pengasuhan otoriter akan menjadi pribadi yang pasif dalam pergaulan, kurang percaya diri, rendah diri, labil, dan kurang berkembangnya
potensi anak secara maksimal. Menurut Dumanauw 2012:23 pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: a.
Menuntut kepatuhan yang tinggi. b.
Kecenderungan suka menghukum dan kaku dalam disiplin. c.
Menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa mempersoalkannya.
d. Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang
otonomi anak. e.
Membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak. f.
Kurang hangat, kurang menerima dan mendukung anak, membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan.
g. Mendesak anak untuk mematuhi perintah orang tua.
h. Berusaha mengendalikan perilaku dan sikap anak sesuai dengan
peraturan yang diterapkan.
2. Pola Asuh Permisif
Pola asuh adalah suatu cara untuk mendidik dan membimbing anak, sedangkan permisif berarti kurang disiplin atau tidak berdisiplin.
Jadi, pola asuh permisif adalah suatu cara untuk mengasuh anak dengan dengan tingkat disiplin yang rendah. Menurut Hurlock 1997:93 pola
asuh permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak tanpa aturan
atau batasan yang mengatur apa saja hal yang boleh dilakukan anak. Orang tua menganggap kebebasan bagi anak sama dengan membiarkan
anak meraba-raba dalam situasi yang baru bagi anak atau dalam situasi yang sulit untuk dijalani oleh anak seorang diri.
Noe’man 2014:36 menyatakan bahwa orang tua yang permisif hanya peduli terhadap bagaimana cara membahagiakan anak secara
materiil. Orang tua akan merasa puas dan bangga ketika anak terpenuhi segala keinginannya secara materiil, seperti memasukkan anak ke
sekolah yang mahal, memberikan uang saku yang banyak, dan membelikan anak barang-barang yang mahal.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa 1986:83 orang tua yang permisif cenderung memiliki pengawasan yang longgar terhadap anak dan ini
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian yang tidak terarah. Anak akan cenderung menjadi pribadi yang egois dengan lingkungan
sosialnya. Anak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya, walaupun caranya adalah dengan mencuri, merampok,
korupsi, menindas orang lain, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya. Menurut Dumanauw 2012:25 pola asuh permisif memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: a.
Cenderung menerima, lunak, dan pasif dalam membiasakan disiplin. b.
Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk berbuat semaunya tanpa pengendalian.
c. Menghindari pengawasan terhadap anak, karena pengawasan
dianggap sebagai pelanggaran terhadap kebebasan anak. d.
Melayani anak sepenuhnya dalam setiap kegiatan dan keinginan anak cenderung memanjakan anak.
e. Menuruti kemauan anak dan menghindari konflik dengan anak.
f. Melindungi dan menyayangi anak secara berlebihan.
3. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis menekankan pada pengasuhan anak yang membiarkan anak untuk memilih apa yang menjadi kehendak anak dan
mendorong anak bertanggungjawab atas pilihannya. Orang tua masih menetapkan standar dan batasan bagi anak serta selalu mengawasinya
Hurlock, 1997:94. Menurut Gunarsa 2004:280 orang tua yang demokratis selalu
melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan diri anak. Orang tua mempercayai penilaian dan pertimbangan dari anak, serta mau
berdiskusi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan anak. Hal ini membuat anak belajar untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri,
belajar mendengarkan, dan belajar berdiskusi dengan orang tua. Menurut Noe’man 2014:34 dampak dari pola asuh demokratis ini adalah anak
menjadi pribadi yang bertanggung jawab, saling menghormati, mandiri, mudah bekerjasama, dan percaya diri.