anak dilahirkan oleh orang tua untuk dipelihara dengan kasih sayang namun orang tua tidak berhak untuk memilikinya, apalagi memaksakan pemikiran-pemikirannya. Anak-anak diciptakan oleh “Sang Pemanah Mahatahu” yang akan “meluncur” menemukan jalan serta sasaran yang telah ditakdirkan.

2. Menilai Puisi

Menilai puisi berarti memahami, memberikan penghargaan, dan mengevaluasi sebuah puisi. Untuk menilai puisi, kalian harus mengetahui dan memahami hakikat puisi dan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Penilaian terhadap puisi ditafsirkan berbeda-beda antara penilai yang satu dengan penilai yang lain. Hal ini sangat tergantung pada pengetahuan atau wawasan masing-masing. Akan lebih baik jika kalian dapat menilai puisi mendekati apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penyairnya. 1. Setelah mendengarkan pembacaan puisi terjemahan di muka, tentukan tema dan amanatnya 2. Berikan penilaian terhadap puisi tersebut Di unduh dari : Bukupaket.com 128 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa Pada pembelajaran yang lalu telah dijelaskan tentang perbandingan puisi Indonesia dan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa. Ternyata banyak terjadi penyimpangan dalam penggunaan bahasa, di antaranya penggunaan leksikal, fonologi, semantik, dan sintaksis. Hal ini sebenarnya suatu hal yang wajar mengingat kerja menerjemahkan puisi selalu menghadapkan penerjemahnya dengan perbedaan gaya bahasa, antara bahasa asli dan bahasa terjemahan. Oleh karena itu, puisi-puisi terjemahan kemungkinan telah mengalami distorsi dari segi makna dan gaya bahasa. Alangkah lebih baik jika kalian juga menguasai bahasa asli puisi yang diterjemahkan tersebut agar memperoleh pemahaman yang akurat terhadap puisi terjemahan. Berikut disajikan puisi-puisi Indonesia dan puisi terjemahan yang dapat kalian analisis berdasarkan penyimpangan bahasa yang terdapat di dalamnya. Selain itu, kalian juga bisa membandingkan nilai-nilai estetika dari berbagai pandangan dalam puisi-puisi. Setangkai Lilin Setangkai lilin pada altar-Mu Wartakan imanku bernyala pada-Mu Menantang kepala-Mu berduri Merunduk pekur menatap bumi Duhai Roh berdaging Wahai Sabda berdarah Cukupkah lilin ini Menyala-kobarkan cinta kita? Bakarlah ia sampai luluh Biar Kau terpanggang atasnya

B. Membandingkan Puisi Indonesia dan Terjemahan