Pengujian Hipotesis I Deskripsi Data

mengenai pola asuh yang diterimanya, maka anak tidak akan mampu mempresepsikan pola asuh dengan baik.

2. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang tingkat pendidikan orang tua atau Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil ditunjukkan dengan nilai –Z tabel ≤ Z hitung ≤ Z tabel -1.96 -0.002 1.96 untuk tingkat pendidikan ayah dan nilai –Z tabel ≤ Z hitung ≤ Z tabel -1.96 -1.474 1.96 untuk tingkat pendidikan ibu. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori Hurlock 1997 yang menyatakan bahwa perbedaan pola asuh anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah latar belakang pendidikan orang tua. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Yusuf 2012:33 yang menyatakan bahwa latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang rendah di desa sekitar pesisir laut kota Medan berdampak terhadap pola asuh anak yang cenderung otoriter dan permisif. Penolakan hipotesis dimungkinkan karena beberapa hal yaitu: a. Perlindungan Hukum bagi Anak Menurut Andrayani dan Walgito 2002:624-625 kekerasan atau perlakuan salah terhadap anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang menimbulkan ancaman bagi tumbuh kembang anak dan kesejahteraannya. Perlakuan salah terhadap anak dikategorikan ke dalam empat bentuk, yakni perlakuan salah secara fisik, perlakuan salah secara psikis atau emosional, perlakuan salah secara seksual, dan penelantaran. Tindakan kekerasan terhadap anak merupakan masalah besar di masyarakat karena dampak negatif yang muncul, seperti kurang percaya diri, takut bersosialisasi, lari dari rumah, dan bahkan menjadi bagian dari pelaku kekerasan. Oleh sebab itu, pemerintah berusaha mengurangi kekerasan melalui revisi UU perlindungan anak. Keberadaan UU No. 35 tahun 2014 merupakan revisi atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Undang-Undang tersebut berusaha mempertegas perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan terhadap anak yang bertujuan untuk memberikan efek jera. Menurut peneliti, jika orang tua memiliki kesadaran akan dampak dan sanksi yang ditimbulkan dari tindakan kekerasan terhadap anak, maka latar belakang pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap cara mereka memilih pola asuh yang ideal bagi anak. Menurut Gunarsa 2004:280 pola asuh demokratis merupakan cara mengasuh anak yang paling ideal dan berdampak terhadap terciptanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Ini dikarenakan orang tua yang demokratis selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan diri anak. Orang tua mempercayai penilaian dan pertimbangan dari anak, serta mau berdiskusi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan anak. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang tingkat pendidikan orang tua. b. Perkembangan Teknologi Djammarah 2014:72 berpendapat bahwa orang tua yang berpendidikan rendah maupun tinggi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat memecahkan masalah dalam mendidik anak. Menurut Ratuliu 2015:15 bila tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, maka usaha terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pengasuhan anak dari berbagai sumber seperti buku, majalah, dan artikel di koran. Selain itu, tersedianya media sosial, blog , dan online group mailing list juga memberikan kemudahan bagi orang tua untuk mendapatkan informasi atau berbagi informasi yang berhubungan dengan pengasuhan anak. Menurut peneliti, saat ini latar belakang tingkat pendidikan tidak menjadi masalah bagi orang tua karena mudahnya mendapatkan informasi mengenai cara mengasuh anak. Orang tua mendapatkan informasi melalui berbagai sumber yang tersedia seperti buku, majalah, artikel, dan seminar. Orang tua dapat saling bertukar pikiran dengan sesama orang tua ataupun ahli di bidang pengasuhan anak seperti psikolog anak. Informasi yang mudah didapatkan berpengaruh terhadap bertambahnya pengetahuan orang tua mengenai pola asuh